Share

Bab 648

Author: Emilia Sebastian
Ayu berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan nada sinisnya, tetapi Syakia masih bisa merasakan kegelisahannya.

Dia pun mengangkat alisnya dan tersenyum sambil berkata,"Hadiah pernikahan yang kusiapkan cukup istimewa. Kalau aku menunjukkannya sekarang, aku khawatir Nyonya Pendamping ingin langsung pergi."

"Jadi, mari kita lihat dulu hadiah pernikahan yang kusiapkan untuk Nyonya Pendamping," ujar Cempaka.

Mendengar mereka yang berulang kali memanggilnya "Nyonya Pendamping", amarah Ayu langsung memuncak. Setelah menepis tangan Panji, dia merendahkan suaranya dan bertanya kepada Ratih dengan tidak sabar, "Dia sudah tiba?"

Ratih berbisik, "Sebentar lagi."

Cempaka tidak peduli apakah Ayu setuju atau tidak. Begitu selesai berbicara, dia langsung melambaikan tangannya. Para pengawal segera mengeluarkan "hadiah pernikahan" yang telah dia siapkan. Barang-barangnya sudah dikeluarkan, tetapi seseorang bersikeras untuk berebutan dengannya ....

"Ini ...."

"Ini hadiah dariku untuk Tuan Panji dan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 651

    Seandainya Cempaka yang mengatakan hal itu secara langsung, Panji pasti bisa menegur, memaki, atau bahkan mengusirnya. Namun, yang berkata begitu malah adalah ayahnya sendiri. Raut wajah Panji benar-benar sudah sangat muram. Sementara itu, meskipun Ayu tidak melihat lukisan itu, dia sudah bisa menebaknya hanya dengan mendengar apa yang mereka katakan. Dia mencubit Panji dengan kuat dan berujar, "Cepat suruh ayahmu diam!"Panji tak punya pilihan selain mengedipkan mata kepada ibunya.Ike juga sangat malu dan bergegas maju. "Sudahlah, Suamiku, itu cuma sebuah lukisan. Cepat simpan. Setelahnya, masih ada hadiah dari Sya ... Putri Suci."Joko mendengus dingin. Sekarang, orang-orang ini akhirnya merasa malu juga. Dia tidak menyalahkan Cempaka. Sebaliknya, dia membersihkan lukisan itu secara pribadi dan menyimpannya dengan hati-hati.Kemudian, Joko berkata kepada Syakia dan Cempaka, "Waktu kecil, aku pernah lihat lukisan ini di Kediaman Keluarga Kuncoro, makanya aku tahu misteri di baliknya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 650

    Tentu saja, ini bukanlah pemikiran para tamu, melainkan Ayu dan para anggota Keluarga Darsuki. Apa yang direncanakan Cempaka? Apa tujuan kedatangannya benar-benar bukan untuk membuat masalah, melainkan untuk memberi hadiah?Ayu langsung menepis pikiran ini tanpa ragu. Dia tidak percaya Cempaka akan bersikap sebaik itu. Lukisan Wira ini pasti bermasalah."Kak Panji, terimalah lukisan itu. Jangan biarkan dia membukanya ...," ujar Ayu dengan segera kepada Panji yang ada di sampingnya.Namun, Panji sepertinya sudah menyadari sesuatu saat ini. Dia berkata dengan suara yang tegang karena menahan amarah dan juga menggertakkan gigi, "Sudah larut."Cempaka bergerak dengan sangat cepat. Dia tidak memberi Ayu kesempatan untuk menolak dan langsung membentangkan lukisan itu di depan semua orang.Ternyata, itu bukanlah lukisan burung bangau mabuk yang bermain bunga di kolam dingin, melainkan lukisan bebek liar yang sedang bermain air di taman bunga. Sebenarnya, itu bukan masalah besar. Namun, bebe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 649

