Share

Bab 5

Author: Daliah
Tiga hari kemudian, saat para tahanan sedang bekerja seperti biasanya, Stanley memulai pertengkaran dengan seorang pria yang lebih senior di penjara.

Pria ini juga pernah menindas Stanley.

Namun, setelah kejadian yang menimpa Simon, pria ini sudah ketakutan pada Stanley, jadi dia selalu menghindari Stanley.

Kali ini, keduanya bertemu secara kebetulan.

Pria ini ingin bercanda untuk meredakan suasana yang tegang, tetapi dia malah memancing amarah Stanley.

Stanley langsung melemparkan pria ini ke lantai dan hampir merobek setengah telinga pria ini, membuatnya berteriak kesakitan.

Sedangkan Stanley juga menggila, dia menunjuk pria itu sambil berteriak dengan penuh amarah, "Sebelum masalah ini diselesaikan, aku nggak akan melepaskanmu!"

Pria ini juga sudah merasa marah hingga sekujur tubuhnya bergetar. Dia menghubungi beberapa pria lainnya untuk membahas cara untuk mengatasi masalah Stanley.

Sebelumnya, mereka adalah sosok yang berkuasa di penjara dan tidak ada yang berani menyinggung mereka.

Sekarang, mereka merasa sangat marah karena Stanley bersikap begitu arogan pada mereka.

Kejadian ini benar-benar membuat para pria ini menyadari bahwa mereka tidak akan bisa menjalani hidup dengan baik jika mereka tidak menyelesaikan masalah dengan Stanley.

Namun, pembahasan ini tidak menghasilkan kesimpulan apa pun.

Bagaimanapun, tidak ada yang berani menyinggung orang gila seperti Stanley. Semua orang hanya bisa bersepakat untuk melawan Stanley bersama, agar mereka tidak dijatuhkan sendirian.

Setelah dikurung selama dua hari, begitu Stanley kembali ke ruang tahanan, dia langsung mengumpulkan orang-orang di pihaknya.

Orang-orang ini adalah bawahan Simon. Sekarang, semuanya sudah menjadi bawahan Stanley.

Stanley sangat terus terang, dia langsung memberikan mereka perintah untuk menyerang senior itu pada malam hari.

Pada jam makan malam, saat semua orang sedang makan di kantin, Stanley tiba-tiba memukul meja. Orang-orang di sisinya langsung pergi mengepung pria senior itu.

Pria itu juga terkejut, dia pun bergegas memanggil orang-orang di pihaknya untuk meminta bantuan mereka.

Orang-orang yang sebelumnya bersepakat untuk bekerja sama dengan dirinya pun membantunya.

Kedua belah pihak langsung bertarung, sehingga suasana menjadi kacau.

Para penjaga penjara terkejut dan bergegas pergi menjaga ketertiban.

Stanley memanfaatkan kekacauan ini untuk menyelinap ke dapur, lalu pergi ke tempat yang sudah dia sepakati dengan David.

David sudah datang dengan membawa sebuah tas. Saat dia melihat Stanley, dia langsung tersenyum. "Bagus sekali," katanya.

Melihat tas di tangan David, Stanley tidak berkomentar, tetapi tatapannya terlihat ragu.

David merasa senang, dia juga tidak memedulikan keanehan Stanley, melainkan membuka tutup saluran pembuangan yang tersembunyi dan melompat turun dengan Stanley.

Setelah itu, David mengembalikan tutup itu ke posisinya semula.

Saluran ini sebenarnya adalah pipa untuk membuang limbah, berbagai jenis limbah dan kotoran bertumpuk di dalamnya, sehingga baunya sangat menjijikkan.

Selain itu, pipa ini tidak lebar, sehingga mereka harus merangkak di dalamnya.

Setengah pipa ini dipenuhi limbah. Saat mereka merangkak, limbah itu akan mencapai dagu mereka.

Jika mereka membungkuk sedikit saja, limbah itu akan masuk ke mulut mereka.

Cuaca pada saat ini dingin, sehingga limbah air itu bukan hanya bau, tetapi juga sangat dingin.

Meskipun begitu, Stanley tidak berkomentar, dia terus merangkak maju dengan cepat.

