Share

Bab 632

Author: Emilia Sebastian
Tidak lama kemudian, Panji diam-diam memanggil seorang tabib, lalu meminta pembantunya untuk memandikan dan mengganti pakaian Ayu. Setelah luka di wajah Ayu dibalut, Panji baru masuk untuk menjenguknya.

"Tabib, gimana luka di wajah Ayu?"

Tabib tua itu menjawab, "Selain dipukul, luka lama di wajah Nona ini juga robek. Berhubung lukanya cukup serius, akan sangat sulit untuk sembuh tanpa meninggalkan bekas."

Panji langsung mengerutkan kening. "Tabib, tolong pikirkan cara lagi."

Tabib tua itu menggeleng sambil menghela napas sebelum berkata, "Bukannya aku nggak mau membantu, tapi tanpa krim pelembap Yui dari istana, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa."

Krim pelembap Yui? Tentu saja ada!

Sebelumnya, Panji pernah memberikan semua krim pelembap Yui milik ibunya kepada Ayu. Ayu pasti masih memilikinya. Dia pun langsung masuk dan bertanya pada Ayu.

Alhasil, setelah mendengar ini, Ayu menjawab dengan tampang kasihan, "Kak Panji, aku sangat suka krim pelembap Yui pemberianmu. Jadi, aku sering m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 653

    Ayu hanya ingin memberi Syakia uang dan menyelesaikan masalah ini.Namun, Syakia hanya menatapnya dengan senyum tipis dan mata penuh ejekan. "Barang-barang yang kamu anggap remeh sangat berharga bagi orang lain. Kalau saja kamu nggak mencurinya ....""Nih, nih, nih!"Baru saja Syakia menyebutkan kata itu, Ayu langsung meninggikan suaranya untuk menyela. Semua orang di sekitar pun menatapnya dengan aneh. Pipi Ayu mulai memerah, entah itu karena marah atau panik.Intinya, dia memelototi Syakia dan berkata dengan enggan, "Koin-koin itu nggak ada di aku. Itu cuma barang-barang kotor, aku bahkan nggak sudi menyentuhnya. Aku sudah membuangnya ke selokan bau di belakang rumahnya. Kalau kamu benar-benar mau menemukannya, cari saja di selokan bau itu.""Perempuan ini benar-benar minta dipukul!"Begitu mendengar ucapan Ayu, Cempaka langsung mengepalkan tangannya. Andaikan dia membawa cambuknya, dia pasti sudah mencambuk putri haram tak tahu malu ini sampai mati!Setelah mencuri uang orang lain,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 652

    Joko tersenyum tipis dan berujar, "Nggak apa-apa. Lagian, Keluarga Darsuki pada dasarnya juga bersalah padamu."Baik itu insiden pembatalan pertunangan ataupun berbagai macam hal yang terjadi setelahnya, Keluarga Darsuki yang sudah bertindak keterlaluan.Syakia tidak melanjutkan topik itu, tetapi menambahkan, "Tapi, untuk menebusnya, aku akan beri tahu Tuan Joko sebuah kabar.""Kabar? Kabar apa?" tanya Joko dengan agak bingung.Syakia tersenyum tipis dan membisikkan sesuatu kepada Joko. Orang-orang di sekitar sudah menajamkan telinga, tetapi tetap tidak dapat mendengarnya.Joko melirik Panji sambil memikirkan sesuatu. Namun, lirikan itu mungkin juga tertuju pada Ayu yang wajahnya ditutupi kerudung."Ayu, aku seharusnya panggil kamu 'Dik' atau 'Nyonya Pendamping'?" Akhirnya giliran Syakia. Dia duduk kembali ke kursinya, lalu menatap Ayu dengan acuh tak acuh dan melontarkan pertanyaan tersebut. Di balik kerudung, Ayu tidak tahu siapa yang sedang menatapnya atau kenapa mereka menatapnya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 651