    "Nggak apa-apa, hadiah itu memang berhubungan dengan burung merak."Panji yang bertampang muram menutup keempat kotak hadiah itu dengan sangat kuat sehingga menimbulkan suara yang nyaring. Bisa dibayangkan betapa marahnya calon pewaris Keluarga Darsuki itu saat ini.Siapa pun yang menerima hadiah seperti ini di upacara pernikahannya pasti akan marah. Namun, putri Keluarga Panjalu yang memberikan hadiah itu malah begitu licik. Sebelum membuka kotak hadiah, dia mengucapkan banyak kata-kata baik tentang merak, bahkan mendoakan Panji dan Ayu memiliki hubungan yang langgeng.Di permukaan, Laras sama sekali tidak bersalah. Jika dia dimarahi hanya karena kesalahan kecil dalam pemilihan warna, yang akan disalahkan adalah tuan rumah. Panji tidak bisa mempermasalahkan ketiga hadiah lainnya, tetapi dia dapat mempermasalahkan sepasang sepatu yang robek itu. Masalahnya, insiden mengenai dirinya yang tidur dengan Ayu merupakan rumor terhangat saat ini. Jika dia mempermasalahkan sepatu itu, yang a

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 648

    Ayu berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan nada sinisnya, tetapi Syakia masih bisa merasakan kegelisahannya. Dia pun mengangkat alisnya dan tersenyum sambil berkata,"Hadiah pernikahan yang kusiapkan cukup istimewa. Kalau aku menunjukkannya sekarang, aku khawatir Nyonya Pendamping ingin langsung pergi.""Jadi, mari kita lihat dulu hadiah pernikahan yang kusiapkan untuk Nyonya Pendamping," ujar Cempaka.Mendengar mereka yang berulang kali memanggilnya "Nyonya Pendamping", amarah Ayu langsung memuncak. Setelah menepis tangan Panji, dia merendahkan suaranya dan bertanya kepada Ratih dengan tidak sabar, "Dia sudah tiba?"Ratih berbisik, "Sebentar lagi."Cempaka tidak peduli apakah Ayu setuju atau tidak. Begitu selesai berbicara, dia langsung melambaikan tangannya. Para pengawal segera mengeluarkan "hadiah pernikahan" yang telah dia siapkan. Barang-barangnya sudah dikeluarkan, tetapi seseorang bersikeras untuk berebutan dengannya ...."Ini ....""Ini hadiah dariku untuk Tuan Panji dan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 647

    Laras? Bukan hanya Cempaka dan Syakia yang mengenali suara Laras, Ayu juga. Dia berbalik dan bertanya pada Panji, "Kenapa Laras ada di sini?"Namun, Panji malah terlihat bingung. "Laras yang mana? Dia bukan Laras."Ayu bertanya dengan heran, "Siapa lagi dia kalau bukan Laras?"Ayu mendengar suara itu dengan jelas. Itu jelas-jelas adalah suara Laras. Dia tidak mungkin salah. Akan tetapi, Panji masih menggeleng dan menyahut, "Kamu nggak tahu? Laras sudah meninggal beberapa waktu lalu. Keluarga Panjalu bahkan sudah menyelesaikan pemakamannya.""Meninggal? Mana mungkin?"Jika Laras sudah meninggal, siapa orang yang baru saja berbicara itu? Ayu hampir membuka kerudungnya untuk melihat.Sementara itu, Panji melanjutkan penjelasannya, "Dia benar-benar bukan Laras, melainkan Dian Panjalu, putri ketiga Keluarga Panjalu yang baru saja dijemput pulang beberapa waktu lalu. Konon, dia itu putri sah Tuan Bima yang telantar di luar sejak kecil. Dia nggak ada hubungan apa pun dengan Laras."Dian, Lar

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 646

    Dulu, Ayu hampir menjadi selir pertama Kaisar. Semua orang di ibu kota mengetahui hal ini. Kemudian, dia malah diusir dari istana dan alasannya juga diketahui semua orang.Sekarang, Ike malah mengungkit masa lalu dan dalam situasi ini. Itu tidak ada bedanya dengan langsung menampar Ayu di depan umum.Di balik cadarnya, Ayu begitu geram hingga hampir menggertakkan giginya. Jika bukan karena ingin menghindar dari menikahi cendekiawan malang terkutuk itu, dia tidak akan datang ke Kediaman Keluarga Darsuki untuk menerima penghinaan seperti ini!Dulu, Ike yang begitu tidak tahu malu dan mencoba menjalin hubungan baik dengannya. Ike bahkan berulang kali mengisyaratkan bahwa Panji ingin menikahinya! Kini, dia hanya kehilangan status sebagai anak angkat Keluarga Angkola, tetapi perempuan tua jalang ini malah berani memperlakukannya seperti ini!Ternyata semua orang di Keluarga Angkola memang jahat, termasuk ayahnya yang tak berperasaan itu! Namun, jangan kira ini akan membuatnya mundur. Dia su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status