Share

BAB 8

Author: FlutterShy
last update Huling Na-update: 2024-03-03 07:33:06

Ivan yang mendengar hal itu terperangah tak percaya, "a-apa, ibu ngomong apa tadi? jaringan disini agak kurang bagus, Ivan tidak bisa dengar apa yang ibu bilang tadi!" kelit Ivan dengan tubuh yang gemetar karena hal yang baru saja ia dengar. Dalam hatinya Ivan berharap bahwa ia sudah salah mendengar.

"Kamu gak salah dengar, Van! Kayla memang sudah gak ada dan Aira ibunya, sudah dibawah pergi. Kata Bu'RT sih, dia kembali ke panti asuhan, untuk nenangin diri. Sepertinya dia udah berbohong sama tetangga sekitar, kali aja dia malu kan?!" Ketus Dewi ibunya Ivan.

"Kok ibu ngomongnya gitu, jahat banget. Aira seperti itu, mesti untuk jaga nama baik Ivan, Bu!" Lirih Ivan merasa sedih karena kehilangan putrinya dan Aira yang harus memikul beban berat akibat perbuatannya sendiri.

"Mana bisa gitu, Van? Ibu yakin dia malu untuk ngakuin kalo dia itu udah jadi pembantu sekarang di rumah mantan majikan kamu itu, jadi sok-sok bilang mau nenangin diri, halahh!" suara nyaring khas ibu-ibu penggosip, ditambah kata-kata yang begitu menusuk, membuat Ivan sejenak merasakan perih dihatinya.

"Udah dulu yah, Bu! Nanti Ivan telepon lagi." Ivan kemudian mematikan sambungan telponnya.

Betapa sejak dulu, ibunya memang sangat membenci Aira, hingga saat ini. Meskipun Aira harus dihadapkan dengan musibah sebesar ini, karena dirinya. Ibunya bahkan tidak bergeming, bahkan masih seperti dulu, ia telah menanamkan stigma buruk pada mantan menantunya itu.

Namun Ivan, dia sangat mencintai ibunya. Setelah kepergian ayahnya dua tahun lalu, Ia berusaha keras membahagiakan ibu dan adik perempuan nya. Namun, kebahagiaan yang ibunya inginkan, adalah kehancuran bagi rumah tangganya.

Ia berusaha memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak dengan mengabaikan kewajibannya sebagai seorang ayah dan seorang suami.

Dan ini semua adalah hasil dari usaha Ivan untuk membahagiakan ibunya. Ada rasa sakit di sudut hatinya, ada kilatan ingatan saat masa-masa bahagia yang pernah ia lewati bersama Aira dan Kayla. Yang menyeruak memenuhi benaknya.

"Mas, bangun udah jam setengah tujuh lho, nanti kamu telat!" ucap Aira sembari membelai lembut pipi Ivan suaminya yang masih terlelap.

"Ampun Dek! lima menit lagi yah, baru bangunin Mas. Mas masih ngantuk." ujar Ivan sembari berbalik dan membelakangi Aira.

"Ya udah, lima menit aja yahh!" Aira segera duduk di tepi ranjang menunggu suaminya sambil terkekeh geli, karena dia tahu dengan begitu, suaminya akan terganggu dan tidak akan tidur lagi.

"Ya ampun Dek, gimana Mas mau tidur, kalau kamu kek gini. Ya udah, Mas bangun ajah!" Kesal Ivan yang segera bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.

"Jangan lupa sikat giginya yang bersih, nanti bau naga pas dikantor! Kan gak lucu, tiba-tiba Mas dipecat hanya karena bau mulut, kan kan!?" Canda Aira yang membuat Ivan terkekeh geli sendiri di dalam kamar mandi dan melupakan kekesalannya.

Ivan tersenyum kala ingatan itu kembali terngiang di kepalanya. Sungguh Aira pribadi yang ceria, dia selalu mampu membuat Ivan tertawa di saat sedang kesal sekalipun.

"Papa bro lagi apa sihh? ila pijitin yah?" ucap Kayla sembari memeluk ayahnya dari belakang.

"Papa lagi ada sedikit kerjaan, tapi sudah selesai. Gimana gimana, ila mau ngomong apa?" ucap Ivan sembari mengangkat tubuh Kayla dan didudukkan di atas pangkuannya. Sambil menciumi dan mencubit gemas pipi gembul putri semata wayangnya itu.

"Ila mau bobo, Papa pliz nyanyiin ila lagu 'Que sera sera' yah!" pinta Kayla yang memang sudah sangat mengantuk, hingga matanya sudah mulai terpejam dalam pelukan hangat ayahnya.

Ivan mulia menyanyikan lagu itu sembari berdiri dan menari, selayaknya seorang pangeran yang sedang berdansa dengan sang putri, karena hal itu yang selalu di inginkan Kayla putrinya jika bersama dirinya.

