Sarah mengelap ujung matanya, seraya menarik nafas. Lalu dia berdiri dan menghampiri Intan."Maafkan mamah Intan. Mama tau kamu pasti marah kan?"Saat ini, Sarah berjongkok menghadap Intan. Dia rela melakukan ini demi bisa memiliki uang banyak. Menurutnya, sedikit merendahkan diri lebih baik setelah beberapa saat dia mengingat saat jatuh miskin.Kemaren, setelah harta mantan-mantan istrinya yang konglomerat mulai bermasalah, Franz tentu saja mencari target baru.Kebetulan sekali Franz yang sedang mengelola perusahaan istrinya yang baru saja meninggal ternyata memiliki seorang kelayen yang hartanya banyak, tentu saja dia senang. Baginya, ini adalah sebuah jalan rezeki dan tidak boleh minyia-nyiakannya.Sebenarnya, Franz sendiri memiliki desas desus buruk, pasalnya kehidupan Franz yang selallu berhasil menikah dengan wanita kaya raya setelah itu meninggal membuat dia harus dikejar-kejar wartawan.Namun, otak Franz yang licik itu selalu menemukan seolah jalan. Pada akhirnya, Franz menyog
Kakek Ardidingrat ikut tersenyum.Tentu saja Intan bisa melihat suasana itu, setelah dirasa mereka mempunyai niat menjodohkan dirinya, Intan segera mengajukan pertanyaan."Kakek, apa kakek ingin bertemu mantan suami aku yang dulu?"Spontan mereka bertiga yang mendnegar terkejut bukan main.Apa maksud Intan? Pertanyaan macam apa itu?Intan mencuri pandang kepada Sarah dan Franz, seketika mereka menjadi gelagapan.Dalam benak Sarah berfikir,"Apa yang sudah Intan katakan kepada kakeknya tentang pernikahan mereka dulu? Apakah dia sudah mengadu semuanya?" Wajah Sarah menjadi gelap seketika, ia bahkan bersiap-siap diri jika harus diusir. Dia sadar betul, dahulu tidak sedikitpun berbuat baik kepada Intan selama menjadi menantunya.Lihatlah sekarang!Intan memiliki rumah yang mewah dan megah. Pelayan di rumah juga banyak, dulu Intqn malah dijadikan pembantu. Apakah kakeknya akan memaafkan? Sarah rasa, Intan sengaja ingin membalasnya!Franz sendiri malah menelan salivanya. Dia berusaha menga
Setelah Franz berbicara seperti itu, dia menggerutu di dalam hati."Sial! Sekarang dia begitu angkuh dan jual mahal padaku! Lihat saja nanti, aku yakin kamu akan tunduk kembali padaku dan...,"Franz sebenarnya sangat kesal, siapa sih yang ngga kesel saat sudah terangsang malah si target masih sangat dingin, bahkan begitu acuh. Memang, sebelumnya Franz yang sudah tampan dari sananya, belum lagi dia memiliki mantra untuk bisa memikat wanita tentu saja dalam hitungan jam target yang disukai Franz tak kan bersikap dingin, malahan malah sebaliknya. Oleh sebab itu, dia merasa kesal. Tadi malam Franz di kasih tahu sama mbah Kirono, beliau berkata jika Intan memiliki sebuah benda yang bisa menghancurkan mantra-mantra yang di bacakan olehnya, jika Franz bisa mengambil benda tersebut, kemungkinan besar Intan dalam sekejap bisa tergila-gila.Seraya menyetir, Franz mengerutkan keningnya,"Bagaimana mungkin aku bisa mengambil benda itu jika benda tersebut mbah Kirono saja ngga tahu benda apa?"Se
Haris berbicara dengan canggung bahkan nervious.Lihat saja keningnya, beberapa bulir keringat berjatuhan di sana.Intan sendiri juga melihat betapa susah payahnya Haris berbicara, mana sedikit gagap pula. Bahkan sampai si Haical menahan tawa saat itu.Saat ini, satu tangan Haical membantu menepuk punggungnya Haris, sementara itu tangan sebelahnya lagi untuk mengemudi.Pada waktu itu Haical benar-benar jahat, dia mungkin memang menahan tawa, tapi wajahnya tetap terlihat giginya seolah sedang meledeknya.Apa dia kira ini sebuah lelucon.Melihat hal itu, Intan jadi merasa kasihan. Walaupun sebenarnya ia juga sedikit bingung."Ada apa dengan Haris? Kenapa akhir-akhir ini jadi tambah aneh gitu,ya?"Intan yang sedang runyam, benar-benar tidak menyadari akan cinta dari seorang anak buahnya itu."Sudah ngga papa Haris, lupakan saja kejadian tadi. Kamu kan memang tugasnya menjaga aku bukan?! Sebaiknya kamu obati luka di wajah kamu, aku takut nanti malah infeksi,"Bosku begitu perhatian! Bagaim
