Share

BAB 7

"Ohh, bukan siapa-siapa!" Jawab RK singkat.

'lagian wanita yang aku temui di rumah sakit, kesulitan untuk membayar uang operasi anaknya. Kalau itu adalah dirinya, dia pasti saat itu lagi berbahagia dengan uang milyaran rupiah yang dipinjam suaminya, jadi mereka tidak mungkin orang yang sama. Mungkin hanya kebetulan, ia hanya sedikit mirip dengan wanita malang itu.' batin RK.

RK dan Donny sangat membenci Ivan karena tindakan yang dia lakukan dalam menyelewengkan dana perusahaan dengan dalih meminjam uang. Setelah mereka mengetahui hal itu, Ivan disuruh harus menggantinya segera.

Hal ini yang membuat Ivan kelabakan hingga mengambil langkah menyerahkan rumahnya pada pihak perusahaan. Karena dirasa kurang, akhirnya Aira yang digunakan untuk menutupi sisanya.

Tujuan RK menyetujui perihal tawaran Ivan tentang istrinya yang akan diserahkan sebagai ganti untuk menutupi sebagian hutangnya, tidak lain untuk menyiksa wanita itu.

Karena menurut RK, wanita semuanya sama, Ivan bisa terlilit hutang, mesti karena makhluk bernama wanita ini.

Oleh sebab itu dia sangat menanti hari ini, hari dimana istri Ivan akhirnya resmi bekerja dirumahnya. Dia ingin membuat wanita itu menyadari apa itu kerja keras, dan uang tidak akan turun dari langit tanpa berusaha.

"Oh ya Boss! Kata Pak' Indra, beberapa hari lalu anak Ivan baru saja meninggal. Cuma saat mereka pergi melayat, Ivan tak tampak sedikitpun disana! Entah ada dimana dia sekarang!" pungkas Donny yang membuat RK mengeryitkan keningnya.

"Begitu yah?" RK kemudian berdiri dan berjalan ke arah jendela yang tadi, dan menatap ke arah taman, seperti ingin mencari tahu sesuatu.

"Ada apa Boss?"

"Berhentilah memanggilku Boss! telingaku agak sakit, mendengar kau terus menyebutkan kata itu." Kesal RK, sekaligus untuk mengalihkan pembicaraan Donny yang seperti mencurigai dirinya.

Donny hanya terkekeh mendengar apa yang dikatakan oleh Tuannya, yang sejak tadi seperti menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

"Katakan apa yang harus ku lakukan? apa rencana kita akan tetap berjalan?" tanya Donny sambil tersenyum manis ke arah RK.

"Apa maksud dari senyuman jelek mu itu, hah? kau membuatku ingin menendangmu!" ujar RK dengan wajah datar khas dirinya.

"Aku cuma ingin tahu, apa rencana kita untuk membuat tobat istri Ivan itu akan tetap berjalan, atau kau mulai menyukainya dan membatalkan semuanya, itu saja!" ucap Donny sembari terkekeh geli melihat wajah kesal Bossnya itu.

"Sebaiknya tutup mulutmu dan segera pergi ke kantor, temui klien kita yang dari China itu. Sampaikan permintaan maaf ku, karena tidak dapat menyambutnya, aku akan segera menemuinya nanti." Tandas RK.

Donny pun berlalu pergi, meninggalkan RK yang tenggelam dalam pikirannya. "aghh, aku terlalu banyak berfikir. sebaiknya aku melihat keadaan Brian saat ini, apa dia sudah mau makan!" gumam RK.

Namun ia seperti enggan meninggalkan tempat ia berpijak saat ini. Spot yang memperlihatkan taman dengan bunga-bungaan indah di bawah sana, milik mendiang Neneknya.

Beberapa menit pun berlalu, ia masih betah berdiri disitu, entah apa yang ia pikirkan, namun jelas ia sedang memikirkan sesuatu, hingga membuatnya tidak sadar, bahwa waktu terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun.

Di kamar bercat putih bersih, dengan desain dan hiasan dinding serta pernak-pernik khas kamar seorang gadis, ditandai dengan banyaknya boneka dan stiker dinding cantik, bergambar pohon bunga sakura yang sedang bermekaran.

Warna merah muda bunga sakura yang terbang ditiup angin, yang di rekatkan pada dinding bercat putih itu menambah keindahan kamar itu. Disisi lain kamar itu, terdapat sebuah lukisan kota Paris diwaktu malam.

