Share

Bab 4

Author: Daliah
Simon tidak meninggal, tetapi dia sudah lumpuh, sehingga dia harus terbaring untuk sisa hidupnya.

Hukuman Stanley langsung bertambah dua kali lipat.

Namun, Stanley sama sekali tidak peduli.

Setelah dia dikurung di sel isolasi selama setengah bulan, dia dikembalikan ke ruangannya.

Kali ini, para penjaga penjara sudah menjadi lebih cerdik. Mereka langsung membawanya ke ruang tahanan dan memperkuat pengawasan.

Stanley duduk di dalam ruangan, sedangkan tujuh tahanan lainnya duduk di satu sisi sambil menatapnya dengan ketakutan.

Tujuh orang ini adalah anak buahnya Simon, tetapi sekarang, tidak ada satu pun yang berani mengatakan bahwa dia akan membalaskan dendam Simon.

Stanley duduk sebentar, lalu tiba-tiba berdiri dan menatap ketujuh orang itu sambil berkata, "Dengar-dengar, kalian mau membunuhku untuk membalaskan dendamnya Simon, ya?"

Ketujuh orang itu langsung terkejut. Mereka melambaikan tangan mereka sambil berkata, "Nggak ... nggak, kok!"

Stanley menatap mereka dengan ekspresi datar dan berkata, "Kalian seharusnya sudah mendengar kabar tentangku."

"Orang tuaku meninggal karena aku, jadi aku sudah nggak berniat untuk hidup lagi."

"Tapi, aku nggak mau mati sendirian dan kesepian."

"Kalau aku bisa membawa beberapa orang denganku sebelum aku mati, aku nggak akan mati dengan sia-sia, bukan?"

Wajah semua orang langsung memucat.

Di hadapan orang gila yang sudah tidak berniat untuk hidup lagi, apa gunanya jumlah orang mereka yang lebih banyak?

Mereka tidak mungkin membunuh Stanley. Bagaimanapun, mereka masih ingin dibebaskan dari penjara.

Namun, hal ini tidak berlaku untuk Stanley. Sekarang, dia sudah tidak ingin hidup lagi, jadi dia sama sekali tidak peduli apakah dia bisa dibebaskan dari penjara atau tidak.

Dalam situasi seperti ini, jika Stanley mendapatkan kesempatan untuk menyerang mereka, mereka tidak akan bisa menahan serangan itu!

Simon adalah contoh terbaik untuk hal ini!

Seorang pria yang lebih cerdas bergegas tersenyum dengan maksud menyanjung dan berkata, "Kak Stanley, Anda ... Anda salah paham."

"Simon si bajingan itu suka menindas orang lain. Kami sudah lama nggak menyukainya."

"Saat Anda menghajar dia, Anda sudah membalaskan dendam kami padanya. Kami ... kami sangat berterima kasih pada Anda."

"Mulai sekarang, Anda adalah kakak kami. Apa pun yang Anda perintahkan, kami akan melakukannya. Benar, 'kan, semuanya?!"

Semua orang bergegas mengangguk dan memanggil Stanley dengan panggilan "Kak Stanley".

Stanley meludah dan berseru, "Dasar kelompok pengecut!"

"Pergi sana!"

Semua orang merasa marah, tetapi mereka tidak berani berkomentar. Mereka menundukkan kepala mereka dan meringkuk di satu sisi. Mereka bahkan tidak berani beristirahat di ranjang mereka.

Mulai sekarang, Stanley langsung menjadi pemimpin di ruang tahanan ini.

Selain itu, kekuatannya jauh lebih menakutkan daripada Simon.

Hanya dengan satu tatapan darinya, semua orang langsung bergetar ketakutan.

Keesokan paginya, pada jam sarapan.

Stanley membawa nampannya sambil berjalan masuk ke kantin. Kedatangannya seketika menarik perhatian semua orang.

Di penjara ini, Simon memiliki sekitar 40 bawahan. Para tahanan di ruangan Stanley sudah merasa ketakutan padanya, tetapi orang-orang di ruangan lainnya malah masih menatap Stanley dengan tatapan ganas.