'When I was just a little girl

I asked my mother, what will I be

Will I be pretty? Will I be rich?

Here's what she said to me

Qué será, será

Whatever will be, will be

The future's not ours to see

Qué será, será

What will be, will be..."

Tak sadar, Ivanpun mulai menyanyikan lagu itu. Namun, dengan nada lirih dan terisak. Rasa sakit kala kenangan itu menyeruak memenuhi pikirannya, membuat hatinya terasa sesak. Suaranya seperti tercekat. Pandangannya buram.

"Kayla maafin Papa, Nak!!"

Lagu yang Ia nyanyikan untuk putrinya selama ini, berubah seperti lagu perpisahan yang sangat memilukan hati.

"Aira ... Kenapa begitu sakit rasanya! apa kau merasakan hal yang sama? tidak, sepertinya yang kau rasakan jauh lebih sakit dari ini. Maafin Mas Aii!!" lirih Ivan.

Selena yang sudah selesai bersiap segera menghampiri Ivan yang sedang duduk di balkon luar kamar mereka.

"Mas, yuk! Aku udah siap ini. Kamu lagi apa sih?" Selena mengeryitkan keningnya, melihat tunangannya yang seperti orang linglung. " Mas!" panggil Selena sekali lagi.

"Eh, sabar dikit napa Ai, buru-buru banget!" Ivan yang segera tersadar dengan kata-katanya, segera melotot ke sembarang arah. Namun," ihh gemes banget sii, emang boleh yahh, seromantis itu?" rupanya Selena sudah menyalah artikan panggilan itu. Ivan yang menyadari hal itu, segera melanjutkan kebohongan itu.

"Iya kan, kalau aku manggil kamu, Dek! entar malah sama dengan panggilanku untuk Aira kan?" Kelit Ivan.

"Iyah sihh. Ya udah, pokoknya mulai hari ini kamu manggil aku Ayy, yahh!? atau Ayang kek, jangan Sel mulu, gak ada romantis-romantisnya. Yah!?"

"Iyah, baik!" Ivan bersyukur, karena panggilan yang seharusnya ia tujukan untuk Aira disalah artikan oleh Selena dan akhirnya dia terselamatkan.

***

Seminggu berlalu, Aira sudah mulai akrab dengan lingkungan Mension itu dan juga dengan beberapa pekerja disana.

Namun, satu hal yang membuat Aira merasa gundah yakni setelah seminggu berlalu pun dirinya tetap tidak boleh bertemu dengan Brian, anak dari majikannya itu. Padahal dirinya sangat penasaran, dengan sosok anak berusia sama dengan Kayla putri malangnya itu.

Ivanpun setelah seminggu, ia mulai melupakan rasa sakitnya dan kembali beraktifitas seperti semula.

Sedangkan RK, dia sedang berada di negeri tirai bambu untuk menjalankan kesepakatan kerja sama yang telah ia lakukan dengan Perusahaan Jasa di negeri itu.

Kepergiannya kesana, untuk melihat tempat-tempat mana saja, yang menarik dan dapat menjadi tujuan wisata bagi turis Indonesia maupun turis luar negeri yang ingin pergi ke Negeri tirai bambu itu, dengan menggunakan jasa Perjalanan atau travel Starlight Group milik RK. Mengingat perusahaan miliknya, memiliki cabang di beberapa negara.

Dan bahkan setelah seminggu berlalu, Aira masih tetap mengira Donny adalah Tuan dalam rumah itu. Hal ini di karenakan, satu kalipun Aira belum pernah bertemu dengan RK.

Namun, menurut penuturan beberapa ART wanita yang ada Mension itu, Boss mereka sangatlah tampan, meskipun terlihat dingin, tetapi ketampanannya mampu membuat wanita manapun tergila-gila padanya.

Semua informasi itu membuat Aira merasa muak, sebab menurut dia Boss mereka biasa ajah, bahkan cenderung genit dan dia tidak menyukainya.

"Apanya yang tampan, apanya yang dingin? Yang ada malah genit, ckk payah!"gumam Aira kala menanggapi, cerita-cerita teman-teman sesama ART.

Tentu saja semua pikiran itu ia tujukan bukan untuk RK, melainkan untuk Donny yang pernah ia temui di dapur.

Didalam Mension seluas itu, bahkan tidak ada satupun potret milik RK disana, yang ada hanyalah potret dirinya semasa kecil, bersama ayah, kakek, dan neneknya. Hal ini yang membuat Aira stak pada pemikirannya tentang RK selama ini.

