Share

Sentuhan panas

Author: Azitung
last update Last Updated: 2025-12-17 06:58:40

Pancaran lampu remang-remang memeluk erat suasana di dalam rumah. Jantung Hasa berdegup kencang, menanggapi sensasi sentuhan yang begitu dekat. Ia merasakan lengan Dama melingkari pinggangnya yang ramping, menariknya dalam dekapan yang intim. Sebuah posisi yang terlalu dekat.

​"Biarkan seperti ini," ucap Dama lirih ketika Hasa hendak menarik diri dari pelukan itu.

​Wajah Hasa memerah, perasaan ingin melepaskan diri bercampur aduk dengan kebingungan. Sesaat kemudian, ia tersadar bahwa ini sudah melampaui batas dari perjanjian pura-pura mereka. Dengan gerakan sedikit memaksa, Hasa bangkit dari pelukan Dama. Dama sempat terkejut, namun membiarkan gadis itu berdiri.

​"Pindah sendiri ke kamarmu," ujar Hasa, suaranya sedikit tercekat, lalu segera melangkah masuk ke dalam kamarnya sendiri.

​Dama ditinggalkan sendirian dalam kebisuan. Ia terlihat tenggelam dalam perenungan. Pikirannya berkecamuk, bayangan masa lalu terus datang menghantuinya. Kenyataannya, Dama terlalu takut untuk merasakan k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Angkat   Terulang lagi

    Dering notifikasi memecah keheningan di meja kerja Dama. Sebuah foto muncul di layar ponselnya, dikirimkan oleh Hasa tanpa basa-basi. Gambar itu memperlihatkan tatanan meja makan yang dipenuhi beberapa piring makanan yang masih mengepulkan uap tipis.​Bukannya tersenyum senang, kening Dama justru berkerut dalam. Ia membolak-balik layar, mencari baris kalimat yang mungkin tertinggal, namun Hasa benar-benar pelit kata-kata. Gambar itu terasa seperti teka-teki yang gagal ia pecahkan.​"Stephanie, ke ruanganku segera," perintahnya melalui interkom. Tak butuh waktu lama bagi gadis berkacamata itu untuk muncul di ambang pintu dengan buku catatan di tangan.​"Tuan membutuhkan sesuatu?" tanya Stephanie sigap, siap mencatat perintah apa pun.​Dama tidak menjawab, ia justru menyodorkan ponselnya ke atas meja. Stephanie sedikit membungkuk, menyesuaikan fokus kacamatanya untuk memperhatikan gambar kiriman Hasa.​"Menurutmu, apa arti gambar itu?" tanya Dama dengan nada yang sangat serius, seolah s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Angkat   IM sorry

    Suara erangan frustrasi lolos begitu saja dari bibir Dama. Sejak matahari terbit, pria itu tampak gelisah dengan raut wajah yang keruh. Pikirannya tidak bisa diam, terus berputar pada kejadian memalukan tadi malam. Ia membayangkan Hasa yang sedang membongkar pemanas ruangan, lalu menemukan bahwa mesin itu sebenarnya baik-baik saja. Membayangkan ekspresi Hasa saat menyadari kebohongannya membuat Dama merasa ingin menghilang dari kursinya sekarang juga.​Kegalauan itu terbawa hingga ke ruang rapat. Di depan tumpukan dokumen, Dama lebih banyak menatap kosong ke arah jendela, membiarkan suara di sekitarnya terdengar seperti dengungan samar."​Ada dua pengajuan kerja sama, di antaranya Sepolar Group dan Cla Akademy," ujar Stephanie memecah lamunan Dama.​Dua map diletakkan di atas meja, meluncur pelan ke hadapan Dama. Ia mengerjap, mencoba mengumpulkan kembali kesadarannya."​Cla Akademy?" tanya Dama sambil menatap sampul map tersebut.​"Ya, sekolah itu akan mengadakan pertunjukan musik pe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Angkat   Penghangat ruangan rusak