Ini adalah satu-satunya kesempatan baginya. Apa pun yang terjadi, dia tetap harus melarikan diri!

Bahkan jika dia tidak bisa membuktikan kebenarannya, dia tetap harus mengembalikan keadilan orang tuanya!

Perjalanan ini berjarak sejauh lima kilometer. Entah berapa lama mereka sudah merangkak, Stanley juga sudah berkali-kali ingin muntah, tetapi dia berusaha keras untuk menahan diri.

Akhirnya, mereka mendengar suara air mengalir di depan.

David pun berkata dengan senang, "Kita sudah hampir tiba."

Dalam waktu singkat, mereka melihat seberkas cahaya yang redup di depan, yang berasal dari cahaya bulan.

Jalan keluar dari saluran pembuangan ini berada di tepi sungai.

Hanya saja, jalan keluar ini dihalangi oleh jeruji besi.

Stanley melihatnya sekilas dan mengernyit sambil bertanya, "Bagaimana kita bisa keluar?"

David tersenyum dan berkata, "Tenang saja, aku sudah punya persiapan."

"Aku sudah meminta orang di luar untuk menggergaji jeruji besi ini."

"Dorong saja dengan kuat, jerujinya akan terbuka."

Stanley mengangguk dan berkata, "Baiklah, biar kucoba!"

Dia merangkak maju dan memegang jeruji besi itu dengan kedua tangannya, lalu mendorongnya dengan kuat.

Seperti kata David, jeruji besi itu tidak kuat. Dengan satu dorongan saja, Stanley sudah mematahkan beberapa batang besi.

Sedangkan pada saat ini, David sudah diam-diam menghampiri Stanley dari belakang.

Entah sejak kapan, dia sudah memegang sebuah belati di tangannya, tatapannya ganas. Saat Stanley sedang mendorong pagar besi itu, dia menusukkan belati itu ke jantung Stanley dengan kuat.

Belati itu menusuk tubuh Stanley yang sedang lengah, sehingga Stanley jatuh ke dalam limbah air tersebut.

David tertawa dengan sinis dan berkata, "Nak, tugasmu sudah selesai."

"Mumpung kamu ingin mati, aku akan mewujudkan keinginanmu!"

"Nggak usah berterima kasih padaku!"

Seusai berbicara, David mulai mendorong pagar besi itu dengan kuat.

Namun, pada saat ini, terdengar suara air dari belakang.

Sebelum David sempat bereaksi, Stanley sudah menerjang ke depan dan menahan David di tanah, lalu menusuk leher David dengan belati.

Sedangkan David juga sangat sigap, dia langsung mengangkat tangannya untuk mengadang serangan ini.

Secara bersamaan, dia juga mencengkeram leher Stanley.

Dia memegang pergelangan tangan Stanley dan memutar pergelangan tangan Stanley dengan kuat.

David tertawa dengan sinis dan berkata, "Nak, kamu pintar juga, ya! Bisa-bisanya kamu pura-pura mati!"

"Tapi, akulah yang mengajarkan trik seperti ini padamu. Atas dasar apa kamu bertarung denganku ...."

Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Stanley tiba-tiba mengangkat tangannya yang lainnya, sehingga sebuah benda melesat ke arah David.

David mengangkat tangannya, tetapi dia malah menghancurkan benda tersebut.

Kemudian, gumpalan bubuk terbang keluar dan menyebar ke segala arah.

Bubuk tersebut langsung masuk ke matanya David.

Dia bergegas memejamkan matanya dan menyeka wajahnya. Namun, pada saat ini, perutnya tiba-tiba terasa sakit, seakan-akan ada belati yang menancap ke dalam perutnya.

David bergerak mundur beberapa langkah dan terjatuh keluar dari saluran pembuangan itu, ke tepi sungai.

Dia menatap belati di perutnya dengan tatapan kebingungan, lalu menatap tangan Stanley yang lainnya.

Pada saat ini, dia baru menyadari bahwa tangan kanan Stanley bukan memegang belati, melainkan memegang sebuah tongkat.

Tadi, Stanley tidak menusuk lehernya dengan belati itu.

