"Tidak, Presiden Yan. Aku bukannya ingin menolakmu." Senna berusaha untuk menghindari tatapan mata tajam itu dengan melihat tangannya yang dipenuh oleh cat minyak. "Penampilanku saat ini kotor, aku juga berkeringat. Bagaimana jika kita cari kamar dan biarkan aku membersihkan diri terlebih dahulu?"
Mata Senna berkedip cepat, mencoba menyembunyikan keresahan di dalam hatinya. Dia berusaha untuk membujuk pria yang sedang marah ini. Udara dingin yang menekan karena aura gelap pria ini benar-benar membuat Senna menjadi tidak nyaman.Namun, Presiden Yan justru mengusap lembut pipi mulus Senna. Seolah memaksa Senna untuk menatap ke arahnya. "Tidak masalah, walau kau kotor dan penuh keringan, bagiku aromanya begitu harus. Aku menyukainya. " Suaranya begitu jernih dan lembut, tapi tidak dengan tatapannya yang tajam. Lalu memberikannya peringatan, "Jangan menolakku!"Presiden Yan tidak membuang waktu lagi untuk menyantap daging segarnya. Wajah pria itu tenggelam menyusuri leher jenjang dan mulus itu. Senna mengepalkan jari-jari tangannya untuk menahan rasa jijik yang ada di hatinya. Meskipun saat ini hatinya telah mati rasa, Tidak ada kesenangan yang dia rasakan, tetapi Senna masih berusaha untuk membiarkan pria ini bersenang-senang .Namun, itu tidak berlangsung lama, karena Senna sudah tidak sanggup lagi. Tangannya dengan sedikit tenaga mendorong pria itu. Dia ingin mendapatkan keuntungan dari pengorbanan yang dia lakukan ini.Ekspresi Presiden Yan hampir saja seperti kompor yang siap meledak karena penolakan lagi. Kali ini Senna bergerak cepat. "Presiden Yan, Kita lanjutkan di hotel saja yang jauh lebih nyaman.""Kita tidak melakukan sejauh itu, kenapa harus menyewa kamar?""Aku belum makan dari siang, kenapa kita tidak memesan makanan lalu melanjutkannya? Di hotel juga jauh lebih nyaman daripada di sini."Presiden Yan menatap Senna lekat-lekat lalu akhirnya mengangguk setuju. "Baiklah, aku akan melakukannya."Senna diam-diam tersenyum tanpa di ketahui oleh pria ini, Senna telah merencanakan sesuatu."Ayo, kita pergi. Mobilmu biar saja di sini. Aku akan meminta seseorang untuk mengirimnya ke kediaman keluarga Qin," ucap Presiden Yan Menawarkan."Baiklah, tapi aku punya saran lain yang lebih bagus tentang mobilku." Senna tidak menolak kali ini.Presiden Yan tiba-tiba saja memikirkan sesuatu. "Senna, apa kau merencanakan sesuatu?" Pria itu menatapnya dengan serius.Bibir Senna tertarik membentuk sebuah senyuman. "Presiden Yan sepertinya tahu dengan jelas tentang apa yang aku pikirkan. Aku harap kau juga ikut bekerja sama kali ini juga.""Senna, katakan padaku secara jelas, apa yang sebenarnya kau inginkan?"***Di sisi lain, Evander Qin masuk ke dalam rumah bersama dengan seorang wanita hamil."Panggil Senna Zhang kemari!" Tuan Muda langsung memberikan perintah."Maaf, Tuan Muda. Nyonya masih belum pulang sejak tadi pagi. " Seorang pelayan memberikan jawaban."Apa? Ini sudah larut malam dan dia masih belum pulang?!" Evander Qin geram. "Pergi ke mana wanita itu sampai jam segini belum puang? Kirim para pengawalnya untuk mencari lalu memaksa dia untuk pulang!"Belinda justru menghentikan tindakan suaminya, "Sayang, biarkan saja wanita itu. Kita kunci saja pintunya agar dia tidur di luar. Lebih baik kita nikmati