Share

6. Anak Hilang

last update Last Updated: 2025-10-20 11:38:32

"Nyonya ... Anak-anak dari tadi siang belum juga pulang dari sekolah." Beri tahu Ana---art di rumah Arsa dan Andira.

"A-apa?" Andira terkejut bukan main. "Kenapa tidak mengabari saya dari tadi?"

Andira baru pulang ke rumah setelah menjalani aktivitas dikantor firma hukum miliknya. Wanita itu pulang menjelang hari petang. Tapi ia diberikan kabar mengejutkan oleh Art-nya.

"Maaf, Nyonya. Tapi saya sudah mencoba menghubungi nyonya ... ponsel Anda tidak aktif," jawab Ana dengan takut.

Andira menghela napasnya kasar. Ia lupa bahwa ponselnya kehabisan daya. Wanita itu tanpa mengucapkan sepatah katapun, meninggalkan Ana menuju kamar. Ia memutuskan untuk menghubungi sang suami mengabarkan tentang hilangnya anak-anak mereka.

Andira mengambil kabel pengisi daya untuk mengisi ponsel baterai. Ia memilih untuk mengambil ponselnya yang ia miliki satu lagi. Dengan adanya hal yang menimpa anak-anak, ia tidak bisa berlama-lama seperti ini. Ia harus memberitahukan Arsa.

Suaminya harus tahu bahwa Zeya dan Darrel menghilang. Andira benar-benar takut bila seandainya terjadi suatu bahaya pada mereka. Ketika bersiap untuk menelpon Arsa, sebuah pesan masuk mengejutkan dirinya ketika ia sedang mengisi daya ponsel.

"Kamu mencari kedua anakmu? Pergilah ke alamat ini!" Begitu isi pesannya.

Andira langsung mengetahui siapa orang itu. "Wanita ini ...."

Andira mengepalkan tangannya dengan erat. Sepertinya, Wanita itu sudah mulai berani. Wanita itu menyerang anak-anaknya. Jenna benar-benar nekat berusaha mendapatkan Arsa dengan menekan dia dan kedua anaknya.

"Apakah kamu mulai memanfaatkan aku dan anak-anak ku?" gumam Andira menatap tajam kearah layar ponselnya.

Jika wanita itu sudah nekat seperti ini, Andira tidak boleh main-main. Ia tahu bila suaminya sengaja mempermainkan perasaan Jenna. Mungkin karena itu Jenna merasa sakit hati. Tapi Andira mencoba untuk berpikir positif dan berniat untuk berbicara dengan kepala dingin pada wanita itu.

Melupakan pesan itu, Andira memilih untuk menghubungi sang suami. Tapi beberapa kali Andira melakukan panggilan, Arsa tak mengangkat teleponnya. Yang ada hanya sahutan dari suara operator. Mungkin suaminya sedang dalam posisi rapat jadi tidak bisa diganggu.

Andira menghela napas menurunkan ponsel. "Nggak bisa dihubungi. Aku telepon Fahmi aja."

Tak membutuhkan waktu lama, Fahmi mengangkat panggilan. "Fahmi tolong sampaikan ke bapak untuk segera pulang, ya? ada masalah dengan anak-anak."

"Baik, Bu." Fahmi menurut apa yang dikatakan oleh Andira. Fahmi merupakan asisten Arsa.

"Aku akan cek CCTV sekolahan."

Andira berpamitan kepada art untuk pergi ke sekolah tempat anaknya. Ia perlu mencari tahu apa yang terjadi di sana. Mungkin dari CCTV sekolah itu, ia bisa mendapatkan petunjuk.

Dengan perasaan panik, takut dan tubuh yang bergetar akibat gugup, ia mengendarai mobil dengan perlahan agar tidak terjadi sesuatu kecelakaan. Andira ingin menangis rasanya karena anak-anaknya hilang. hari ini jadwal bertemu dengan klien sangat padat. Sehingga ia lupa untuk menjemput anak-anaknya dan kini tidak tahu ada di mana.

Andira menepikan mobilnya di depan gerbang sekolah. Dengan langkah yang cepat dan penuh perhitungan, Andira memasuki lorong gedung itu. Ia mencari kepala sekolah dan mengatakan bahwa anak-anaknya hilang. Andira juga menemui wali kelas Zeya dan Darrel.

"Jadi anak-anak belum pulang, Bu?" tanya Wali kelas Zeya.

