LOGINRani telah sampai di rumah kontrakan yang biasa dia tinggali bersama sang suami. Mereka mengontak satu rumah dengan dua kamar tidur, satu ruang tamu, dapur dan juga kamar mandi.
Selama dua tahun ini, Tedi bahkan belum mampu untuk membeli tempat tinggal sendiri, mereka masih harus mengontrak rumah. Tapi dengan tidak tahu diri, dia malah berselingkuh dengan dalih ingin mempunyai keturunan. Jika laki-laki terlalu percaya diri, ya seperti itulah jadinya. Setelah masuk kedalam rumah nya, Rani melempar kunci mobil ke atas sofa. Dia merasa lelah dan merasa terhina, suami yang selalu dia dampingi dan dia dukung dengan penuh kasih sayang, kini dia tega menalak nya hanya demi seorang pelakor. Mungkin saat dihadapan pelakor dan suaminya dia bisa tersenyum, bahkan menantang suaminya untuk langsung menalak nya dengan talak tiga. Tapi di dalam hatinya, dia merasa begitu sakit, cinta itu memang masih ada. Saat dia tahu kalau suaminya mulai main belakang, dia sudah berkali-kali berusaha mengambil kembali hati suaminya itu, tapi Tedi benar-benar sudah dibutakan oleh pesona perempuan bernama Indi. "Hiks... Hiks... Hiks... Ya Allah, kenapa engkau biarkan aku merasakan kehilangan kembali. Kenapa rasanya sakit sekali, padahal aku sudah berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata, untuk laki-laki br***sek itu lagi. Tapi aku tidak kuat ya Allah." Rani terduduk di lantai, dengan posisi jongkok dan wajah menempel pada lutut nya. Dia memeluk kakinya sendiri, tidak ada yang menghiburnya, tidak ada seorangpun yang akan memeluk dan memenangkan nya. Hanya kesunyian yang dia dapati di dalam rumah itu, rumah yang telah menjadi saksi bisu, dua tahun perjuangan Rani menjadi seorang istri. Kasih sayang serta dukungan untuk suaminya, tidak lantas membuat suaminya itu bersyukur, bukan nya penghargaan yang Rani terima, malah pengkhianatan yang membuat hatinya hancur. "Aku sudah berjanji untuk tidak menangisi laki-laki itu, tapi aku tidak kuat Ya Allah, kenapa dia rela meninggalkan ku demi perempuan yang bahkan tidak memiliki andil dalam perjuangan hidupnya itu." Sempat terbersit di dalam pikiran Rani, jika Tuhan itu tidak adil terhadapnya. Dia yang berjuang mati-matian untuk mendukung suami, juga rela hidup sederhana dengan makan seadanya, malah orang lain yang menikmati hasilnya. Tedi yang di dukung olehnya mulai dari nol, malah berpindah ke lain hati, bahkan saat dia naik jabatan menjadi supervisor, dia tidak mengatakan nya kepada Rani. Uang gaji yang diberikan pun tetap sama, seperti saat dia belum naik jabatan. Awalnya Rani memang tidak tahu, tapi dia yang masih rutin bertemu dengan sahabatnya, menjadi tahu semuanya. Setelah sahabat nya itu mengucapkan selamat kepada nya atas pengangkatan Tedi menjadi Supervisor. Rani awalnya kaget dan merasa bingung, karena suaminya itu tidak pernah mengatakan apapun. Dia masih berpikir positif, mungkin suaminya itu ingin memberikan kejutan untuknya. Tapi setelah berbulan-bulan berlalu, suaminya itu tak kunjung memberitahu nya, bahkan uang yang diberikan pun tidak pernah naik. Karena semakin curiga, akhirnya Rani mendesak sahabat nya untuk mencari tahu bagaimana sikap suaminya saat di tempat kerja. Dengan berat hati, Raline menceritakan perselingkuhan Tedi kepada Rani, sudah tiga bulan kedekatan Tedi dan Indi itu mulai terjalin. Raline pun mengetahui itu baru seminggu terakhir, saat dia tidak sengaja mendengar gosip dari karyawan nya. Dia merasa tidak percaya, bahkan dengan sengaja mencari tahu kebenarannya. Dan ternyata semua itu nyata, kedekatan mereka sudah mulai terang-terangan. Raline tidak ingin gegabah, dan terus meminta karyawan nya untuk memfoto