Stanley juga tidak menghiraukan orang-orang itu. Dia mengambil makanan dan berjalan ke sebuah meja.

Orang-orang yang duduk di meja ini adalah bawahan Simon yang bukan berasal dari ruangan Stanley.

Sebelumnya, mereka selalu memerintah Stanley dan sering memukul Stanley.

Sekarang, Stanley berjalan menghampiri orang-orang ini dan menatap mereka dengan tatapan dingin.

Orang-orang ini seketika merasa marah. Seorang pria kekar memelototi Stanley sambil berseru, "Sialan! Lihat apa kamu ...."

Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Stanley sudah beraksi.

Dengan satu gerakan tangannya, sebuah potongan batu yang tipis dan panjang keluar dari lengan bajunya.

Batu ini dipungut oleh Stanley saat dia sedang bekerja di luar.

Satu ujung batu itu sudah diasah oleh Stanley.

Sejak Stanley menusuk matanya Simon, penggunaan garpu sudah dilarang di dalam penjara, jadi Stanley hanya bisa mencari senjata lainnya.

Selama Stanley dirawat di ruang rawat, dia selalu membaca buku kedokteran dan mengingat banyak sekali titik mematikan di tubuh manusia.

Dia langsung melangkah maju dan menusukkan batu itu ke leher pria tersebut secepat kilat.

Pria itu memegang lehernya sambil terjatuh di lantai, sekujur tubuhnya juga kejang-kejang.

Semua orang di sekitar pun tercengang. Namun, Stanley tidak ragu-ragu.

Dia meraih leher pria lainnya dan menusuk pria itu dengan batu tersebut.

Pria ini juga sudah bereaksi cepat dan berusaha keras untuk mengadang serangan ini. Namun, batu tersebut melubangi telapak tangannya, membuatnya berteriak kesakitan.

"Tolong! Tolong!"

Pria itu berteriak dengan sekuat tenaganya.

Beberapa orang di sekitar baru tersadar, mereka pun bergegas mengelilingi Stanley.

Sedangkan Stanley juga sangat sigap. Dia melindungi kepalanya dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lainnya memegang batu itu dan menusuk paha beberapa orang lainnya.

Stanley memang berada dalam posisi rugi karena dia melawan banyak orang sendirian, tetapi beberapa pria itu bahkan terluka lebih parah darinya.

Untung saja, para penjaga bergegas datang dan menjatuhkan Stanley dengan tongkat pemukul.

Saat kepala penjaga datang dan melihat situasi ini, dia merasa sangat marah, hingga urat di keningnya menonjol. Dia berteriak dengan penuh amarah, "Stanley, kamu benar-benar sudah bosan hidup, ya?!"

"Aku akan melaporkan semua hal yang kamu lakukan ke atas!"

"Kalau kamu begini terus, kamu akan dijatuhkan hukuman mati!"

Stanley menggertakkan giginya, darah mengalir di keningnya. Dia berkata, "Kalau begitu, cepat pergi!"

"Kalau nggak, aku pasti akan membunuh semua orang ini!"

Melihat tatapan Stanley yang ganas, beberapa pria itu bergerak mundur dengan ketakutan.

Sedangkan orang-orang di ruangan Stanley bersyukur karena mereka tidak menyinggung Stanley.

Kejadian ini membuat Stanley dikurung lagi di sel isolasi selama setengah bulan.

Namun, pertarungan ini juga membuat Stanley terkenal, tidak ada orang di penjara yang berani menyinggung orang gila ini.

Pada hari pertama Stanley keluar dari sel isolasi, para bawahan Simon datang mencarinya dan berterima kasih padanya. Mereka juga memohon pengampunannya.

Orang-orang ini sudah mengetahui bahwa Stanley adalah orang gila yang tidak ingin hidup lagi, jadi tidak ada yang berani melawan Stanley!

Setelah menyelesaikan urusan dengan orang-orang ini, Stanley pergi mencari David.

"Pak David, aku sudah bertahan hidup."