Andira mengangguk. "Benar. Sampai sore ini mereka belum pulang."

"Tadi memang ada seorang wanita yang menjemput keduanya. Dan beliau mengatakan bahwa dia saudara Ibu dan sudah meminta izin ibu untuk membawa anak-anak." Beri tahunya.

"Ibu tentunya tahu 'kan, siapa saja yang sudah sering menjemput anak saya? Itu orang asing ibu guru." Andira kecewa kepada wali kelas Zeya. Tapi ia tak mungkin bisa marah karena sejatinya tak tahu.

"Maafkan kami karena telah lalai," ucap kepala sekolah.

Andira menghembuskan napas kasar. "Ya sudahlah. Kalau gitu, Saya ingin pergi untuk melihat rekaman CCTV."

"Baik. Silakan."

Kepala sekolah menuntun Andira menuju ruangan yang digunakan untuk memantau Cctv. Dari kamera CCTV tersebut, dia bisa tahu siapa orang yang membawa putra dan putrinya. Tapi ketika sedang fokus untuk memperhatikan rekaman, telpon masuk berasal dari ibu Arsa.

"Halo ibu. Ada apa?" Andira bertanya dengan nada bergetar.

"Ibu datang ke rumah kok kamu nggak ada?"

Andira menggigit bibir bawahnya dengan pelan. Jujur ia takut jika Ibu mertuanya mengetahui bahwa anak-anaknya hilang karena diculik. Nanti ia sendiri yang akan disalahkan.

"Ada perlu apa ibu datang ke rumah?" tanya Andira penasaran

Biasanya ibu mertua akan datang jika ada keperluan tertentu. Salah satunya untuk meminta uang. Kalau tidak karena itu, tidak akan mungkin mau datang ke rumah.

"Iya. Ibu ada perlu sekaligus mau main sama anak-anak kamu. Ke mana anak-anakmu sampai saat ini belum pulang?"

Mendengar ucapan sang ibu mertua seperti itu kemungkinan besar tidak tahu dengan apa yang terjadi dengan kedua cucunya. Sebelum pergi mencari anak-anaknya Andira berpesan kepada Ana agar jangan memberitahu Ibu mertuanya seandainya datang. Dan ternyata anakku menurut dia apa yang ia minta.

"Aku ajak jalan-jalan," dusta Andira. Ia memilih untuk mencari aman agar tidak disalahkan seperti biasa.

"Ini sudah hampir malam. Jangan kamu bawa lama-lama anak-anakmu. Segeralah pulang!"

"Nanti sebentar lagi. Ibu kalau mau minta uang nanti aku kirimkan lewat rekening."

"Baik. Ibu tunggu transferannya dari kamu. Ibu mau beli perhiasan lagi untuk arisan."

Ibu Arsa adalah seseorang yang gemar bersosialita. Apalagi semenjak anaknya menjadi pengusaha dan sukses, ia memperbaiki penampilannya menjadi wanita berkelas dengan pakaian yang mewah dengan barang-barang branded yang menunjang penampilan. Tak jarang jika kekurangan uang, jika tidak meminta langsung kepada Arsa, pasti Andira yang dimintai.

"Baik, Bu. nanti ya aku transfer." Andira menutup panggilan dari ibu mertuanya.

Andira menggerakan mouse yang ia pegang untuk mengecek kembali CCTV rekaman tadi sore saat anaknya pulang sekolah. Disamping gerbang, terlihat sosok Jenna dengan senyum manisnya berjalan dengan anggun dan berbicara terhadap wali kelas Zeya. Tak lama kemudian Jenna mengajak Zeya beserta Darrel untuk pergi bersamanya. Tapi sebelum itu, wanita tersebut mengarahkan tatapannya ke arah kamera sambil tersenyum.

Andira sedikit bingung, namun juga mengerti apa tujuan wanita itu membawa anak-anaknya. Kemungkinan ingin menekan dirinya agar melepaskan suaminya untuk wanita itu. Apa tujuannya karena memang cinta buta, atau harta? Tapi yang jelas wanita itu terlihat nekat menjalankan ambisinya.

"Halo, Cindy. Bagaimana penyelidikan kamu?" Andira meminta bantuan kepada asistennya untuk melacak keberadaan ponsel Jenna setelah menerima pesan masuk mengenai anak-anaknya. Cindy bersedia membantu Andira.