atau memvideokan apapun yang mereka berdua lakukan. Dia hanya ingin mengumpulkan bukti, agar sahabatnya itu tahu bagaimana bejatnya kelakuan suami yang dipilih sahabatnya itu. Saat itu Raline yang sudah muak dengan Tedi, ingin segera memecatnya. Tapi dia tidak punya alasan untuk itu, maka dia masih menahan semua amarah nya. "Raline, tolong kamu jawab jujur. Sebenarnya, bagaimana kelakuan suamiku selama kerja di tempat kamu?" "Ran, aku takut kamu tidak akan percaya dengan perkataan ku ini." Raline menghela napas berat, dia tidak ingin Rani membencinya. "Katakan saja semuanya, aku tidak akan menyalahkan mu." Rani menimpali. "Sebenarnya, aku tahu perselingkuhan suami kamu. Aku tahu dari desas desus karyawan ku, awalnya aku memang tidak percaya. Tapi aku meminta mereka untuk menunjukkan bukti, tentang perselingkuhan mereka. Aku meminta orang-orang untuk mengirimkan foto serta video kemesraan mereka berdua." Rani mendadak lemas, seperti semua tulang terlepas dari tubuh nya. Dia tahu, kalau Raline berkata jujur. Raline tidak akan pernah berbohong tentang apapun pada nya. Lemas, pusing dan mual yang dirasakan Rani saat itu. Bahkan keringat dingin sudah membanjiri wajah kecilnya, dia tidak dapat menapak dengan benar saat ini. Raline benar-benar tidak tega melihat sahabat nya terlihat rapuh seperti itu, dia langsung memeluk dan mendekap Rani. Raline menangis melihat keadaan Rani saat itu, tapi Rani masih terlihat diam dan tidak bergerak, tatapan matanya kosong dan dia tidak berbicara sepatah kata pun. Rasa kecewa yang terlalu besar, telah menghancurkan semua pertahanan nya. Dia mampu melewati semua rintangan dalam masa perjuangan kuliahnya, tapi saat mendengar pengkhianatan suaminya, Rani benar-benar tidak sanggup untuk mengahadapi itu. Raline yang sudah tidak tahan melihat keadaan Rani, langsung memapahnya ke dalam mobil miliknya. Dia membawa Rani untuk pulang ke rumah Raline sementara waktu, Raline dengan sabar memapah Rani sampai ke dalam kamar tidur yang biasa ditempati Rani jika menginap di sana. Rani masih belum merespon apapun, dia hanya diam seribu bahasa. Raline membiarkan Rani menenangkan diri, dia meninggalkan Rani di dalam kamar nya, dan dia pun pergi ke dalam kamar pribadinya. "Maafkan aku Rani, aku tidak ingin kamu terus-menerus ditipu oleh laki-laki tidak tahu diri itu. Aku ingin kamu bangkit dan balas perbuatan mereka." Raline bermonolog sambil melihat semua bukti perselingkuhan Tedi bersama Indi. Sementara itu di kamar lain, Rani mulai tersadar dan menangis tersedu-sedu. Dia tidak kuat menghadapi ini, pengkhianatan suaminya itu seolah menjadi sebuah pukulan yang amat keras untuk hatinya. Rasa sakit itu menjalar ke semua urat syaraf nya. Tak terelakkan, dan tak dapat dia tolak. Ternyata, dikhianati orang yang dulu memperjuangkan nya sedemikian rupa itu, malah semakin membuatnya merasakan sakit berkali-kali lipat. Dia benar-benar menumpahkan semua rasa sakit hatinya lewat tangisan nya semalaman itu. Pagi harinya dia keluar kamar dengan wajah yang bengkak karena terlalu lama menangis. Rani sudah bertekad, untuk membalas dan menghancurkan mereka secara perlahan-lahan. Dia akan memergoki mereka berdua, dan bercerai dengan suaminya. Dia juga tidak akan membiarkan mereka berdua bahagia, diatas tangisan nya. Raline yang saat itu sedang khawatir memikirkan Rani, langsung lega saat melihat Rani keluar kamar. Walaupun dia merasa sakit hati melihat wajah sahabatnya yang sangat bengkak akibat menangis. "Rani, apa kamu baik-baik saja sekarang?" "Aku baik, terimakasih ya karena kamu mau menampung aku." Rani berbicara sambil tersenyum. "Kamu itu bicara apa sih, kita ini sahabatan