saat berdua kita." Belinda Berdandar di bahu Evander dengan manja."Menguncinya di luar hanya akan memberikannya kebebasan untuk menjatuhkan ku. Sayang, pergilah ke kamar tamu dulu. Tidur terlalu malam tidak baik untuk wanita hamil," ucap Evander.Belinda bukannya menjauh, wanita itu justru semakin berulah. Dia memeluk Evander dengan erat. "Aku tidak ingin tidur sendiri. Bisakah kau menemaniku?" ucapnya dengan nada menggoda. "Sudah lama sejak kita menghabiskan malam bersama.""Sayang, keselamatan anak kita adalah yang utama. Apa kau lupa dengan apa yang di katakan dokter kalau kita tidak bisa melakukannya untuk saat-saat berisiko ini.""Tapi,--" Belinda menunjukkan ekspresi mata berkaca-kaca. Walau jurus ini sempat gagal, tetapi dia berharap kali ini akan berhasil."Tidurlah!" Evander hanya memberikan kecupan di keningnya lalu mengucapkan selamat malam dengan lembut.Belinda merasa tidak puas. "Apa kau yakin akan membiarkanku tidur sendiri dan kau akan tidur di kamar utama dengan wanita itu?""Belinda, kita sudah membahas ini tadi pagi. Jangan mempersulit keadaanku!"Belinda berdiri dengan raut wajah cemberut. Dia berbalik Pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Evander memberikan perintah pada pelayannya, "Pergi dan tunjukkan kamar yang aku minta siapkan untuk Belinda dan juga periksa semuanya, partikel tidak ada hal yang membuat dia tidak nyaman.""Baiklah, Tuan Muda.""Kalian, kenapa masih di sini? Pergi ke kamar kalian atau keluar untuk mencari Senna Zhang."Pelayan itu membubarkan diri, hanya tersisa Kepala Pelayan. "Apa kau sudah melakukan apa yang aku perintahkan tadi?""Ya, saya sudah mengirim pesan pada mereka untuk melakukannya.""Bilang pada mereka, aku hanya memberi waktu 2 jam bagi mereka. Jika mereka gagal, aku akan mengembalikan mereka ke mantan bos mereka yang kejam itu.""Baiklah, Tuan Muda. Saya akan sampaikan."Kepala Pelayan itu mulai mengetik di ponselnya. Evander sekali lagi memberi perintah, "Buatkan kopi untukku!"Evander mengeluarkan laptop dari dalam tasnya. Pria itu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Bahkan, dia mengabaikan kepala pelayan yang meletakkan kopi dan bertanya kenapa tuan mudanya ini tidak mengerjakan di ruang kerja?Namun, kepala pelayan tidak lagi mengungkitnya. Sebagai orang yang cukup lama melayani Tuan Muda, dia tahu bagaimana harus menghadapi Tuan yang keras, kasar dan egois ini.Evander sesekali melihat ke arah jam tangannya untuk melihat berapa lama waktu berlalu. Pria itu mulai tidak sabar, lalu menutup laptop. "Kepala Pelayan, berikan teleponnya padaku! Aku harus memberi peringatan pada orang-orang yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik."Kepala Pelayan memberikan ponselnya dengan ragu. Evander dengan cepat menyambar ponsel itu."Hallo," suara dari seberang telepon menjawab."Apa kalian sudah menemukan dimana dia? Aku memberikan kalian waktu 2 jam untuk membawanya ke kediaman.""Bos, kami masih belum menemukan keberadaan Nyonya Musa. Bahkan kami juga sudah mencari di area keluarga Zhang, juga tidak ada. ""Kau harus mencari di semua sudut kota. Kalian bekerja tidak terlalu bagus. Kalian masih ingat apa yang aku katakan tadi tentang kegagalan kalian?" Suara Evander begitu dingin."Tuan Muda, tolong beri kami