Suasana kamar yang begitu nyaman, namun tidak mampu mengobati luka di hati penghuni kamar itu. Ya, Airalah penghuni kamar itu. Saat ini ia sedang duduk di lantai di sudut kamar itu, memeluk lututnya erat-erat, dan tertunduk sembari meneteskan airmata.

Ia berusaha menyibukkan dirinya agar tidak larut dalam kesedihan. Namun, usahanya selalu gagal ketika ia sudah berada didalam kamar dan sendirian seperti ini. Luka batinnya akan kembali terkoyak kala kenangan tentang masa-masa indah dirinya dan putrinya kembali terngiang di benaknya.

"Ila ... Mami kangen Sayang! maafkan Mami tidak bisa nepatin janji untuk tetap tersenyum. Mami gak sekuat ila, Maafkan Mami Nak, maafkan Mami!" lirih Aira dengan suara seperti tercekat di lehernya, karena rasa sesak yang begitu mencengkram dadanya, hingga ia sulit untuk sekedar bernafas.

Aira masih sangat berduka atas kepergian putrinya. Semakin hari Ia semakin rindu pada buah hatinya itu. Ingin rasanya ia meminta izin agar dapat berziarah ke makam anaknya, namun itu adalah hal yang mustahil untuk dia lakukan. Oleh sebab itu, meringkuk didalam kamar seperti sekarang ini, nampaknya akan menjadi rutinitas Aira didalam istana megah itu.

"Bu, apa Brian makannya banyak?" suaranya sedingin biasanya. Namun, Ia tetap menggunakan bahasa yang sopan sebab wanita paruh baya yang ada di hadapannya ini, merupakan wanita yang telah menemaninya sejak kecil, dan merupakan orang kepercayaan neneknya, satu-satunya wanita yang ia cintai dalam hidupnya.

"Maaf Tuan, den'Bri masih sama, masih sulit untuk makan. Vitaminnya sudah ibu kasih, tapi entah mengapa, semakin hari semakin sedikit porsi makannya." Jawab Bu'Retno menanggapi pertanyaan RK.

RK lalu menghampiri putranya, "Papa ...," seru Brian sambil berlari kecil ke arah RK, setelah menoleh dan mendapati RK sedang berada di kamarnya.

"Heyy Jagoan," balas RK sembari berjongkok dengan posisi satu kakinya menyanggah tubuh kekarnya serta merentangkan tangan dan segera membawa sosok kecil yang begitu mirip dengan dirinya kedalam pelukan hangatnya.

Brian kecil, benar-benar mewarisi ketampanan ayahnya. Tak ayal RK sangat mencintai buah hatinya itu. Dia begitu memperhatikan tumbuh kembang Brian.

"Papa, tolong carikan Bri mami, yahh! Bri pengen di peluk seperti ini sama mami juga." perkataan itu membuat RK marah. Ia lalu merenggangkan pelukannya dan segera berdiri membelakangi putranya, "tidak ada ibu yang baik, semuanya sama saja." Dengan wajah datar dan suara yang dingin, ia kembali menoleh kearah putranya, yang ketakutan dengan perubahan sikap ayahnya, setiap kali ia menyinggung tentang ibu.

RK yang menyadari hal itu, segera menggendong dan kembali memeluk putranya, "kita akan baik-baik saja tanpa mami. Jadi tolong jangan katakan hal ini lagi!" pinta RK dengan suara yang sedikit dibuat lembut, agar putranya menjadi tenang. "Baiklah Papa, Bri janji!" ucap pria kecil itu sembari merenggangkan pelukannya dan menyodorkan jari kelingking ke arah RK, agar mereka dapat membuat janji kelingking.

Disaat ayah dan anak itu saling menyalurkan rasa cinta mereka melalui pelukan hangat, Aira yang sejak tadi hanya terdiam dilantai sudut ruang kamar yang ia tempati, masih saja meringkuk meratapi nasib malang yang menimpa hidupnya.

Drrrttt...drrttt...

"Iyah gimana bu? Kayla gimana keadaannya, dia tinggal sama siapa sekarang? Pasti Aira sudah ke rumah tuan RK kan? Kasian Kayla Bu, Ibu tolong Ivan yahh, tolong jagain Kayla untuk Ivan, nanti Ivan bakal rutin ngirimin ibu duit untuk kebutuhan kal ...,"

"Kayla udah gak ada, Van! Kayla udah meninggal dan udah dikuburkan 5 hari yang lalu." Sela Dewi, ibu Ivan, dengan suara bergetar.

Deggg...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status