Share

Pembalasan Istri yang Disia-siakan
Pembalasan Istri yang Disia-siakan
Author: FlutterShy

BAB 1

"Akkhhh... Lepasin aku Mas, sakit!" Lirih Aira, karena sejak tadi Ivan suaminya, terus saja menghujaninya dengan tindakan kekerasan.

"Dasar istri tidak berguna, Kayla sakit Karena kamu jadi ibu, gak becus ngurusin anak. Jadi kamu pikirkan ajah sendiri, ngapain nanya ke aku, aku udah cukup pusing tahu!" ujar Ivan sembari mendengus kesal.

"Tapi aku mau minta ke siapa lagi, Mas? Kamu papanya, kamu juga bertanggung jawab dalam hal ini." Seloroh Aira. "Lagian kok kamu seperti ini Mas, kamu berubah, aku... Akhh!" Aira ditampar hingga terjerembab di lantai.

"Ssshh... Sakit Mas, aku gak minta apapun. Aku cuma minta, tolong bayarin biaya operasi Kayla, supaya Dokter bisa ambil tindakan operasinya segera. Kasihan Kayla, Mas! dia nahan sakit karena gak mau kita kepikiran." Lirih Aira, dengan suara parau, sambil memegang pipinya yang memerah karena bekas tamparan Ivan.

"Arrghhh ... bisa diam gak sih? Kalau gak bisa diam mending kamu keluar deh! Aku pusing ini." Tandas Ivan yang kemudian mengalihkan pandanganya pada handphone miliknya yang sedang bergetar di atas nakas. 

"Hallo Sayang!"

"Mas kamu kapan datangnya? aku udah kasih tahu Papa loh! Jangan telat kamu Mas! kamu sii, mau ngelamar aku langsung ke Papa, Ayo cepetan kesini!" Tutur kata manja yang terdengar jelas di rungu Aira, karena Ivan memasang mode Speaker, menambah sakit hatinya. 

Ia menarik nafas dalam-dalam, serta menghembuskannya perlahan. Ia berusaha keras menyabarkan hatinya yang begitu terluka, Sebab ia tahu jelas siapa penelpon itu.

Namun, fokusnya saat ini adalah, bagaimana bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi Kayla putrinya yang mengalami kecelakaan saat bepergian bersama Oma dan tantenya, namun mereka seperti masa bodoh dengan keadaan ini. 

Mereka malah balik menyalahkan Aira, yang katanya tidak becus merawat anak, dan itu penyebab Kayla tidak kunjung sembuh.

"Iyah Sel, tunggu bentar lagi, Mas gak lama kok. Ini udah siap, mau berangkat sekarang," ucap Ivan sembari melipat tangan baju kemeja putih lengan panjang yang ia kenakan.

"Ya udah aku tunggu yahh!" Wanita bernama Selena itu segera memutuskan panggilannya. 

Aira sudah biasa melihat dan mendengar hal ini. Namun, disaat seperti ini, saat Kayla putri mereka sedang berjuang melawan sakitnya di rumah sakit, dan suaminya malah abai seperti ini, membuat hatinya terasa perih.

"Mas tolong lahh, Mas... Kamu kok seperti ini? Kayla itu anak kamu, Mas! Dia lagi sekarat. Dimana tanggung jawab kamu sebagai Ayahnya?!"

"Halahhh... Gak usa sok ceramahin aku, kamu! Mending kamu keluar sekarang dan cari cara, dari pada nangis-nangis disini, kamu udah buang waktu kamu." Ucap Ivan sembari meraih Jas hitam yang akan dia kenakan dan hendak pergi meninggalkan kamar itu.

Aira segera menahannya dengan berlutut di kaki Ivan, "pinjamin aku duit Mas, aku janji akan menggantinya!" ujar Aira sembari menahan sebelah kaki Ivan."Argghh... Lepasin gak!" Ujar ivan sembari sedikit menendang, agar terlepas dari genggaman Aira.

Ia lalu pergi meninggalkan Aira tanpa memberikan jalan keluar. Meninggalkan Aira dengan pikiran kalut dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Tega kamu Mas!" Gumam Aira, sembari menekan dadanya kuat-kuat. Dan kemudian menepuk-nepuk, untuk menekan rasa sakitnya, setelah ditinggal pergi ivan suaminya, untuk melamar gadis pilihan ibunya.

Selena adalah putri dari sahabat ibunya Ivan. Orang tua Ivan, terlebih ibunya selalu menginginkan besan yang kaya raya seperti orang tua Selena. Aira hanyalah gadis Panti asuhan yang berkenalan lalu menjalin hubungan dengan Ivan. Ivan tertarik dengan wajah blesteran Indo Rusia yang dimiliki Aira.

