Share

Bab 5 : Liburan Gagal

Kaisar tidak bisa bergerak bebas karena ada Agni di sana. Pria itu memikirkan segala cara agar Agni mau pulang terlebih dahulu. Liburannya dengan Airin masih tersisa empat hari, dan sang selingkuhan terus saja menghubungi hingga membuat Kaisar terpaksa mematikan ponselnya supaya istrinya tidak curiga. 

"Sayang, kalau kamu bosan, apa tidak sebaiknya pulang dulu? Aku akan menyelesaikan pekerjaan di sini, dan setelah itu aku pasti akan segera pulang," bujuk Kaisar pagi itu.

"Aku tidak bosan, asal bisa bersama denganmu aku senang." Seolah tak memedulikan kegelisahan Kaisar, Agni memang berniat tetap di sana dan pulang bersama suaminya. 

Kaisar tampak kebingungan. Otaknya buntu, dia tidak memiliki ide lain untuk membujuk Agni agar pulang lebih dulu agar dirinya bisa melanjutkan liburan bersama Airin.

Tanpa Kaisar tahu, karena kesal ternyata Airin memilih pulang. Ia tidak memberitahu Kaisar dan memilih langsung pergi dari resort, berusaha menunjukkan bahwa sebagai selingkuhan dia juga berhak marah dan menginginkan perlakuan yang lebih dari pada Agni. 

***

Begitu sampai di rumah, Airin bertemu dengan suaminya—Dewa. Hubungan mereka masih kaku seperti biasa. Keduanya selalu saja bersikap dingin, hal ini disebabkan karena pernikahan mereka yang sejatinya tidak didasari rasa cinta dan semata-mata hanya untuk memanfaatkan satu sama lain belaka. 

Airin langsung meletakkan koper di dekat lemari, dan berniat membersihkan diri. Langkah Airin pun seketika terhenti saat mendengar Dewa bicara.

"Aku ingin kita bercerai!"

Permintaan suaminya itu tentu saja membuat Airin terkejut, dirinya yang masih membutuhkan Dewa sebagai tameng perselingkuhannya malah ingin menceraikannya.

"Apa maksudmu?" tanya Airin yang terlihat tidak terima.

"Aku ingin kita bercerai. Cukup sudah sandiwara kita selama dua tahun ini!" Dewa memperjelas ucapannya.

"Tidak! Aku tidak mau!" tolak Airin. Tentu saja wanita itu tidak akan mau karena masih memiliki maksud dan membutuhkan Dewa.

"Kenapa? Bukankah kamu sudah bersama pria itu?" Dewa menatap tajam Airin.

Airin terkejut dengan penuturan Dewa, ia sampai gelagapan karena bingung harus membantah dengan kalimat sanggahan apa.

"Kamu pikir aku tidak tahu? Kalau kamu berselingkuh," cibir Dewa. "Selama ini aku memang memilih diam, karena pernikahan kita hanya sebuah perjanjian."

"Tidak bisa! Aku tidak mau kamu menceraikanku. Kecuali, kamu sudah tidak menginginkan melindungi pulau Lepa!" ancam Airin dengan satu sudut bibir tertarik ke atas. "Aku akan merusak pulau itu!" ancamnya. 

Dewa menyeringai mendengar ancaman Airin, memang benar bahwa dia menikahi Airin demi pulau itu, dia berharap agar perusahaan papa Airin tidak mengeksploitasi dan menyebabkan kerusakan di sana.  Namun, Airin tidak tahu kalau ternyata diam-diam Dewa tengah berusaha melepaskan pulau itu dari hak kepemilikan pribadi. Penjualan pulau itu bermasalah, untuk itu ingin menceraikan Airin sebab merasa wanita itu tidak memiliki kekuatan lagi untuk menguasai pulau itu. 

"Terserah!" Seakan tidak peduli, Dewa meninggalkan Airin yang tertegun dengan jawabannya.

Airin begitu marah, baru saja kesal karena Kaisar mengabaikan dirinya, kini dia harus menghadapi Dewa yang tiba-tiba berniat menceraikannya. 

-

-

-

-

Sementara itu, di Bali Agni sibuk mengajak jalan-jalan Kaisar, keduanya tengah berada di pasar tradisional yang berada di pulau Dewata itu. 

Agni merangkul lengan Kaisar, sedangkan pria itu malah sibuk mengecek pesan masuk yang ada di ponselnya. Kaisar membuka pesan yang dikirimkan oleh Airin, betapa terkejutnya dia ketika membaca dan mengetahui ternyata Airin sangat marah dan memilih pulang lebih dahulu.

