Pemeriksaan Lala di lakukan, gadis kecil itu menjalani serangkaian tes dengan alat seadanya, setelah menunggu beberapa jam, seorang dokter berperawakan tinggi masuk ke dalam ruangan Lala."Apa hasilnya sudah keluar?" Satria langsung bertanya.Dokter bernama Ibra itu di kenalnya dengan baik, Satria juga tak menyangka mereka akan bertemu di rumah sakit ini saat pemeriksaan akan di lakukan."Ya, tapi kami harus lalukan scan kepala untuk melihat kenapa dia belum juga sadar." Satria diam, ia sudah tau ini akan terjadi, namun rumah sakit ini tidak memiliki peralatan yang lengkap, sehingga untuk beberapa pemeriksaan mereka akan membawa pasien ke rumah sakit lain. Masalahnya adalah kondisi Lala tidak memungkinkan untuk di bawa menggunakan ambulan ke rumah sakit lain. Lala belum siap untuk itu."Kita tunggu dua hari, jika saturasi napasnya bagus dan kondisinya tidak menurun, saya akan pindah rumah sakit dokter."Satria menjelaskan apa yang akan dia lakukan pada dokter yang dia kenal itu."Ya,
Sampai ke dalam rumah sakit, tak perlu menunggu lama Lala segera di bawa untuk melakukan CT Scan, sebab hanya itu satu-satunya cara mengetahui ada masalah apa di dalam kepala gadis kecil itu.Hingga menjelang sore mereks masih menunggu hasil Scan dan seorang doker wanita masuk bersama perawat."Halo dokter Rion." Sapa wanita berhijab besar itu pada Satria."Halo, dokter Mira, lama tidak berjumpa."Dokter Mir tersenyum melihat Satria dan setelahnya ia kembali melihat Lala. Dokter Mira memeriksa setiap detail keadaan Lala dan tersenyum melihat bagaimana keadaan gadis itu."Hasil scan sudah keluar dokter Rion dan kita akan membacanya bersama." Dokter bernama Mira itu mengambil rekam medis Lala dan mencatatkan benerapa hal."Apa dokter Mira sudah melihatnya?" "Iya, tapi lebih baik orang tua pasien sendiri melihat dan mendapat penjelasan, bisa kita bicara di ruangan depan?"Kali ini Sri berdiri dan menggandeng tangan Satria." Akan ikut!" Bisiknya di telinga sang suami.Satria tak memberi
"Mei, berhenti!" Suara tuan Lee tak lagi terdengar di telingga putrinya."Kejar istrimu Iyan!" Perintah tuan Lee segera setelah Sri pergi."Tapi bagaimana dengan bapak?" Satria masih ragu." Kejar istrimu dulu, bapak bisa jalan sendiri!" Ucap tuan Lee sambil melirik bebeapa pengawal di sisi belakangnya.Memastikan tuan Lee banyak yang jaga, Satria segera menyusul istrinya.Sementara Sri berlari mengikuti petugas yang masuk ke dalam lif, namun saat dia sampai di depan lif, lif telah tertutup dan naik lebih dulu, Sri yang panik mengingat ada tangga dan segera dia berlari ke tangga di tengah gedung."Sayang tenanglah!" Satria mencoba menghentikan langkah istrinya namun terlambat, Sri sudah berlari meninggalkan dirinya lagi.Mau tak mau Satria mengikuti Sri dari belakang, dia tak bisa lagi berteriak meminta berhenti, tidak di tengaj gedung rumh sakit itu.Sementara Sri berlari dengan separuh jiwa yang hancur membayangkan bila terjadi sesuatu pada putrinya, ia berlari tanpa perduli lagi si
Satria berlari memutari rumah sakit, mencari wanita yang di katakan maminya sempat masuk ke dalam kamar Lala, namun dia tidak menemukan orang itu."Bagaimana jika kita periksa cctv?" Arman memberinya saran dan Satria menyetujuinya.Segera dia masuk ke ruang keamanan dan meminta mereka memutar rekaman cctv. Pihal keamanan dengan mudab memberikan rekaman itu mengingat bahwa mereka bida saja melaporkan keteledoran rumah sakit dalam menjaga keamanan pasien pada pihak kedisiplinan, mereka bisa terkena masalah.Satria mengamati layat, melihat wanita itu masuk dari depan dan naik dengan baju biasa, setelahnya dia bergsnti sragam perawat dan.masuk ke dalam ruang perawatan Lala tak lama dia kembali keluar."Perbesar gambar itu!" Ucap Satria dan kini dia melihat jelas wajah wanita itu."Ambil gambar wanita itu dan cari hingga ketemu!" Ucap Satria lalu keluar dari ruangan dengan kesal.Siapa perempuan itu? Apa yang dia inginkan dari kami, kenapa begitu banyak orang ingin mencelakai Lala?Satroa
