"Tolong kamu selidiki wanita bernama Bella! Data lengkapnya akan aku kirimkan segera padamu!" perintah Intan kepada detectivenya.Ting!Sebuah pesan Intan kirimkan."Siap bos!""Saya akan segera menyelidikinya,""Bagus!" balas Intan.Intan tahu betul bagaimana kerja detective itu. Setelah menyerahkan masalah Bella kepada detective kepercayaannya. Intan yakin semua akan segera beres.Hari ini juga Intan pergi ke tempat di mana Marissa tinggal untuk menemui ibunya."Aku sudah tidak bisa menunda lagi, aku sangat memerlukan bukti-bukti itu, aku juga ingin bisa hidup tenang," gumam Intan seraya memejamkan mata beberapa saat.Dengan alamat yang diperoleh dari salah satu sembilan wanita bertopeng, Intan dikawal dua bodyguard menuju ke Gunung Berapi di Turki.Perjalanan cukup jauh. Pasalnya, ia harus melewati sebuah jembatan yang cukup sulit jalannya. Bahkan kurang bagus.Jembatan gantung ini adalah satu-satunya jalan yang bisa kami lalui.Mobil mewah dengan kecepatan tinggi membelah jalanan
Hari kini sudah tampak gelap. Berjam-jam mereka mendapat serangan hingga pada akhirnya bisa lolos.Ini bagaikan sebuah kejutan bukan? Serangan itu begitu datang tiba-tiba."Huh,"Kemudian, nafasnya yang masih naik turun begitu terasa, diantara ke dua bodyguard itu.Wajahnya tampak sekali mereka kelelahan."Kita masih membutuhkan perjalanan sepuluh jam lagi," ucap salah satu bodyguard membuka suara di keheningan. Dia memberitahu setelah melihat sebuah maps seraya menyenderkan tubuhnya dan menurunkan kursi mobil untuk lebih turun lagi agar tubuhnya yang pegal lebih baik, tentu saja atas izin Intan selaku bosnya."Itu tidak mungkin!" sahut Haical lagi. Haical merasa sudah begitu lelah, tapi ternyata masih membutuhkan sepuluh jam lagi? "Yang benar saja?" gumamnya.Kesimpulannya, seharian ini mereka tidak ada hasil?Karena dirasa sangat lelah, badan pegal, bahkan tenaga terkuras banyak, pada akhirnya harus istirahat."Kalau begitu, antarkan aku ke Apartement terdekat, sekarang!" perint
Usia pria itu sudah matang, sepertinya berusia kepala empat ke atas."Siapa Anda?""Nona muda ingin menemui Ibu dari Marissa,"Di menatap serius, lalu berkata seraya mengangguk dan membalikan tubuhnya masuk kedalam. "Baiklah sebentar, aku akan tanyakan dahulu,"Haris lalu masuk ke dalam mobil kembali, seolah dia memberi kode," Sepertinya di sini aman," ujarnya.Menurut penglihatan Haris, tidak ada raut wajah dari lelaki itu seolah seperti waspada, di sanalah dia menyimpulkan semua aman.Mendengar penuturan dari Haris Intan dan Haical seolah bernafas lega. Tampak dari ke duanya menghela nafas dan berkata, Ok, itu sangat bagus.Tapi ada hal yang membuat mereka kesal."Berapa lama lagi kita harus menunggu mereka?" Intan bertanya seraya menyenderkan punggungnya di kursi mobil seraya bolak balik melihat jam dan melihat gerbang di buka kembali."Aku tidak diberi tahu waktunya nona," sahut Haris berkata apa adanya.Mendengar pertanyaan nona muda Intan, Haical seraya menirukan orang india den
Seketika wajah garang milik Haical tampak begitu jelek. Bibir Haical turun ke bawah, diikuti dua lubang hidungnya juga tampak melebar, matanya semakin menciut. Bahkan ekspresinya seolah seperti seorang yang menahan sakit perut.Haical mencondongkan tubuhnya dengan susah payah, ujung matanya melihat Haris tak sedikitpun dia menoleh kepada Haical."Apa yang sedang rekanku ini fikirkan, Oh Tuhan...!" gerutu Haical.Haical berbicara seraya mencoba berungkali mengulurkan tangannya, dia melakukan itu untuk menyentuh kulit Haris agar menoleh."Ini semua seperti berada di pulau yang berbeda!" keluh Haical.Sementara satu orang yang berjaga berada persis di depan pintu masuk keluar mobil, dan juga tepat di depan sandera.Orang itu sedang fokus melihat perkelahian yang terjadi di luar.Di sisi lain, Intan mencoba untuk berbicara baik-baik."Apa alasan Anda menangkap kedua rekanku! Hah! Apa salah mereka? Bukannya Anda tahu yang namanya hukum? Kenapa malah seenaknya sendiri!" Intan berkata deng