"Saya sudah melacak keberadaannya, Bu. Nanti saya kirimkan lokasinya."

Andira memejamkan matanya. "Baik terima kasih."

Andira segera menutup teleponnya dan berpamitan kepada kepala sekolah serta mengucapkan terima kasih karena telah diizinkan untuk memeriksa CCTV. Kini ia berjalan dengan cepat keluar dari gedung sekolah sambil memeriksa ponselnya. Cindy telah mengirimkan sebuah titik lokasi di mana Jenna membawa kedua anaknya.

"Semoga saja kedua anakku baik-baik saja," harap Andira dengan cemas.

Andira masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk meninggalkan sekolah. Tapi fokusnya teralihkan oleh suara dering telepon. Arsa menghubungi dirinya setelah beberapa lama.

"Halo, Sayang? Apa benar anak-anak hilang? Fahmi baru memberitahuku," kata Arsa dengan panik.

Andira menggigit bibir menahan tangis. "Iya. Tapi aku sudah menemukan dimana titik lokasi mereka berdua."

"Aku harus menyusul kamu ya? kita cari sama-sama anak kita?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    6. Anak Hilang

    "Nyonya ... Anak-anak dari tadi siang belum juga pulang dari sekolah." Beri tahu Ana---art di rumah Arsa dan Andira. "A-apa?" Andira terkejut bukan main. "Kenapa tidak mengabari saya dari tadi?" Andira baru pulang ke rumah setelah menjalani aktivitas dikantor firma hukum miliknya. Wanita itu pulang menjelang hari petang. Tapi ia diberikan kabar mengejutkan oleh Art-nya. "Maaf, Nyonya. Tapi saya sudah mencoba menghubungi nyonya ... ponsel Anda tidak aktif," jawab Ana dengan takut. Andira menghela napasnya kasar. Ia lupa bahwa ponselnya kehabisan daya. Wanita itu tanpa mengucapkan sepatah katapun, meninggalkan Ana menuju kamar. Ia memutuskan untuk menghubungi sang suami mengabarkan tentang hilangnya anak-anak mereka. Andira mengambil kabel pengisi daya untuk mengisi ponsel baterai. Ia memilih untuk mengambil ponselnya yang ia miliki satu lagi. Dengan adanya hal yang menimpa anak-anak, ia tidak bisa berlama-lama seperti ini. Ia harus memberitahukan Arsa. Suaminya harus tahu bahw

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    5. Menghilangkan Duri

    Hari ini adalah hari kedua setelah kepergian Arsa pamit keluar kota. Andira masih memantau pergerakan suaminya. Pria itu tetap berada di Jakarta dan istirahat di sebuah hotel. Hotel yang ditempati adalah hotel yang berbeda dari tempat ia bermalam dengan Jenna sebelumnya. Tring.Andira menaikkan sebelah alisnya ketika melihat sebuah notifikasi ponsel masuk. Notifikasi itu adalah notifikasi sadapan ponsel Arsa. Dan di sana terdapat hasil percakapan panas antara Arsa dan Jenna.Mengetahui bahwa mereka berdua berbalas pesan, itu menandakan bahwa Arsa tidak sedang berada bersama dengan Jenna. Andira membaca pesan yang isinya adalah perkataan Arsa yang tak ingin menikahi wanita itu. Jenna dalam pandangan Arsa, hanya penghibur pria itu dikala lelah dan bosan. Arsa menekankan pada Jenna agar jangan merendahkan diri untuk bisa tetap menjadi istri seorang pria yang telah menikah. Menjadi simpanan saja, sudah cukup untuk merendahkan diri. Tak perlu terlalu jauh melangkah apalagi ingin menjadi

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    4. Rahasia Masa Lalu

    "Jadi ..., wanita itu ...."Andira terkejut karena mengetahui wanita yang merupakan selingkuhannya masih ada kaitan dengan masa lalu dengan orang tuanya. Tangannya mengepal di bawah meja. Ada emosi dan luka yang menyeruak dari dalam dada."Ibu mengenalnya?" tanya Cindy curiga dengan ekspresi wajah Andira. Andira tersenyum kaku. "Ti-tidak. Hanya ..., saya sendiri paham dengan orang tuanya." "Apa Anda dengan orang tuanya dekat?""Tidak. Hanya sedikit tahu saja. Tapi tidak sampai kenal apalagi dekat," jawab Andira.Andira menghela napasnya. Satu fakta ia temukan lagi tentang wanita itu. Ternyata kekasih gelap suaminya, masih memiliki hubungan masa lalu dengan keluarganya.Andira ingin menangis saat ini juga. Wanita itu teringat akan penderitaan yang ia alami saat masa kecil dulu. Mengapa wanita itu datang ke hidupnya? Apakah ia akan kembali membuat dia sengsara seperti dulu?Demi apapun, Andira akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan apa yang menjadi miliknya. Ia tak ingin melepaska