    Cahaya matahari yang menerobos celah jendela seolah tidak sanggup menembus kantuk Dama. Dia baru saja bisa memejamkan mata saat fajar menyingsing, namun sebuah lengkingan keras tiba-tiba merobek keheningan pagi.​"Astaga, apa yang kau lakukan?" Teriakan Hasa membuat Dama tersentak bangun dengan jantung berdebar kencang. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya, matanya masih menyipit berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya ruangan.​Dama mengerjap bingung, benar-benar belum menyadari situasi yang sedang terjadi.​"Aaaa..." Suara jeritan Hasa justru semakin melengking. Gadis itu tampak panik saat menyadari dirinya tidak mengenakan pakaian pun di balik selimut. Dengan gerakan refleks yang kasar, dia menarik selimut itu untuk menutupi dadanya, namun tindakan itu malah membuat tubuh Dama terekspose sepenuhnya.​"Aaaa..." Gantian Dama yang menjerit. Dia terperangah melihat dirinya sendiri yang hanya mengenakan pakaian dalam. Sontak Dama ikut menarik selimut, mencoba merebut kembali pelindung s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Angkat   Sentuhan panas

    Pancaran lampu remang-remang memeluk erat suasana di dalam rumah. Jantung Hasa berdegup kencang, menanggapi sensasi sentuhan yang begitu dekat. Ia merasakan lengan Dama melingkari pinggangnya yang ramping, menariknya dalam dekapan yang intim. Sebuah posisi yang terlalu dekat.​"Biarkan seperti ini," ucap Dama lirih ketika Hasa hendak menarik diri dari pelukan itu.​Wajah Hasa memerah, perasaan ingin melepaskan diri bercampur aduk dengan kebingungan. Sesaat kemudian, ia tersadar bahwa ini sudah melampaui batas dari perjanjian pura-pura mereka. Dengan gerakan sedikit memaksa, Hasa bangkit dari pelukan Dama. Dama sempat terkejut, namun membiarkan gadis itu berdiri.​"Pindah sendiri ke kamarmu," ujar Hasa, suaranya sedikit tercekat, lalu segera melangkah masuk ke dalam kamarnya sendiri.​Dama ditinggalkan sendirian dalam kebisuan. Ia terlihat tenggelam dalam perenungan. Pikirannya berkecamuk, bayangan masa lalu terus datang menghantuinya. Kenyataannya, Dama terlalu takut untuk merasakan k

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Angkat   Ciuman pertama

    Matahari baru saja menampakkan diri, cahayanya masih malu-malu menyentuh landasan pacu, saat Dama mengambil keputusan untuk pulang. Clarissa, dengan langkah tergesa dan napas memburu, mengejarnya sampai ke area check-in bandara.​"Dama, kenapa tidak bilang kalau kau akan datang?" Clarissa melontarkan pertanyaan alih-alih mengucapkan kata maaf, seolah kedatangan tak terduga Dama adalah inti dari masalah mereka.​"Jika aku beri kabar, mungkin selamanya kau akan menipuku," ucap Dama datar, suaranya mengandung kekecewaan yang mendalam.​"Dama, dia hanya temanku, kami..." Clarissa berusaha membela diri, namun Dama memotongnya cepat.​"Kalian sudah tidur bersama." Kalimat itu menusuk telak, tanpa perlu intonasi tinggi.​"Dama, pliss, aku kesepian di sini. Kau sendiri menolak untuk menemaniku di sini." Clarissa mencoba membalikkan keadaan, menuding Dama sebagai penyebab.​Dama mendengus, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan yang menyakitkan. Ia tak habis pikir Clarissa bisa menyala

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Angkat   Dama dan Clarissa dulu

    ​"Kupikir kau tidak akan datang," ucap Clarissa, senyumnya surut begitu melihat ada Stephanie bersama Dama. Clarissa melambaikan tangannya ke arah sebuah pintu di ujung ruangan. "Ayo ke ruangan ku, kita bicara di sana."​Dama mengamati setiap alat musik yang terpajang, didominasi oleh biola dan piano, yang lain tidak begitu banyak. Itu bukan sekedar galeri, Clarissa juga menyediakan tempat latihan, Cla Academy. Di salah satu sudut, Dama melihat koleksi biola yang tampak sangat antik.​"An, buatkan teh dua gelas! Yang hangat ya," perintahnya pada asistennya.​An belum melangkah, matanya menangkap isyarat dari Clarissa. "Ah ya, maaf, maksudku hanya aku dan Dama. Kami perlu bicara pribadi. Stephanie, bisakah anda menunggu di luar sebentar?" Clarissa menatap Stephanie dengan senyum yang dipaksakan.​Sebelum beranjak, Stephanie meminta persetujuan Dama dengan pandangan mata, Dama mengangguk tipis. Kini tinggal mereka berdua di dalam ruangan yang beraroma kayu cendana.​"Nona Stephanie belu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status