Aini terlihat berjalan kembali ke arah jalan besar, Arman berjalan mengikuti Aini lagi, namun Satria lebih tertarik melihat apa yang. ada di dalam rumah petak itu."Tuan, wanita itu pergi ke sana!" Arman menyadarkan Satria dari lamunannya."Ikuti dia man, aku akan masuk dan melihat ke dalan rumah ini." Ucapnya lalu mengintip dari balik jendela kaca."A_apa ini!" Ucap Satria dengan mata membelalak, melihat sendiri apa yang ada di hadapannya.Belasan anak duduk tanpa alas di rumah petak sempit itu, mereka nampak makan bersama hanya dengan dua bungkus nasi dan dua potong tahu goreng, yang lebih menyedihkan bocah 3 tahun ikut ada di antara mereka.Kegilaan macam apa ini?"Satria ingin membuka pintu rumah itu, namun bunyi ponselnya membuat dia mengurungkan niatnya dulu."Ada apa?" Tanyanya pada Arman, pengawal pribadi Sri itu sekarang menghubunginya."Apa tuan masih lama?""Memangnya ada apa?""Aini sudah pergi lagi dengan mobil lain.""Apa? Oke kamu ikuti dia, jangan lupa kirim lokasimu n
Sri ambruk ke lantai, pilihannya begitu sulit, jika dia biarkan Lala tetap di sini, kapan saja putrinya bisa mati, tapi membawa Lala dengan cara mengerikan itu, Sri takut putrinya benar-benar tak akan bisa di selamatkan"Katakan Mei, apa yang kamu pilih?" Bapak kembali berucap dengan lantang dan membuat tubuh Sri semakin gemetar."Mei!""Suntikkan dokter Mira, suntikkan!" Ucap Sri gemetar bersamaan dengan suara bapak yang memanggil namanya dengan lantang.Erica memeluk Sri dalam tangis, melihat dokter Mira menyuntikkan kembali obat yang hampir membunuh Lala tadi dan tak lama detak jantung Lala melemah, Sri gemetar menutup mulutnya, dia mendekat dan memeluk Lala yang benar-benar diam sekarang.Dengan cepat perawat melepaskan semua alat yang menempel di tubuh Lala dan gadis itu di bawa keluar dengan selambu menutupi seluruh tubuh hingga kepalanya."Mami..." Lirih Sri berucap memanggil mertuanya, dirinya begitu lemah seolah dunia ikut runtuh bersamanya."Segera ke ambulan!" Ucap tuan Lee
Sri berhenti menanggis, menatap ke arah bapak yang tersenyum tipis menghadap ke depan."Lala baik-baik saja sayang, aku akan membawanya ke rumah yang sudah bapak siapkan.""Kamu yakin dia baik-baik saja Tri? Maksudku kamu yakin yang bersamamu itu Lala? Bukankah aku sedang membawa pulang jasadnya sekarang?""Ya, biarkan orang menganggapnya begitu, setidaknya rencana kita berhasil.""Aku masih tidak paham, maksudnya kalian menukar tubuh Lala?""Lebih baik bapak yanh jelaskan, biarkan Satria mengurus Lala dulu Mei."Sri menatap ke arah tuan Lee dan Satria mematikan ponselnya dan kini Sri hanya bisa diam mencerna apa yang sebenarnya terjadi."Bapak, ada apa ini?" Tanyanya polos menatap tuan Lee."Seperti yang kamu dengar nduk, semua sudah bapak rencanakan."Ingatan tuan Lee melayang pada saat dia sendiri memeriksa cctv rumah sakit, setelahnya dia tau yang mereka incar bukanlah amarahnya, melainkan memang kematian Lala."Kamu sudah di jalan?"Saat itu tuan Lee menghubungi Arman, beberapa
Sri keluar dengan pakaian hitam, wajahnya sendu menatap setip tamu yanh datang, mbak Lia menangis di sudut ruang, memeluk Sri saat wanita itu berada di dekatnya."Kenapa bisa begini Sri?" Ucap wanita itu berusaha menenangkan hati Sri.Sri hanya diam, menatap kosong ke depan, ah sebenarnya bukan menatap kosong, dia sedang melihat ke arah Aini yang duduk di antara banyak pelayat."Mana suamimu, kenapa dia tidak menemsni kamu?" Lia bertanya pada Sri dan membuat beberspa orang menatap ke arahnya. Tak banyak yang tau Sri sudah menikah, bahkan beberapa dari mereka menganggap Lia salah bicara.Sri kembali diam, Mami mertuanya memeluk erat tubuh sang menantu, sebab dia juga merasa sedih. Erica sendiri tak tau bahwa Lala masih hidup, karenanya dia benar-benar merasa terluka dan sedih."Kenapa kamu tak bisa menjaga cucuku?" Ibu Fandi datang dan langsung menemui Sri, wanita itu menatap marah ke arah mantan menantunya, menganggap Sri sudah gagal menjaga sang cucu."Katakan Sri, kenapa kamu bisa