Lelaki bernama Jacson itu sengaja mata ekornya memberi kode kepada Intan. Kemudian, dia mengancamnya.Oleh sebab itu,"Jika aku tidak memilih untuk ikut dengannya, saat ini juga Haical dan Haris bahkan mati di depanku?" ucap Intan berkata seraya mendengus memikirkan hal itu.Ia kesulitan untuk mengambil keputusan saat ini. Di tengah kondisi seperti itu, tiba- tiba Jachson berseru."Cepat jangan membuang-buang waktuku, atau aku tembak mereka sekarang juga!" Dia berkata dengan berteriak. Seolah dia adalah malaikat izroil.Lelaki itu terus saja menghitung jarinya, dia menggerakan jari ketiganya hingga Intan tercengang."Sial! Brengsek! Bedebah!"Seolah Intan berada di ujung tanduk, pada akhirnya dia mengalah.Kemudian, Intan memasuki mobil musuh dengan penuh waspada, sementara Haris dan Haical didorong dengan kasar hingga terjatuh di aspal setelah kunci borgol dilempar.Sebelumnya, Tomy selaku pimpinan telah melarang hal tersebut. Tentu saja nyawa nona muda Intan terancam, bukan? Namun, To
Sebenarnya, Intan ingin memberi kabar kepada bodyguardnya. Namun setelah ia mencoba menghubungi tidak ada jawaban. Oleh sebab itu, Intan menjadi kesal.Sepertinya sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi? Di dalam hatinya, Intan tampak pasrah.Kemudian, saat mengedarkan pandangan kearah wanita itu, ada rasa belas kasih yang menyelip di hati Intan."Marissa sayang, kamu makan dulu, nanti kalau tidak kamu bisa sakit. Nanti kalau sudah makan Daddy bakal pulang terus ngajak Marissa jalan-jalan. Ayo makan ya a...aem....," Wanita itu berbicara seperti layaknya anak kecil, bahkan, ia terus menyebut nama Marissa.Di tengah Intan yang sedang meratapi nasib wanita itu, tiba-tiba seorang lelaki membuka pintu. Intan sontak mengalihkan tubuhnya di depan pintu, Ia segera minggir."Kreekkk...,'"Sepertinya ada orang datang?"ujar Intan.Seorang laki-laki dengan tubuh layaknya seorang prajurit, tinggi dan ideal itu masuk membawa nampan berisi makanan ke dalam ruangan, lalu dia meletakan makanan di san
Jika Haris tidak merespon, sudah jelas ada apa-apa dengannya! Lagian, sebelumnya Haris tidak pernah sekalipun seperti ini? Lalu, apa yang terjadi dengannya? Begitulah sekiranya fikiran Intan sekarang. Oleh sebab itu, Intan bergegas mencari cara.Sebuah tambang tali yang sebelumnya Intan gunakan untuk turun dari lantai atas kembali ia gunakan. Tentu saja ia sudah memastikan dengan sebuah teropong keadaan di atas."Perhatian kode A!"Intan berseru, ia mengatakan kode A yang artinya perhatian jika ia akan maju.Intan menunjukan jari jempolnya yang seperti putih susu kepada Haical. Lalu, dia membalas kodenya seraya mengangguk dan tatapan matanya berkedip kepada nona muda. Mereka berdua begitu tampak kompak."Cek. Di atas aman!" seru Haical."Baik. Aku segera ke atas! Persiapkan dirimu!""Sipp!"Dilemparnya tambang tali tersebut sekiranya mengenai sasaran. Setelah ia mengukur jarak, pastinya dengan melihat jaraknya sudah cukup.wuis..., wuis.., wuis....,Suara tambang tali sengaja Intan
Kemudian, Jachson melirik leher miliknya. "Apa?" Jachson berkata seraya matanya melotot. Dia saat itu begitu syock. Tangannya mencoba bergerak, namun Intan semakin mengeratkan pisau, bukan itu saja, bahkan kulit Jachson saja tampak bergaris disebabkan pisau yang terlalu dekat."Arg...," perihnya.Seandainya saja Jachson memiliki riwayat jantung, tentu saat ini dia sudah kambuh atau bahkan mati saat itu, bukan begitu?Kondisi telah berubah.Di leher Jachson tampak sebuah pisau yang begitu mengkilat bahkan wanita itu yang sebentar lagi akan masuk perangkapnya nyatanya ini keadaan malah berbalik."Aku harus bagaimana ini?" Kata Jachson.Seketika bola mata milik Jachson melebar, saat itu seolah jantung berhenti darah mengalir dengan lambat.Ingatannya menerawang ulang bagaimana wanita itu bukan hanya luar biasa tapi sangat sakti. Kecepatannya bahkan seperti angin? Ilmu apa yang wanita itu miliki?"Ini benar-benar di luar nalar!" batin Jachson. Dia masih merasa ini adalah mimpi.Saat itu