"Kasih tahu kepadaku semua yang mengganggu kamu! Agar semua bisa di atasi!" ucap Infan kepada detective.Intan diperlihatkan beberapa pesan teror oleh detective itu.Seketika itu, mata Intan terbelalak.Tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Beberapa orang masuk dengan wajah memakai topeng. "Siapa mereka?" batin Intan. Matanya melotot.Tembakan diluncurkan begitu saja."Doorrŕr...!"Intan berbicara seraya berdiri, matanya terbelalak melihat detektivenya tiba-tiba ditembak."Ada apa ini? Kenapa kalian berani-beraninya mengacaukan tempatku!" Intan berbicara seraya berteriak, tangannya menunjuk mereka. Ia panik.Semua kunci berada di tangan detective. Lantas, bagaimana jika dia mati?Intan menarik sesuatu di lehernya, setelah menekannya, ia berkata," Segera datang ke kantor!"Untung saja saat itu Intan memakai celana, oleh sebab itu, kakinya lebih leluasa saat bergerak.Intan melompat naik ke atas meja dengan lihai.Tangan, kaki, bahkan mata bergerak layaknya seorang penari kungfu yang
Apa dia tidak salah bicara?Kurang lebih begitulah apa yang ada di benak Intan. Karena wanita itu sedang emosi, membuat Franz kena semprot.Intan yang barusan menatap wajah Franz kemudian mengalihkan pandangannya. Ia lalu berujar dengan nada yang terdengar kesal," Kamu itu dari tadi hanya menonton Franz? Sepertinya kamu salah bicara!"Mendengar wanita yang sedang diincar kini sedang marah padanya, Franz mengerutkan keningnya, suaranya dia pelankan, seolah dia saat ini sedang bermain peran, pasalnya Franz harus keluar dari jati dirinya.Sebelumnya Franz sempat gelagapan dan mengalihkan pandangan. Tapi dia tidak habis akal."Maafkan aku Intan, tapi kamu sudah salah faham padaku! Sebenarnya tadi aku sudah melawan beberapa prajurit hingga tulang punggungku mengalami masalah, oleh sebab itu, tadi aku hanya diam, aku sudah tidak bisa melawan lagi tadi, Intan,"Franz berbicara seraya memegang punggungnya. Dia lalu bergerak seolah sedang sakit. "Jika kamu tidak percaya, nanti kamu aku kasih
Pada saat ini, Franz memasuki ruang dokter. Di sana, tampak lelaki dengan memakai jas dokter berwarna putih dan wajah kulit sawo matang. Di bawah bibirnya sebelah kiri terlihat sebuah tanda lahir berukuran sedang. Melihat kehadiran pasien, dokter itu tersenyum dan menyambutnya.Franz tampak saling berkedip bersama dokter, namun Intan tidak menyadari hal itu.Seperti yang sudah diceritakan Franz, dia harus memberikan bukti kepada Intan. Jika tidak, tentu Intan akan marah bukan?Jadi, rencana ini harus berhasil!"Dok, saya tadi sempat bertarung dengan preman, setelah itu tubuh saya terutama bagian punggung kok rasanya sakit banget," tutur Franz dengan ekspresi seolah sedang merasakan sakit."Baik Pak Franz. Untuk memastikan lebih jelas, ini harus uji lab. Bagaimana? Apa Anda bersedia?"Franz menganggukan kepala dengan yakin, raut wajahnya seolah memang menginginkan kesembuhan dari sakitnya.Setelah di priksa lab selama beberapa saat, kata dokter hasilnya akan segera keluar."Berapa jam
Rahasia besar Franz bocor! "Aku harus bagaimana ini?"Franz berbicara di dalam hati dengan begitu resah, wajah berekspresi seperti seseorang yang sedang berfikir, namun di dalam hatinya terus saja bertanya-tanya, bukan itu saja, otaknya pun turut ikut bekerja mencari jalan keluar.Di depannya Franz ada pertigaan jalan, untuk keluar rumah sakit melewati jalan kanan, untuk ke ruang operasi melewati jalan kiri, sementara untuk lurus jalan menuju ruang rawat inap. Melihat hal itu, Franz harus memutuskan.Berhubung dirinya sedang tidak bisa berfikir, sementara pertanyaan menumpuk, membuat Franz memilih untuk duduk di sebuah kursi kayu panjang depan ruang rawat inap.Di sana, Franz tampak mengacak-ngacak rambutnya. Baru saja duduk dia malah kesal sendiri dan memutuskan untuk menemui Intan. Dia lalu beranjak berdiri kembali."Jika Haical membocorkan sekarang bagaimana? Sebaiknya aku temui Intan, dengan begitu dia tidak mungkin membocorkan nya kepada Intan di depanku. Aku juga yakin dia bera