Saat ini Aira sedang sibuk merapikan tanaman, entah apa yang menyebabkan, beberapa Vas terjatuh dengan tanah didalamnya ikut berhamburan keluar, sehingga Aira yang bertugas merapikan bunga-bunga itu, harus bekerja ekstra keras mengingat bobot dari vas itu yang besar dan berat, karena terbuat dari tanah liat.

drrtttt ... drrtttt ...

"ehh, apa deh! perasaan udah aku matikan dayanya tadi, ckk!" kesal Aira yang segera merogoh saku celananya untuk melihat dan menjawab panggilan di benda pipih miliknya itu.

"ibu!" ujar Aira dengan penuh semangat, mengetahui siapa yang sedang menunggu diseberang sana untuk berbicara dengan dirinya.

Ia segera mengangkat panggilan itu,"Hallo, Bu! Aira kangen!" sapa Aira dengan bulir bening yang mulai memenuhi pelupuk matanya.

"Hallo Nak! Ibu juga kangen. Napa sihh, susah banget hubungin kamu Ai, ibu udah berapa hari ini coba nelpon kamu, tapi gak masuk-masuk. Ada banyak hal yang pengen ibu ceritain ke kamu." Tutur Bu' Rita dengan nada sendu.

Aira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan kasar. "Ibu, Aira mau ganti nomor telepon. Nanti kalau udah di ganti Aira bakal kasih tahu ibu. Disini juga, gak bebas makai handphone bu, kecuali waktu senggang." Aira tanpa sengaja mengutarakan hal yang memantik kecurigaan di hati Bu'Rita.

"Ai, ibu pengen ... uhukkk uhukk!" ucapannya terhenti karena batuk.

"ehmm, minum air hangat, Bu!?" ujar Aira prihatin.

Setelah menunggu beberapa saat, Aira kembali bertanya pada Bu'Rita. "udah Bu, minum airnya?" tanya Aira memastikan. "Iyah!" jawab Bu'Rita singkat.

"Oh ya, Ibu mau ngomong apa tadi?" Aira kembali bertanya sebab penasaran dengan apa yang hendak di lakukan oleh sosok yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri.

"Ai, ibu udah siap-siap dari tadi, Ibu juga udah mesen taxi online, pengen ke panti sekarang. kamu tunggu Ibu, yah!"

Hah apa, ibu mau ke panti?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 88

    Aira sangat terkejut dengan apa yang dirinya dengar, dia tidak pernah menyangka kalau RK melakukan semua ini. Meskipun dalam hatinya, dia tahu pasti bahwa RK bukanlah seseorang yang akan memilihnya, tanpa tahu latarbelakang dirinya, namun dengan menjadikan Selena, putri CEO PT.Bintang Laut itu seorang tukang kebun, itu out of mind banget, pikirnya. "Kamu kenal dia, Mas?" tanya Aira pelan. "Musuh istriku, adalah musuhku!" jawab RK singkat, namun membuat Aira terperangah. "Udahh, lupakan Dia, nanti besok aku akan memperkenalkan Nyonya Mension ini secara resmi pada semua Pekerjaku, termasuk si siapa namanya tadi?" "Selena, Mas!" "Iyah, Dia!" ucap RK sembari tersenyum semanis madu pada Aira yang masih bingung dengan apa yang sudah diperbuat suaminya ini. Ada rasa bahagia yang perlahan merayapi hati Aira, namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dan cemas jika sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya karena hal ini. Aira memandang RK lekat-lekat, perlahan tangannya terangkat dan

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 87

    Aira terkejut dengan sosok yang sedang berdiri kikuk dihadapannya. Wanita itu terlihat tertunduk sedalam-dalamnya karena takut pada Aira. Namun, Aira yang masih tidak dapat mencerna hal ini semakin bingung. Selena bisa berada satu atap dengan dirinya adalah satu keanehan, ditambah dengan tingkahnya yang menurut Aira sedikit aneh, tidak seperti Selena yang Ia kenal. "Ma-maafkan saya nyonya, saya sedikit merasa pusing, jadi kesini untuk mengambil Air. Saya tidak akan melakukannya lagi. Permisi!" jawabannya membuat Aira segera mencubit tangannya sendiri. "Mami gak lagi mimpi kok, sini menunduk!" ucap Brian sembari menarik tangan Aira agar menunduk ke arahnya. Brian melayangkan sebuah kecupan hangat, di Pipi ibunya. "Kan? Berasa gak?" tanya Bri sembari terkekeh geli, karena senang bisa menggoda sang Mami. "Idih, anak Mami genit banget sii!" "Saya permisi Nyonya!" "Selena tunggu!" Aira mengeryitkan kening, karena wanita itu terlihat bingung dengan panggilannya. "Bu' Aira, saya