Belati yang sesungguhnya selalu berada di tangan kirinya Stanley!

David terbatuk-batuk, darah segar pun mengalir dari mulutnya. Dia menatap Stanley dengan tatapan tidak percaya dan berseru, "Kamu ... mustahil!"

Stanley menatap David dengan tatapan dominan dan berkata, "Apakah kamu masih mengingat aturan pertama untuk bertahan hidup yang kamu ajarkan padaku?"

David tertawa dengan getir dan berseru, "Kalau ada kejadian yang nggak terduga, pasti ada alasan buruk di baliknya!"

"Benar," kata Stanley sambil mengangguk dengan tenang.

"Kalau ada kejadian yang nggak terduga, pasti ada alasan buruk di baliknya."

"Kita nggak memiliki hubungan apa pun, tapi kamu malah membantuku dengan begitu baik hati. Kalau kamu nggak punya tujuan apa pun, kamu nggak mungkin membantuku!"

Wajah David sudah memucat. Dia menatap Stanley sambil menggertakkan giginya dan berkata, "Jadi, dari awal, kamu sudah mewaspadaiku, ya?!"

Stanley mengangguk dengan pelan dan berkata, "Sejak kamu mengajarkanku aturan pertama untuk bertahan hidup, aku sudah mewaspadaimu!"

"Lebih tepatnya, aku sudah nggak lagi memercayai siapa pun di dunia ini!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 50

    Mendengar teriakan Harry, beberapa bawahannya juga mulai berteriak kesakitan.Penglihatan mereka juga dikaburkan kapur tohor itu, sedangkan kapur tohor yang mengenai air akan menjadi panas dan bersifat sangat korosif.Jika mereka mengucek mata mereka, hal ini akan mempercepat proses korosi, sehingga akibatnya akan menjadi makin parah.Oleh karena itu, untuk sesaat, ruangan ini penuh akan suara teriakan. Semua bawahan yang dibawa Harry pun jatuh dalam kekacauan.Sedangkan Stanley dan yang lainnya sudah melakukan persiapan.Saat Jakob menarik kain terpal itu, semua orang langsung memakai kacamata.Meskipun kacamata ini tidak bisa menghalangi semua kapur tohor, sebagian bisa terhalangi.Selain itu, mereka juga memejamkan mata mereka pada waktunya, sehingga kapur tohor itu sama sekali tidak masuk ke mata mereka.Mereka juga memiliki persiapan lainnya.Stanley sudah terlebih dahulu mempersiapkan dua bungkus minyak.Saat kapur tohor dijatuhkan, mereka langsung membuka sebungkus minyak untuk

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 49

    Siapa di antara mereka yang belum pernah dipenjara?Javier bergegas maju dan bertanya, "Kak, apa yang harus kita lakukan sekarang?""Bagaimana kalau kita suruh mereka keluar, bawa mereka ke tempat lain, lalu hajar mereka habis-habisan?!"Harry melambaikan tangannya sambil berkata, "Nggak.""Mereka hanya empat orang, sedangkan kita ramai sekali. Kalau kita pergi memanggil mereka keluar, mereka pasti akan ketakutan setengah mati.""Mereka sangat cekatan. Kalau mereka melarikan diri, kita mungkin saja nggak bisa menahan mereka.""Jangan bertindak gegabah. Kita diam-diam ke sana, kepung mereka di dalam rumah, baru tangkap mereka!"Javier langsung tersenyum sambil berkata, "Kak, kamu memang paling bijak!"Dengan ekspresi bangga, Harry melambaikan tangannya dan berseru, "Ambil senjata kalian, maju!"Sekelompok pemuda pun mengeluarkan senjata mereka dan diam-diam berjalan memasuki gang itu ke rumahnya Stanley.Langit sudah gelap, sedangkan lampu jalan di luar gang tua ini sudah lama rusak.Te