"Sekarang, kamu seharusnya memberitahuku cara untuk kabur dari penjara, 'kan?"

David tersenyum sambil menatap Stanley dan mengangguk dengan puas. "Kamu memang hebat, benar-benar melampaui dugaanku!"

"Baiklah, karena kamu sudah membuktikan kemampuanmu, aku akan menepati janjiku!"

"Kalau kamu membantuku cari kesempatan, aku bisa membawamu keluar."

Stanley menatap David dan bertanya, "Kesempatan apa?"

David menjawab, "Kesempatan untuk membuat kekacauan di penjara."

"Asalkan terjadi kekacauan, hingga perhatian semua penjaga teralihkan, kamu bisa pergi ke dapur denganku."

David menepuk bahu Stanley dan berkata, "Aku serahkan tugas untuk membuat kekacauan padamu, ya."

"Asalkan kamu bisa menimbulkan kekacauan, aku bisa membawamu pergi!"

Stanley berpikir sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Baiklah, aku akan melakukannya!"

Saat Stanley berbalik dan pergi, David menatap punggungnya sambil tersenyum geli.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 50

    Mendengar teriakan Harry, beberapa bawahannya juga mulai berteriak kesakitan.Penglihatan mereka juga dikaburkan kapur tohor itu, sedangkan kapur tohor yang mengenai air akan menjadi panas dan bersifat sangat korosif.Jika mereka mengucek mata mereka, hal ini akan mempercepat proses korosi, sehingga akibatnya akan menjadi makin parah.Oleh karena itu, untuk sesaat, ruangan ini penuh akan suara teriakan. Semua bawahan yang dibawa Harry pun jatuh dalam kekacauan.Sedangkan Stanley dan yang lainnya sudah melakukan persiapan.Saat Jakob menarik kain terpal itu, semua orang langsung memakai kacamata.Meskipun kacamata ini tidak bisa menghalangi semua kapur tohor, sebagian bisa terhalangi.Selain itu, mereka juga memejamkan mata mereka pada waktunya, sehingga kapur tohor itu sama sekali tidak masuk ke mata mereka.Mereka juga memiliki persiapan lainnya.Stanley sudah terlebih dahulu mempersiapkan dua bungkus minyak.Saat kapur tohor dijatuhkan, mereka langsung membuka sebungkus minyak untuk

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 49

    Siapa di antara mereka yang belum pernah dipenjara?Javier bergegas maju dan bertanya, "Kak, apa yang harus kita lakukan sekarang?""Bagaimana kalau kita suruh mereka keluar, bawa mereka ke tempat lain, lalu hajar mereka habis-habisan?!"Harry melambaikan tangannya sambil berkata, "Nggak.""Mereka hanya empat orang, sedangkan kita ramai sekali. Kalau kita pergi memanggil mereka keluar, mereka pasti akan ketakutan setengah mati.""Mereka sangat cekatan. Kalau mereka melarikan diri, kita mungkin saja nggak bisa menahan mereka.""Jangan bertindak gegabah. Kita diam-diam ke sana, kepung mereka di dalam rumah, baru tangkap mereka!"Javier langsung tersenyum sambil berkata, "Kak, kamu memang paling bijak!"Dengan ekspresi bangga, Harry melambaikan tangannya dan berseru, "Ambil senjata kalian, maju!"Sekelompok pemuda pun mengeluarkan senjata mereka dan diam-diam berjalan memasuki gang itu ke rumahnya Stanley.Langit sudah gelap, sedangkan lampu jalan di luar gang tua ini sudah lama rusak.Te