"Kenapa dia tidak memberitahuku?" Kaisar bergumam dalam hati. 

Agni yang merasa suaminya seperti tidak menikmati jalan-jalan mereka pun heran, apalagi saat dirinya tengah bercerita dan tidak ditanggapi oleh Kaisar.

"Sayang, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Agni yang cemas. "Kamu sakit?" 

Kaisar terkejut ketika mendengar pertanyaan Agni, hingga mencoba tersenyum meski sedikit terpaksa. "Aku memang merasa sedikit tidak enak badan," jawab Kaisar.

"Apa mau balik ke hotel saja?" tanya Agni memikirkan kondisi kesehatan Kaisar, dia tahu sebagai pucuk pimpinan perusahaan suaminya pasti memiliki beban tugas dan tanggung Jawab yang besar. 

"Hem ... aku ingin istirahat dulu, besok kita pulang."

Agni terkejut mendengar Kaisar ingin mengajaknya pulang besok, padahal suaminya itu berkata akan berada di Bali selama seminggu. Namun, Agni tetap berpikir positif kalau mungkin saja Kai memang sudah tidak ada kepentingan. 

-

-

-

Akhirnya, hari berikutnya Kaisar dan Agni benar-benar pulang. Mereka sampai di rumah di sore hari.

"Aku mau mandi dulu," ucap Kaisar yang langsung masuk ke dalam kamar mandi. 

Agni pun mengangguk dan memilih membongkar bawaan mereka termasuk oleh-oleh yang sengaja dibelinya untuk keluarga.

Beberapa menit kemudian, Kaisar pun sudah selesai mandi dan bahkan berpakaian rapi. Ia menghampiri Agni yang masih memilah pakaian kotor dan bersih untuk dimasukkan ke keranjang cucian. 

"Aku mau keluar sebentar, kamu tidak apa-apa 'kan aku tinggal?" tanya Kaisar saat berpamitan.

"Mau ke mana?" tanya Agni yang merasa heran katena Kaisar terlihat buru-buru. "Bukankah kamu masih tidak enak badan?"

"Ada urusan sebentar soal pekerjaan, aku lupa dan harus segera diselesaikan," jawab Kaisar penuh dusta.

Agni mengenyitkan keningnya, ia ingin mencegah suaminya pergi, tapi entah kenapa dia malah menganggukkan kepala. Rasa percayanya yang tinggi ke pria itu membuatnya belum berpikiran negatif tentang sikap aneh Kaisar selama ini. Suaminya pun bergegas pergi meninggalkanya setelah mendapatkan izin. Agni sendiri lantas memilih pergi ke rumah Anisa—mama mertuanya, untuk mengantar oleh-oleh, lagi pula dia juga sudah beberapa hari tidak berkunjung ke sana. 

Saat berada di garasi rumahnya, Agni tampak celingukan karena mobil miliknya tidak ada, ternyata karena terburu-buru Kaisar membawa mobil miliknya hingga akhirnya Agni memakai mobil pria untuk pergi ke rumah mertuanya. 

_

_

_

Sesampainya di rumah Anisa, Agni langsung disambut hangat oleh sang mama mertua. Anisa begitu menyayangi Agni, karena itu hubungan mereka sangatlah dekat.

"Kenapa sih kok repot-repot?" Anisa tampak senang ketika melihat Agni membawakan banyak oleh-oleh. 

"Nggak lah, Ma. Ini saja rasanya kurang," ujar Agni. 

Anisa pun menipiskan bibir, dia tahu kalau menantunya ini sangatlah royal, meski begitu Agni tidak pernah menyombongkan diri. 

"Oh ya, Mama tadi masak banyak, dan ada makanan kesukaan kamu juga lho. Nanti makan malam di sini, ya!" ajak Anisa.

"Boleh, Ma. Wah ... benar-benar rejeki." Agni menggelayuti lengan Anisa manja. 

"Tapi Kaisar kok nggak ikut, ke mana dia?" 

"Oh, dia ada urusan sih. Makanya aku datang sendiri," jawab Agni.

Baru saja mereka berbincang, Kalendra—adik Kaisar nampak masuk ke dalam rumah. Pria itu melihat Agni yang duduk bersama sang mama. Awalnya Kalendra mengira Agni datang bersama kakaknya karena mobil yang terparkir di halaman depan adalah milik Kaisar. Kalendra sebenarnya menaruh hati pada Agni saat kuliah, tapi sayangnya Agni malah memilih Kaisar, membuatnya patah hati dan semakin tidak menyukai Kaisar-kakak tirinya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status