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 48

    Leo benar-benar memanggil dua temannya.Salah satunya bernama Jakob Wester. Orangnya kurus dan kecil, dengan bagian mulutnya meruncing ke depan.Pria lainnya bernama Teddy Orlando, dia adalah sepupunya Leo, dengan perawakan tinggi dan kuat.Hanya saja, Teddy kurang pintar. Selain itu, dia memiliki nafsu makan yang sangat kuat.Pada siang hari, Linda memasak banyak makanan. Teddy melahap makanannya dengan sangat cepat, tetapi dia masih saja tidak kenyang.Linda pun memasakkan dua bungkus mi lagi untuknya, baru setelah itulah dia merasa puas.Leo memperkenalkan dua temannya pada Stanley, lalu berkata, "Stanley, mereka berdua adalah temanku yang sangat setia, kamu bisa memercayai mereka."Stanley menganggukkan kepalanya, dia juga sangat memercayai Leo.Dia pun menceritakan perihal Harry akan datang untuk balas dendam nanti malam.Mendengar hal ini, Teddy hanya duduk diam dengan ekspresi kosong, seakan-akan dia tidak mendengar apa pun.Sedangkan Jakob menggaruk kepalanya sambil bertanya pa

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 47

    Leo berkata dengan cemas, "Sialan! Kondisinya berbeda.""Kamu melawan Jovan mati-matian, tapi apakah kamu akan melawan Harry seperti itu juga?""Kamu sudah susah payah mendapatkan kembali nama baikmu, jangan sampai menyebabkan korban jiwa lagi!"Stanley tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Leo. "Tenang saja, aku punya rencanaku sendiri," katanya."Ayo jalan, kita siap-siap dulu di rumah. Selain itu, coba ceritakan siapa Harry sebenarnya."Leo menatap Stanley dengan tatapan kebingungan karena Stanley terlalu tenang.Namun, dia tetap mengejar Stanley dengan tertatih-tatih dan mulai menceritakan tentang Harry pada Stanley.Harry adalah seorang preman di Kota Picma.Seperti Felix, Harry juga bekerja sebagai seorang pengawas.Namun, Harry mengawasi beberapa pusat permainan.Mendengar penjelasan ini, Stanley bertanya dengan heran, "Pusat permainan?""Bukankah kamu bilang Harry lebih hebat daripada Felix?""Kenapa dia hanya mengawasi beberapa pusat permainan?"Leo menjawab, "Kamu nggak tahu, y

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 46

    Pertarungan ini dimulai dan berakhir dengan cepat.Meskipun ada tiga orang di pihak Javier, Javier langsung ditendang Stanley di selangkangannya, sehingga dia tidak bisa bergerak.Salah satu dari dua pemuda yang tersisa dilukai matanya oleh Stanley dan dipukul hingga babak belur oleh Leo dengan kruknya.Saat Stanley menahan pemuda terakhir di lantai, dia masih meronta dan ingin melawan.Namun, Stanley sudah mempelajari banyak hal dari buku "Delapan Jalur Energi Khusus" selama ini.Meskipun pemuda ini meninju Stanley dua kali, perlawanan itu hanya membuat Stanley merasa sedikit kesakitan.Namun, beda halnya dengan serangan Stanley. Setiap serangannya mengenai titik fatal.Dia memang memukul dengan tinjunya, tetapi sudah cukup untuk membuat pemuda ini kehilangan kemampuan untuk melawan.Oleh karena itu, dalam waktu kurang dari lima menit, Javier dan dua pemuda lainnya sudah dikalahkan dan berjongkok di samping dinding sambil menundukkan kepala mereka.Awalnya, Leo yang tangan dan kakinya

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 45

    Kemudian, Stanley melewati waktu setengah bulan tanpa kejadian khusus apa pun.Selama ini, Leo selalu datang ke rumahnya Stanley. Dia mengembalikan uang 600 juta dan emas batangan sebelumnya pada Stanley.Adapun Linda juga sudah menganggap rumahnya Stanley sebagai tempat tinggalnya.Pada pagi hari, dia datang dan memasak untuk dua pria itu.Pada malam hari, dia pergi bekerja dan pulang kerja pagi-pagi sekali, lalu tidur di rumahnya Stanley.Ketiga orang ini tinggal bersama, layaknya keluarga.Dalam waktu setengah bulan terakhir, selain pergi memberi penghormatan untuk orang tuanya, Stanley menghabiskan sisa waktunya dengan berkeliaran di jalanan.Dia terutama mengamati situasi bisnis di Kota Picma untuk memilih industri untuk digeluti.Dalam waktu setengah bulan, orangnya Kent juga tidak pernah datang mencari Stanley.Kent pernah mengatakan bahwa dia menginginkan agar Stanley bekerja untuknya.Sedangkan sekarang, Kent seperti sudah melupakannya.Namun, Stanley juga tidak berinisiatif u