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 48

    Leo benar-benar memanggil dua temannya.Salah satunya bernama Jakob Wester. Orangnya kurus dan kecil, dengan bagian mulutnya meruncing ke depan.Pria lainnya bernama Teddy Orlando, dia adalah sepupunya Leo, dengan perawakan tinggi dan kuat.Hanya saja, Teddy kurang pintar. Selain itu, dia memiliki nafsu makan yang sangat kuat.Pada siang hari, Linda memasak banyak makanan. Teddy melahap makanannya dengan sangat cepat, tetapi dia masih saja tidak kenyang.Linda pun memasakkan dua bungkus mi lagi untuknya, baru setelah itulah dia merasa puas.Leo memperkenalkan dua temannya pada Stanley, lalu berkata, "Stanley, mereka berdua adalah temanku yang sangat setia, kamu bisa memercayai mereka."Stanley menganggukkan kepalanya, dia juga sangat memercayai Leo.Dia pun menceritakan perihal Harry akan datang untuk balas dendam nanti malam.Mendengar hal ini, Teddy hanya duduk diam dengan ekspresi kosong, seakan-akan dia tidak mendengar apa pun.Sedangkan Jakob menggaruk kepalanya sambil bertanya pa

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 47

    Leo berkata dengan cemas, "Sialan! Kondisinya berbeda.""Kamu melawan Jovan mati-matian, tapi apakah kamu akan melawan Harry seperti itu juga?""Kamu sudah susah payah mendapatkan kembali nama baikmu, jangan sampai menyebabkan korban jiwa lagi!"Stanley tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Leo. "Tenang saja, aku punya rencanaku sendiri," katanya."Ayo jalan, kita siap-siap dulu di rumah. Selain itu, coba ceritakan siapa Harry sebenarnya."Leo menatap Stanley dengan tatapan kebingungan karena Stanley terlalu tenang.Namun, dia tetap mengejar Stanley dengan tertatih-tatih dan mulai menceritakan tentang Harry pada Stanley.Harry adalah seorang preman di Kota Picma.Seperti Felix, Harry juga bekerja sebagai seorang pengawas.Namun, Harry mengawasi beberapa pusat permainan.Mendengar penjelasan ini, Stanley bertanya dengan heran, "Pusat permainan?""Bukankah kamu bilang Harry lebih hebat daripada Felix?""Kenapa dia hanya mengawasi beberapa pusat permainan?"Leo menjawab, "Kamu nggak tahu, y

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 46

    Pertarungan ini dimulai dan berakhir dengan cepat.Meskipun ada tiga orang di pihak Javier, Javier langsung ditendang Stanley di selangkangannya, sehingga dia tidak bisa bergerak.Salah satu dari dua pemuda yang tersisa dilukai matanya oleh Stanley dan dipukul hingga babak belur oleh Leo dengan kruknya.Saat Stanley menahan pemuda terakhir di lantai, dia masih meronta dan ingin melawan.Namun, Stanley sudah mempelajari banyak hal dari buku "Delapan Jalur Energi Khusus" selama ini.Meskipun pemuda ini meninju Stanley dua kali, perlawanan itu hanya membuat Stanley merasa sedikit kesakitan.Namun, beda halnya dengan serangan Stanley. Setiap serangannya mengenai titik fatal.Dia memang memukul dengan tinjunya, tetapi sudah cukup untuk membuat pemuda ini kehilangan kemampuan untuk melawan.Oleh karena itu, dalam waktu kurang dari lima menit, Javier dan dua pemuda lainnya sudah dikalahkan dan berjongkok di samping dinding sambil menundukkan kepala mereka.Awalnya, Leo yang tangan dan kakinya

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 45

    Kemudian, Stanley melewati waktu setengah bulan tanpa kejadian khusus apa pun.Selama ini, Leo selalu datang ke rumahnya Stanley. Dia mengembalikan uang 600 juta dan emas batangan sebelumnya pada Stanley.Adapun Linda juga sudah menganggap rumahnya Stanley sebagai tempat tinggalnya.Pada pagi hari, dia datang dan memasak untuk dua pria itu.Pada malam hari, dia pergi bekerja dan pulang kerja pagi-pagi sekali, lalu tidur di rumahnya Stanley.Ketiga orang ini tinggal bersama, layaknya keluarga.Dalam waktu setengah bulan terakhir, selain pergi memberi penghormatan untuk orang tuanya, Stanley menghabiskan sisa waktunya dengan berkeliaran di jalanan.Dia terutama mengamati situasi bisnis di Kota Picma untuk memilih industri untuk digeluti.Dalam waktu setengah bulan, orangnya Kent juga tidak pernah datang mencari Stanley.Kent pernah mengatakan bahwa dia menginginkan agar Stanley bekerja untuknya.Sedangkan sekarang, Kent seperti sudah melupakannya.Namun, Stanley juga tidak berinisiatif u

