Share

Bab 629

Penulis: Emilia Sebastian
Abista tidak pernah menyangka ayah mereka ternyata terlibat dalam pembunuhan Keluarga Kuncoro. Napasnya tiba-tiba memburu dan dadanya terasa sangat sesak.

"Kak Abista? Kak Abista! Kamu kenapa? Tenang dulu! Jangan terlalu marah. Bernapaslah pelan-pelan!"

Kama langsung menyadari ada yang tidak beres dengan Abista dan buru-buru memapahnya pergi duduk. Setelah menenangkan diri, Abista mencengkeram tangan Kama dengan kuat.

"Pergi, pergi sekarang juga! Kama, ingat apa yang Kakak katakan. Kamu nggak boleh kembali ke rumah ini kecuali aku yang minta kamu datang!" Abista mencengkeram tangan Kama dengan erat dan melanjutkan, "Syakia juga. Baik kamu ataupun dia, menjauhlah dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Kalian jangan pernah kembali lagi!"

"Tapi Kak Abista, buku keuangan itu ...."

Kama masih merasa ragu.

Abista menggeleng dan berkata, "Sejak kamu ketahuan masuk ke ruang baca Ayah, Ayah sudah jadi waspada. Sekarang, ruang bacanya dijaga dengan ketat. Kamu nggak mungkin bisa dekati tempat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 629

    Abista tidak pernah menyangka ayah mereka ternyata terlibat dalam pembunuhan Keluarga Kuncoro. Napasnya tiba-tiba memburu dan dadanya terasa sangat sesak."Kak Abista? Kak Abista! Kamu kenapa? Tenang dulu! Jangan terlalu marah. Bernapaslah pelan-pelan!"Kama langsung menyadari ada yang tidak beres dengan Abista dan buru-buru memapahnya pergi duduk. Setelah menenangkan diri, Abista mencengkeram tangan Kama dengan kuat."Pergi, pergi sekarang juga! Kama, ingat apa yang Kakak katakan. Kamu nggak boleh kembali ke rumah ini kecuali aku yang minta kamu datang!" Abista mencengkeram tangan Kama dengan erat dan melanjutkan, "Syakia juga. Baik kamu ataupun dia, menjauhlah dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Kalian jangan pernah kembali lagi!""Tapi Kak Abista, buku keuangan itu ...."Kama masih merasa ragu.Abista menggeleng dan berkata, "Sejak kamu ketahuan masuk ke ruang baca Ayah, Ayah sudah jadi waspada. Sekarang, ruang bacanya dijaga dengan ketat. Kamu nggak mungkin bisa dekati tempat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 628

    Kama membuka mulut dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi Abista mengangkat tangan untuk menghentikannya. Abista menggeleng dan memberi isyarat untuk menyerahkan masalah ini kepadanya."Ayah, kami nggak pernah ngerti sama keputusanmu. Sama seperti waktu Syakia jadi biksuni. Ayah bisa saja memberinya kelonggaran, tapi malah pilih untuk langsung coret namanya dari daftar silsilah keluarga."Abista langsung mengungkit tentang Syakia. Kata-katanya memang terdengar santai, tetapi langsung membuat Damar terdiam. Dia tidak dapat membantah. Berhubung terlalu menyayangi Ayu pada awalnya, dia pun memercayai sebagian perkataannya dan menangani masalah Syakia dengan agak terlalu kejam.Meskipun Damar tidak pernah menyesalinya, siapa sangka situasinya akan berubah dan hal seperti ini malah menimpa Ayu. Sampai-sampai setelah Abista mengungkit masalah lama itu lagi, dia tidak bisa berkata apa-apa."Ayah, kamu juga nggak perlu terlalu khawatir. Lagian, aku juga sudah bilang akan tetap biarkan Ayu pakai

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 627

    "Carikan suami? Suami apa? Aku nggak mau! Nggak mau!" tolak Ayu tanpa ragu.Damar baru saja hendak mencabut status Ayu sebagai anak angkat. Jika mencari suami sekarang, bukankah dia harus menikah dengan status putri haram? Tidak bisa, ini tidak boleh terjadi!"Ayah, jangan begitu! Aku benar-benar sudah tahu kesalahanku. Ayah boleh pukul atau marahi aku sesuka Ayah. Aku nggak akan pernah timbulkan masalah atau membangkang lagi! Tolong jangan usir aku!""Kak Abista! Aku mohon! Sekalipun Ayu salah, Ayu bersedia dihukum. Terserah kalian mau hukum Ayu seperti apa, tapi tolong beri Ayu jalan keluar! Ayu benar-benar nggak mau menikah!""Nggak mau nikah atau nggak mau nikah dengan status putri haram?" cibir Kama.Abista berujar dengan tenang, "Ayu, kamu tahu jati dirimu sendiri. Kamu akhirnya kembali ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan dan disayangi oleh Ayah, kakak-kakakmu, dan bahkan Syakia. Tapi, kamu malah serakah dan berpikiran untuk dapatkan segalanya. Apa yang bukan milikmu nggak aka