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    3. Mencari Fakta

    "Akhir-akhir ini, setiap aku pulang aku tidak pernah bertemu dengan mereka." Arsa menatap wajah kedua anaknya yang tertidur pulas. Andira memperhatikan raut wajah sendu yang ditampilkan oleh Arsa. Ia mengetahui bahwa pria itu tengah merindukan kedua anak mereka. Dan tidak bisa bertemu karena kesibukan."Mungkin kamu kecewa. Satu hal yang perlu kamu tahu, mereka lebih kecewa daripada kamu," beritahu Andira."Apa mereka marah sama aku?" lirih Arsa."Tadi saat aku barusan pulang sebelum kamu datang, mereka mengeluh bahwa kamu menjanjikan untuk memiliki waktu bersama mereka. Tapi, kamu tidak menepati janji untuk meluangkan waktu sebentar saja," sahut Andira dengan lembut namun berhasil menikam hati Arsa."Seharusnya kalau kamu memang tidak bisa menunaikan janji itu, jangan kamu ucapkan. Lebih baik kamu menyisihkan waktu tanpa menjanjikan apapun. Itu lebih membahagiakan daripada kamu memberikan janji dan harapan yang menyakiti mereka."Andira benar-benar kecewa. Baginya, sikap Arsa sangat

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    2. Parfum Siapa?

    "Sebentar!" Interupsi Andira menghentikan langkah Arsa yang akan menaiki tangga.Andira melangkah mendekati Arsa. "Kenapa aku mencium aroma parfum seorang wanita di jasmu?""A-apa?!"Arsa melebarkan matanya mendengar pertanyaan yang dilemparkan oleh Andira. Pria itu terlihat, sedang mengingat aroma parfum siapa yang dipertanyakan oleh Andira. Andira tersenyum miring melirik ekspresi wajah Arsa.Parfum itu pasti milik wanita simpanannya. Andira menelanjangi Arsa dengan tatapan tajam. Arsa terlihat ketakutan dengan tatapan Andira."Ehh, ... Sa-sayang! Aku---""Parfum siapa itu?" potong Andira, "kamu tidak berganti selera memakai parfum wanita 'kan?""Sayang! Kamu ini mikirin apa sih?" Arsa tersenyum kikuk merasakan degup jantungnya berdetak cepat."Aroma parfum wanita di tubuh kamu itu, bukan parfumku. Kamu coba parfum milik siapa?" Andira bertanya sambil memicingkan mata."Begini, Sayang ...." Arsa terlihat menghela napas mencoba berpikir untuk mencari alasan dan merangkai kata agar An

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    1. Pengkhianatan

    "Pengkhianat kalian!" desisnya. Andira menatap tajam dua sosok manusia yang bermesraan di lobby hotel seberang jalan. Tangannya menggenggam erat setir kemudi dengan napas yang tertahan karena amarah. Ingin rasanya ia keluar dari mobil untuk melabrak mereka berdua. Namun, ia merasa saat ini belumlah waktu yang tepat. "Jadi selama ini, kamu berselingkuh di belakangku?" Andira tersenyum miris.Sosok manusia yang ditatap oleh Andira, salah satunya adalah Arsa---suaminya. Terlihat dengan jelas dimatanya, Arsa sedang berciuman dengan penuh nafsu bersama wanita itu. Hati Andira tentu saja terbakar melihat itu semua. Pria yang selama ini ia percaya dan ia jadikan tempat bersandar, tega menusuknya dari belakang.Selama ini ia banyak menaruh kecurigaan terhadap sang suami. Karena terlalu misterius, ia tidak bisa membuktikan dengan fakta. Di malam ini, di bukakan tabir yang selama ini menghantui dirinya."Apa salahku selama ini? Selama 5 tahun kita menikah, tidak pernah kamu sekalipun menyakit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status