    Seandainya Cempaka yang mengatakan hal itu secara langsung, Panji pasti bisa menegur, memaki, atau bahkan mengusirnya. Namun, yang berkata begitu malah adalah ayahnya sendiri. Raut wajah Panji benar-benar sudah sangat muram. Sementara itu, meskipun Ayu tidak melihat lukisan itu, dia sudah bisa menebaknya hanya dengan mendengar apa yang mereka katakan. Dia mencubit Panji dengan kuat dan berujar, "Cepat suruh ayahmu diam!"Panji tak punya pilihan selain mengedipkan mata kepada ibunya.Ike juga sangat malu dan bergegas maju. "Sudahlah, Suamiku, itu cuma sebuah lukisan. Cepat simpan. Setelahnya, masih ada hadiah dari Sya ... Putri Suci."Joko mendengus dingin. Sekarang, orang-orang ini akhirnya merasa malu juga. Dia tidak menyalahkan Cempaka. Sebaliknya, dia membersihkan lukisan itu secara pribadi dan menyimpannya dengan hati-hati.Kemudian, Joko berkata kepada Syakia dan Cempaka, "Waktu kecil, aku pernah lihat lukisan ini di Kediaman Keluarga Kuncoro, makanya aku tahu misteri di baliknya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 650

    Tentu saja, ini bukanlah pemikiran para tamu, melainkan Ayu dan para anggota Keluarga Darsuki. Apa yang direncanakan Cempaka? Apa tujuan kedatangannya benar-benar bukan untuk membuat masalah, melainkan untuk memberi hadiah?Ayu langsung menepis pikiran ini tanpa ragu. Dia tidak percaya Cempaka akan bersikap sebaik itu. Lukisan Wira ini pasti bermasalah."Kak Panji, terimalah lukisan itu. Jangan biarkan dia membukanya ...," ujar Ayu dengan segera kepada Panji yang ada di sampingnya.Namun, Panji sepertinya sudah menyadari sesuatu saat ini. Dia berkata dengan suara yang tegang karena menahan amarah dan juga menggertakkan gigi, "Sudah larut."Cempaka bergerak dengan sangat cepat. Dia tidak memberi Ayu kesempatan untuk menolak dan langsung membentangkan lukisan itu di depan semua orang.Ternyata, itu bukanlah lukisan burung bangau mabuk yang bermain bunga di kolam dingin, melainkan lukisan bebek liar yang sedang bermain air di taman bunga. Sebenarnya, itu bukan masalah besar. Namun, bebe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 649

    "Nggak apa-apa, hadiah itu memang berhubungan dengan burung merak."Panji yang bertampang muram menutup keempat kotak hadiah itu dengan sangat kuat sehingga menimbulkan suara yang nyaring. Bisa dibayangkan betapa marahnya calon pewaris Keluarga Darsuki itu saat ini.Siapa pun yang menerima hadiah seperti ini di upacara pernikahannya pasti akan marah. Namun, putri Keluarga Panjalu yang memberikan hadiah itu malah begitu licik. Sebelum membuka kotak hadiah, dia mengucapkan banyak kata-kata baik tentang merak, bahkan mendoakan Panji dan Ayu memiliki hubungan yang langgeng.Di permukaan, Laras sama sekali tidak bersalah. Jika dia dimarahi hanya karena kesalahan kecil dalam pemilihan warna, yang akan disalahkan adalah tuan rumah. Panji tidak bisa mempermasalahkan ketiga hadiah lainnya, tetapi dia dapat mempermasalahkan sepasang sepatu yang robek itu. Masalahnya, insiden mengenai dirinya yang tidur dengan Ayu merupakan rumor terhangat saat ini. Jika dia mempermasalahkan sepatu itu, yang a

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 648

    Ayu berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan nada sinisnya, tetapi Syakia masih bisa merasakan kegelisahannya. Dia pun mengangkat alisnya dan tersenyum sambil berkata,"Hadiah pernikahan yang kusiapkan cukup istimewa. Kalau aku menunjukkannya sekarang, aku khawatir Nyonya Pendamping ingin langsung pergi.""Jadi, mari kita lihat dulu hadiah pernikahan yang kusiapkan untuk Nyonya Pendamping," ujar Cempaka.Mendengar mereka yang berulang kali memanggilnya "Nyonya Pendamping", amarah Ayu langsung memuncak. Setelah menepis tangan Panji, dia merendahkan suaranya dan bertanya kepada Ratih dengan tidak sabar, "Dia sudah tiba?"Ratih berbisik, "Sebentar lagi."Cempaka tidak peduli apakah Ayu setuju atau tidak. Begitu selesai berbicara, dia langsung melambaikan tangannya. Para pengawal segera mengeluarkan "hadiah pernikahan" yang telah dia siapkan. Barang-barangnya sudah dikeluarkan, tetapi seseorang bersikeras untuk berebutan dengannya ...."Ini ....""Ini hadiah dariku untuk Tuan Panji dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status