sudah sejak lama. Rumah aku ya rumah kamu juga." Ucap Raline kepada Rani. "Kalau begitu, boleh aku jual rumahnya?" Rani berjalan dan memeluk Raline sambil mengangkat alis nya berulang kali. Raline langsung menoyor kepala Rani, dan tidak lupa dengan seribu kata yang keluar dari bibir tipisnya itu. "Dasar bocah gemblung, orang khawatir malah ada aja becandanya. Aku pikir kamu tadi udah bunuh diri gara-gara laki-laki itu." Raline berbicara sambil menoyor-noyor kepala Rani. Mereka berdua memang terbiasa seperti itu. "Aduh, sakit tahu. Lagian kamu mikirnya kejauhan, ngapain juga aku bunuh diri cuma gara-gara laki-laki kaya beruk begitu, gak level." Rani berbicara sambil melipat tangan di depan dada. "Alah, bilang gak level, tapi mata udah segede bola voli." Ralin kembali mengejek Rani. Dengan dukungan dari sahabat nya, Rani semakin tegar. Tidak ada lagi air mata kesedihan, yang ada dia benar-benar menjalankan rencananya untuk memergoki suaminya itu. Dan setelah semua itu benar-benar terjadi, bahkan talak satu sudah jatuh kepada nya, dia tidak dapat membendung air mata yang sudah dia kira kering itu. Menangis dalam kesendirian, Rani akhirnya memutuskan untuk mengemas semua barang-barang nya. Dan akan menjual semua barang berharga yang sudah dia beli dari hasil dia menghemat uang suami yang tak seberapa itu.Tedi merasa sedikit bingung saat dia tanpa sengaja bertemu dengan Vira, di tempatnya bekerja. Ada perasaan yang tidak bisa ungkap kan, rasa senang karena bisa bertemu dengan perempuan yang dia suami, tapi juga ada rasa takut, jika nanti Indi tahu kecamatan nya dengan Vira. Dia tahu perempuan seperti apa istrinya itu, dia itu bar-bar dan arogan. Sifat asli manusia akan keluar saat merasa terancam bukan? Dia takut jika Indi tahu, maka Vira yang akan dalam bahaya. Tapi disatu sisi dia bahagia karena bisa melihatnya setiap hari, tanpa harus sembunyi-sembunyi dari Indi. Tedi merasa jika Vira memang ditakdirkan untuk nya, selain wajah yang sekolah mirip dengan mantan istrinya, sifat lembut Vira juga membuat Tedi merasa nyaman, tidak seperti Indi. Merasa didukung oleh alam, dipermudah untuk selalu bertemu dengan Vira, membuat Tedi semakin yakin dengan perasaan nya. Walau di dalam hatinya sendiri, dia merasa bersalah kepada Indi. Sama halnya saat dia mengkhianati Rani dulu, ada ra
Bekerja di pabrik, tidak pernah dibayangkan oleh Vira. Tapi kini dia bisa masuk ke pabrik yang menjamin karyawan nya, mendapat gaji UMR, mendapat asuransi kesehatan, ada jaminan kerja. Dulu dia hanya bekerja di toko yang menjual pakaian, gaji nya hanya sedikit, dan tidak cukup untuk bayar kontrakan dan makan, bahkan kadang atasan nya terlalu galak terhadap pegawainya. Gaji sedikit, tapi diperlakukan semena-mena. Tidak kuat, tapi sulit untuk mendapatkan kerja lagi. Tapi hari ini Vira sudah mulai bisa merasakan bekerja dengan gaji yang layak. "Bismillah, semoga saja aku bisa cepat beradaptasi, dan bekerja dengan baik." Dengan tekad yang kuat, Vira mengendarai motor yang diberikan Rani, menuju tempatnya bekerja. Sampai di sana, dia memarkirkan motornya di tempat para karyawan memarkir motor. Vira belum tahu dia akan ditempatkan di bagian mana, dia diminta untuk menunggu di pos satpam, dan nanti akan diantarkan kebagian dia bekerja. Saat masuk pertama kali ke dalam pa