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 44

    Pada malam hari, Leo pulang dengan bertumpu pada kruknya.Stanley duduk sendirian di ruangan yang kosong dengan berbagai pikiran dalam benaknya.Setelah duduk diam untuk sangat lama, dia berjalan masuk ke ruang dalam dan mengeluarkan sebuah tas.Ini adalah tas yang dibawa David saat melarikan diri dari penjara.Ada sedikit uang dan beberapa barang di dalamnya.Meskipun Stanley tidak mengetahui identitas David, pria licik seperti itu jelas bukan orang biasa.Oleh karena itu, barang yang dia bawa dalam situasi seperti itu pasti sangat penting.Sebelumnya, Stanley tidak punya waktu untuk mengurus benda-benda ini. Sekarang, segalanya sudah terselesaikan, jadi Stanley juga ingin melihat barang apa saja yang dibawa David dengan mempertaruhkan nyawanya.Di dalam tas tersebut, terdapat beberapa lapisan plastik yang terbungkus dengan rapat.Saat Stanley membuka kantong plastik itu, dia melihat beberapa lapis kertas kraft yang terbungkus lagi di dalamnya. Bisa dilihat betapa pentingnya barang in

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 43

    Stanley tersenyum. Hidupnya sudah lama berubah.Pada saat ini, Linda berjalan keluar setelah bersih-bersih.Dia mengambil kotak rokok dari tangan Leo dan menyalakan sebatang rokok sambil bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan?"Leo tersenyum sambil berkata, "Sudah lihat, belum? Wanita ini bahkan lebih jantan darimu!""Apa salahnya merokok?"Stanley tersenyum sambil menatap Linda dan berkata, "Oh ya, seingatku, kamu sepertinya punya seorang adik laki-laki, deh.""Apa yang dia lakukan sekarang?"Linda terdiam sejenak, lalu menundukkan kepalanya sehingga rambutnya menutupi separuh wajahnya.Dia mengisap rokok itu dalam-dalam dan tertawa, lalu menjawab, "Kondisi kesehatannya kurang baik, jadi dia sedang dalam pemulihan."Stanley tahu bahwa Linda sepertinya menyembunyikan sesuatu.Dia juga tidak banyak tanya dan hanya bersandar di kursi dalam diam.Setelah merokok, Linda berdiri dan berkata, "Sudahlah, aku harus pergi kerja.""Makan malam masing-masing, ya!"Seusai berbicara, dia menga

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 42

    Pada siang harinya, Stanley pergi membeli sayur, sedangkan Linda masuk ke dapur dan mempersiapkan banyak makanan.Melihat meja yang penuh akan makanan, Leo yang duduk di meja makan berseru dengan kagum, "Wah, nggak kusangka, Kak Linda pandai masak, ya!"Stanley juga menatap Linda dengan terkejut. Dia tidak menyangka bahwa wanita yang terlihat seperti gadis manja ini ternyata memiliki keterampilan memasak sebagus ini.Makanan yang memenuhi meja itu harum dan lezat, tidak kalah dari masakan ibunya Stanley.Linda tersenyum dengan bangga dan berkata, "Huh, sejak umur delapan tahun, aku sudah bisa memasak.""Pada saat itu, akulah yang memasak untuk keluargaku!"Stanley pun bertanya dengan terkejut, "Delapan tahun?""Orang tuamu benar-benar rela membiarkanmu melakukan pekerjaan rumah, ya!"Mendengar ucapan ini, Linda tampak agak tidak nyaman, matanya juga memerah.Stanley tiba-tiba teringat akan sesuatu.Dulu, saat mereka masih bersekolah, orang tuanya Linda sepertinya tidak pernah pergi ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status