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 86

    Setelah menjawab panggilan Bent, dalam sekejap wajah sumringah RK hilang entah kemana. Kini tampilan dingin dengan sorot mata yang tajam, seperti mampu melihat hingga ke kedalam jiwa seseorang. Aira yang paham dengan sikap itu, tidak ingin bertanya. Dirinya takut akan salah berucap, dan pria bengis disebelahnya ini akan marah. Ya, meskipun telah resmi menjadi istri pria dingin itu, Aira masih tetap saja menganggap dirinya Bossnya yang dingin dan sangat ditakuti seluruh pekerja di Mension mewah yang sekarang sudah menjadi miliknya juga. Aira hanya terdiam dan meraih tangan suaminya untuk di pegang erat-erat, sambil terus menatap jalanan yang mulai dipenuhi cahaya lampu jalan, sebab malam mulai perlahan menyapa mereka. Brian yang mengetahui ayahnya sedang dalam mode yang tidak boleh diganggu, hanya terdiam ditempatnya duduk. "Bri, Mami pangku yahh?" Bujuk Aira, sebab Brian sangat membenci di pangku karena merasa dirinya sudah besar. Namun, pria kecil itu tahu kegelisahan hati ibun

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 85

    Refleks RK menghadang pria yang menyapa Aira itu. Pria dengan tampilan awut-awutan, rambut yang diikat ke belakang, tanda tak pernah dipotong. Wajah yang kusam dan tubuh yang kurus, menjelaskan betapa memprihatinkannya, keadaan pria itu. "Ai ... Tolong maafin Mas, kita pulang yukk! Mas kangen Ai," ucap pria itu yang adalah Ivan, mantan suami Aira, sambil berusaha meraih tangan Aira dari balik tubuh RK yang menjulang tinggi dihadapannya. "Jangan berfikir untuk menyentuh tangannya, atau aku akan mematahkan tanganmu!" ketus RK. "Menyingkir kau, aku hanya ingin bicara dengan istriku," ucap Ivan penuh percaya diri. RK mengeraskan rahangnya, tatapan membunuh, dirinya tujukan pada Ivan. Rasanya, jika tidak ada istri dan anaknya saat ini, mungkin Ivan sudah pergi bertemu putrinya Kayla sekarang. Aira tahu, RK sedang dalam kemarahan yang jika Ivan melanjutkan dramanya, maka dirinya akan berakhir tragis. "Mas, aku mau pulang," ucap Aira sembari meraih tangan RK dan memberikan Bri padany

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 84

    "Apa ...?" RK menatap istri yang sangat dirindukan ini dengan tatapan sendu. "Sayang, ini aku suamimu, tolong jangan lupakan aku, Ai!" ucap RK sembari meraih tangan Aira, dan mengecupnya dalam-dalam, sambil menutup mata, meresapi kebahagiaan yang datang, namun hanya setengah. "Mas ...!" ucap Aira lembut sambil mengusap rambut coklat yang sudah terlihat besar karena tidak dipotong itu, dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana aku bisa melupakan, satu-satunya alasan aku bertahan dan kembali kesini. Dirimu dan Bri lah kekuatan dan alasanku. Aku cinta kamu, Mas!" ucap Aira sembari mengecup tangan suaminya. "Maafkan aku, aku hanya bercanda!" tambah Aira. RK terdiam cukup lama dan segera memeluk Aira erat-erat. "Tidak masalah sayang, asalkan itu hanya tipuan, aku tidak akan mempedulikannya, sebab aku sedang sangat bahagia karena dapat mendengar suara istriku dan tatapan sayang darinya seperti saat ini." RK tak henti-hentinya menciumi tangan pasien wanita itu yang adalah istrinya. "Ming

  • Pembalasan Istri yang Disia-siakan   BAB 83

    Pesan singkat disertai foto itu, membuat Andi kebingungan. Disisi lain, anak dalam kandungan Tantri yang terancam meninggal sebab sudah memasuki bulan ke 8, sedangkan diseberang sana sedang terjadi sesuatu yang membuat Andi mematung ditempatnya berdiri. "Apa ini, Mah?" Andi meremas rambutnya kuat-kuat. Dia berjalan gontai dan terduduk di kursi-kursi taman, yang berada dekat dengan parkiran. "Selena ... Dimana kamu, Nak! Papa bingung harus bagaimana," lirih Andi sembari menunduk. "Maaf Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap salah satu orang kepercayaannya yang masih belum memahami apa yang dilihat Andi di handphonenya, sehingga dirinya bereaksi seperti ini. "Tolong, hubungi siapa saja yang ada dirumah, tolong selamatkan istriku, tolong!" Andi memohon untuk istri yang tadi telah Ia abaikan. Seluruh tubuhnya bergetar, bagaikan kilatan petir yang menyambar dengan kecepatannya beberapa detik, namun mampu menghancurkan. Dirinya menerima kiriman pesan dari istrinya yang mengatakan,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status