Namun, belakang karena tekanan dari ibunya dan juga gaya hidup hedonis, yang membuat ivan berkenalan dan mulai menjalin hubungan dengan Selena, yang notabene adalah gadis dari keluarga kaya. 

Selena yang jatuh cinta pada ketampanan Ivan, tidak mempedulikan status Ivan, hubungan mereka pun berlanjut. Dengan iming-iming perusahaan Papanya yang akan jatuh ke tangan Ivan, Selena berhasil memikat hati Ivan. Dan hari ini Ivan akan melamarnya, disaat Kayla sedang berjuang melawan sakitnya.

Aira lalu berusaha bangkit, dan kembali ke rumah sakit.

Di sepanjang koridor rumah sakit, Aira berjalan dengan pikiran kalut. Ia bahkan tidak fokus pada jalanan yang sedang ia lewati, pikirannya tenggelam dalam derita yang tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata.

Ia sesekali berhenti, karena rasa pusing yang tiba-tiba menyerangnya. Namun, menit kemudian, ia berusaha melangkahkan kakinya lagi menuju ruang ICU, tempat anaknya dirawat.

Ia terus berfikir, betapa tidak bergunanya dirinya sebagai seorang ibu. Tiba-tiba netranya menangkap ada seorang anak kecil berusia tiga tahunan yang sedang berlarian. Namun yang membuatnya tersentak adalah arah kemana anak itu berlari.

Anak yang berusia sama dengan Kayla putri kecilnya itu, berlari menuju tangga turun dengan kecepatan penuh. 

Aira yang sudah bisa menebak apa yang akan terjadi pada anak itu, segera mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk berlari dan membuang diri untuk menangkap dan membawa anak itu kedalam pelukannya agar tidak terjatuh. 

Alhasil tubuhnya terhempas ke lantai rumah sakit itu, sembari berusaha menjaga tubuh anak itu agar tidak membentur lantai. Kepala Aira pun  terbentur dinding koridor yang berada tepat di area tangga.

Ia berhasil menangkap anak itu, dan segera bangun. Dalam posisi duduk dilantai koridor, Aira memeluk makhluk kecil itu erat-erat."Nak... Kamu tidak apa-apa?" Sembari mendaratkan ciuman dalam di kening anak itu." I'm okey, thank you Mami!" Balasan manis dari anak itu karena rasa terima kasihnya membuat airmata Aira menetes tak terbendung.

Betapa ia ingin mendengar kata-kata itu dari bibir mungil Kayla putrinya. 

Orang tua anak itu segera datang menghampiri dan hendak membawanya pergi, namun belum sempat ia menoleh untuk melihat tampang dari orang tua anak itu, Aira yang pusing, ditambah benturan kepalanya di dinding koridor tadi, tidak mampu mempertahankan lagi kesadarannya.

***

Aira mengerjapkan mata sembari menengok kiri dan kanan. Bau obat-obatan khas rumah sakit menyeruak masuk kedalam indra penciumannya.

Namun, saat ia ingin bangun dari tempat tidurnya, ia merasakan sakit di tangannya. Ternyata ia sedang berada di ruang perawatan dan tangannya tengah dipasangi infus.

"Aku kenapa yah, kok bisa ada disini? Akhh, kepalaku pusing sekali." Meskipun merasa pusing dan tidak sanggup untuk sekedar bangun dari tempat tidur, Aira berusaha bangkit, karena mengingat Kayla yang saat ini sedang dalam kondisi kritis dan harus segera di operasi.

"Bu Aira, jangan dulu bangun yah, pengaruh obat biusnya belum sepenuhnya hilang. Ibu akan merasa lebih pusing lagi, kalau ibu terus memaksa." Ucap seorang perawat yang baru saja muncul dari balik pintu.

"Obat bius Sus, emangnya aku sakit apa? Napa bisa sampe di bius?" ujar Aira sembari menatap raut wajah sang perawat berpostur tinggi dan langsing itu.

Mimik wajah perawat itupun berubah dalam sekejap, mendengar pertanyaan Aira padanya."Maafkan kami Bu, kami sudah berusaha, namun janin dalam kandungan ibu tidak dapat dipertahankan lagi. Jadi kami sudah mengambil tindakan dengan mengeluarkannya demi kebaikan Ibu."

Deggg...

Bak tersambar petir di siang bolong. Aira bahkan tidak mampu mengeluarkan satu katapun. Bibirnya keluh dan tubuhnya gemetar, menahan rasa yang begitu menyayat hati. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status