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 44

    Pada malam hari, Leo pulang dengan bertumpu pada kruknya.Stanley duduk sendirian di ruangan yang kosong dengan berbagai pikiran dalam benaknya.Setelah duduk diam untuk sangat lama, dia berjalan masuk ke ruang dalam dan mengeluarkan sebuah tas.Ini adalah tas yang dibawa David saat melarikan diri dari penjara.Ada sedikit uang dan beberapa barang di dalamnya.Meskipun Stanley tidak mengetahui identitas David, pria licik seperti itu jelas bukan orang biasa.Oleh karena itu, barang yang dia bawa dalam situasi seperti itu pasti sangat penting.Sebelumnya, Stanley tidak punya waktu untuk mengurus benda-benda ini. Sekarang, segalanya sudah terselesaikan, jadi Stanley juga ingin melihat barang apa saja yang dibawa David dengan mempertaruhkan nyawanya.Di dalam tas tersebut, terdapat beberapa lapisan plastik yang terbungkus dengan rapat.Saat Stanley membuka kantong plastik itu, dia melihat beberapa lapis kertas kraft yang terbungkus lagi di dalamnya. Bisa dilihat betapa pentingnya barang in

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 43

    Stanley tersenyum. Hidupnya sudah lama berubah.Pada saat ini, Linda berjalan keluar setelah bersih-bersih.Dia mengambil kotak rokok dari tangan Leo dan menyalakan sebatang rokok sambil bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan?"Leo tersenyum sambil berkata, "Sudah lihat, belum? Wanita ini bahkan lebih jantan darimu!""Apa salahnya merokok?"Stanley tersenyum sambil menatap Linda dan berkata, "Oh ya, seingatku, kamu sepertinya punya seorang adik laki-laki, deh.""Apa yang dia lakukan sekarang?"Linda terdiam sejenak, lalu menundukkan kepalanya sehingga rambutnya menutupi separuh wajahnya.Dia mengisap rokok itu dalam-dalam dan tertawa, lalu menjawab, "Kondisi kesehatannya kurang baik, jadi dia sedang dalam pemulihan."Stanley tahu bahwa Linda sepertinya menyembunyikan sesuatu.Dia juga tidak banyak tanya dan hanya bersandar di kursi dalam diam.Setelah merokok, Linda berdiri dan berkata, "Sudahlah, aku harus pergi kerja.""Makan malam masing-masing, ya!"Seusai berbicara, dia menga

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 42

    Pada siang harinya, Stanley pergi membeli sayur, sedangkan Linda masuk ke dapur dan mempersiapkan banyak makanan.Melihat meja yang penuh akan makanan, Leo yang duduk di meja makan berseru dengan kagum, "Wah, nggak kusangka, Kak Linda pandai masak, ya!"Stanley juga menatap Linda dengan terkejut. Dia tidak menyangka bahwa wanita yang terlihat seperti gadis manja ini ternyata memiliki keterampilan memasak sebagus ini.Makanan yang memenuhi meja itu harum dan lezat, tidak kalah dari masakan ibunya Stanley.Linda tersenyum dengan bangga dan berkata, "Huh, sejak umur delapan tahun, aku sudah bisa memasak.""Pada saat itu, akulah yang memasak untuk keluargaku!"Stanley pun bertanya dengan terkejut, "Delapan tahun?""Orang tuamu benar-benar rela membiarkanmu melakukan pekerjaan rumah, ya!"Mendengar ucapan ini, Linda tampak agak tidak nyaman, matanya juga memerah.Stanley tiba-tiba teringat akan sesuatu.Dulu, saat mereka masih bersekolah, orang tuanya Linda sepertinya tidak pernah pergi ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status