Rani meminta seseorang untuk mengurus masuknya Vira ke pabrik, tentunya akan satu tempat kerja dengan Tedi dan Indi. Sambil menyelam minum air, Rani membantu Vira agar punya penghasilan tetap, juga bisa membalas dendam dengan apik kepada Tedi dan juga Indi. Entah rencananya akan berhasil atau tidak, tapi setidaknya Rani sudah mencoba. Dia memang berencana supaya Indi merasakan apa yang dia rasakan, juga Tedi. Di saat sedang sayang sedang adem, malah diselingkuhi dan ditinggalkan. Setelah itu, tentu saja akan ada lagi kejutan yang lain nya. Rani ingin mereka terpuruk, hingga mereka datang merangkak kepadanya untuk meminta maaf, karena semua perbuatan pasti akan mendapat balasan yang setimpal. Biarlah dia akan di cap sebagai perempuan jahat, tapi dia hanya ingin mengembalikan apa yang mereka lakukan kepada nya. Vira tinggal di rumah yang Rani siapkan, dan mendapat pekerjaan tetap yang mendapat gaji UMR, tidak seperti sebelumnya, gaji nya benar-benar di bawah UMR. Sulit untuk me
Rani sedikit gemetar saat melihat berita tersebut, bagaimana tidak, pria yang mendekatinya sudah pasti punya niat jahat, jika dia dengan gampangnya merespon pria tersebut, bisa saja dia juga akan tertipu, atau lebih parahnya dia akan dibius dan hal menakutkan lain nya yang bisa terjadi. Dia memang perempuan mandiri, tapi tetap saja dia hanya seorang perempuan. Tidak bisa melawan laki-laki dengan tangan kosong. Untung saja saat itu dia langsung pergi meninggalkan pria tersebut, tanpa mau berbasa-basi. Jika tidak ada teman karyawan nya, Rani tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa saat dia sedang dibuntuti oleh pria tersebut. "Ternyata orang-orang Lombok benar-benar sigap ya pada orang yang berbuat jahat, jadi makin suka aku. Kapan-kapan ajak Raline ke sana lah." Ucap Rani. Penipuan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, baik di tempat sepi, atau sekalipun di tempat yang ramai. Kita tidak tahu orang yang seperti apa yang benar-benar baik. Ada yang berwajah lembut dan
Di datangi oleh orang asing, yang sama sekali tidak ada dalam ingatan nya, Rani menjadi lebih waspada. Dia tidak akan tertipu oleh trik murahan seperti itu. "Maaf mas, saya gak kenal anda. Permisi." Rani langsung pergi meninggalkan laki-laki tersebut. Laki-laki yang sudah menyodorkan tangan nya untuk bersalaman, langsung ditinggalkan begitu saja, dia merasa sedikit malu, lantas mengangkat tangan nya dan menyugar rambut. Melihat Rani yang semakin menjauh, dia malah semakin merasa tertantang, dan ingin mendekati Rani. "Perempuan cantik memang sulit untuk di dekati." Ucap laki-laki itu. Biasanya dengan cara seperti itu, dia bisa mendapatkan perempuan manapun yang dia mau, berpura-pura sebagai teman lama, lalu akan mengatakan bahwa dia salah orang, dan meminta kontak, sebagai permintaan maaf, dia akan mengajak perempuan tersebut untuk makan, atau sekedar nonton. Setelahnya, banyak korban yang dengan senang hati memberikan sejumlah uang kepadanya, tapi setelah uangnya terkuras,
Hari senin, adalah hari yang sibuk untuk semua orang yang bekerja. Hari ini Rani telah berhasil membuat design dari kalung yang diminta, oleh seorang keturunan kerajaan yang sangat mengagumi karya-karya nya selama ini. Perempuan dengan kulit putih dan mata hijau Jamrud, bertubuh tinggi dan langsing bak barbie di dunia nyata. Setelah design yang dia buat dikirim kepada orang yang bersangkutan, dia langsung mendapatkan pujian. "Terima kasih sudah memenuhi semua ekspektasi saya, setiap detail nya sangat menawan dan tanpa cela." Perempuan tersebut berbicara dengan bahasa asing. Rani paham, bahkan dapat berbicara dengan bahasa tersebut dengan lancar. "Saya berterima kasih untuk pujian nya, saya sangat senang bisa membuat perhiasan yang Anda impikan, semoga anda puasa dengan hasilnya." Balas Rani dengan menggunakan bahasa yang sama. Satu persatu design yang diminta telah siap, bahkan ada beberapa yang sudah direalisasikan. Rani merasa sudah saatnya dia membawa tim nya untuk berlibur