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 626

    Kahar membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi teringat perkataan Kama barusan, seperti "mencambuk jasad untuk melampiaskan amarah". Apa Ayu benar-benar ingin melakukan hal seperti itu terhadap ibu mereka?"Huhuhu, Kak Kahar ...." Ayu menatapnya dengan tampang kasihan. Air mata bercampur darah dan seluruh penampilannya terlihat sangat mengerikan.Namun, pada saat ini, Kama mengepalkan tinjunya dan memancarkan aura yang luar biasa dingin. Dia berujar, "Kahar, kalau kamu berani ngomong sepatah kata pun untuk bela dia, salah satu dari kita harus mati hari ini."Akhirnya, Kahar memejamkan mata dan memalingkan wajah untuk memupuskan harapan terakhir Ayu."Ayu, kamu nggak seharusnya berbuat begitu."Sekalipun Ayu meracuninya, Kahar bisa memaafkannya. Sebab, dia berutang budi pada Ayu. Namun, Ayu tidak seharusnya menyentuh jasad ibu mereka.Pada saat itu, Kahar bukannya tidak menyadari apa pun. Hanya saja, dia masih bisa menipu dirinya sendiri. Lagi pula, bukankah jenazah ibu mereka sudah dib

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 625

    Ayu menangis tersedu-sedu, seolah-olah telah mengalami ketidakadilan yang besar. Dia pikir dengan cara ini, dia bisa membuat ayahnya melunakkan hati, membuat Kahar kasihan padanya, dan membuat semua orang tidak bisa berbuat apa-apa.Tak disangka, orang pertama yang memukulnya kali ini justru adalah ayahnya ...."Plak!"Damar menampar bagian wajah Ayu yang tidak terluka. Wajahnya awalnya sudah berdarah akibat lukanya yang robek. Ditambah dengan tamparan ini, wajahnya pun bertambah bengkak."A ... Ayah?" Ayu menoleh dan menatap Damar dengan tidak percaya.Namun, dia malah mendapati Damar membelakanginya dan berkata dengan dingin, "Aku nggak nyangka kamu tega melakukan hal seperti ini pada ibumu. Abista, sebelumnya Ayah yang salah karena percaya pada kata-kata Ayu. Sekarang, masalahnya sudah jelas. Aku akan beri kalian sebuah pertanggungjawaban."Ayu tidak menyadari bahwa Abista yang berada di hadapan Damar sedang menatap mereka dengan wajah penuh kekecewaan dan kebencian. Oleh karena itu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 624

    Pada saat ini, jawabannya sudah sangat jelas. Abista bertanya dengan tenang, "Ayu, mana uangnya?"Ayu tiba-tiba menunjukkan tampang memelas dan menggeleng dengan panik. "Bukan aku, Kak Abista. Bukan aku yang mencurinya!"Ayu langsung menangis sejadi-jadinya. "Ayah, Kak Kahar, percayalah pada Ayu. Ayu benar-benar nggak curi uang Kak Kama.""Jangan panggil aku Kak Kama!" Kama mengepalkan tangannya dan berseru marah, "Awalnya aku memang buta, makanya aku memperlakukanmu seperti adik kandung. Tapi, gimana kamu membalasnya? Kamu menindas Syakia, membohongiku, mencuri uangku, dan bahkan suruh orang untuk gali tulang ibuku! Dia itu ibuku! Kalau kamu punya rasa kemanusiaan, kamu nggak seharusnya melakukan hal seperti itu!""Kak Kama, omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Kahar langsung membela Ayu, "Ayu sudah jelaskan bahwa bukan Ayu yang melakukannya, melainkan anak buahnya ....""Aku mendengarnya sendiri! Dia sendiri yang mengakuinya!" Tanpa ragu, Kama langsung memotong Kahar yang masih i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status