kesempatan. Anda adalah penyelamat kami, jangan kembalikan kami ke tempat yang penuh dengan penderitaan itu.""Kalau begitu lakukan tugas kalian dengan baik, jika tidak, kalian akan tahu akibatnya. Malam ini juga, kalian harus membawa--""Tuan Muda!" Seseorang tiba-tiba datang membuat Evander belum sempat menyelesaikan perkataannya."Ada apa kau berteriak?""Ini tentang Nyonya Muda.""Apa yang dia lakukan?" Evander menatap pria itu dengan serius.Evander menatap dengan dipenuhi emosi melihat artikel yang sedang panas di internet.Kepalan tangannya mengepal erat saat dia teriak, "Senna Zhang!" Sebuah suara menyahuti teriakannya. "Ada apa kau berteriak?" Pandangan Evander terarah pada wanita yang baru saja masuk itu masih menunjukkan ketenangan di wajahnya. Tidak ada tanda penyesalan bahwa dia sudah melakukan sebuah kesalahan besar. "Kau masih berani pulang ke mansion ini setelah mencoreng wajahku?" sindir Evander dengan tajam. "Mencoret wajahmu apa? Aku saja baru datang. Suami, kau cobalah periksa cermin dan lihat sendiri apa ada coretan di wajahmu?" Senna mengucapkan dengan santai. Emosi Evander semakin meluap-luap dan berkata, "Senna Zhang, apa ini waktu yang pantas bagimu untuk bercanda seperti ini?" Wajah Evander semakin gelap, bahkan kepala pelayan dan penjaga keamanan sudah gemetar dengan tekanan dingin. Senna justru tidak menunjukkan reaksi. Bahkan dia masih bisa tersenyum. "Suami, kenapa kau begitu serius? Gosip-go
"Saat yang tepat untuk melakukan serangan balasan lainnya!" itulah yang dipikirkan Senna Ketika mendengar langkah kaki dan gerakan dari seseorang yang bersembunyi Waktu yang pas ini tidak mungkin Senna sia-siakan. Dia langsung menyerang Evander dengan sebuah ciuman. Tubuh Evander menegang untuk sesaat. "Evander!" Suara teriakan penuh kemarahan dari seorang wanita menggema. Evander dengan cepat mendorong Senna. "Belinda, ini bukan--" Belinda langsung meninggalkan ruangan itu begitu saja. Evander menatap Senna dengan kesal. "Kau! Apa kau sengaja melakukan ini! Senna, kau itu--""Tuan Muda Qin."* Senna memandang pria itu dengan merendahkan. Lalu memprovokasi dengan sindirannya. "Apa kau tidak akan mendengarnya? Kalian mungkin akan segera putus. ""Senna, kau benar-benar menjijikkan!" geram Evander. "Aku akan membalasmu!" Evander meninggalkan Senna begitu saja. Dia menutup pintu dengan keras.. Senna tidak gemetar mendengar ancaman itu. "Ini baru awal. Aku akan membuat hubungan kal
Senna secara diam-diam melirik ke arah pelayanan yang memandanginya dengan iba. Dia tersenyum dalam diam. "Bagus, semakin buruk kau memperlakukanku. Semakin buruk pula citra kekasihmu itu," batin Senna. Senna menghela nafas. Dia harus membuang harga dirinya untuk mencapai tujuan pembalasan dendamnya. Ini bukanlah hal yang sulit dibandingkan apa yang harus dia lakukan di kehidupannya yang sebelumnya Senna melangkah dan mulai untuk menuangkan sup ke dalam mangkuk. Tangan Belinda dengan sengaja mendorong tangan Senna "Ah!" teriak wanita itu tiba-tiba.Evander langsung berdiri, wajahnya merah saat menatap Senna "Apa yang kau lakukan? Tidakkah kau tahu bahwa Belinda sedang hamil? Kau sengaja ya ingin menyakitinya?!" "Dia sendiri yang ingin melukai dirinya sendiri, jika kau tanya saja pada para pelayan atau periksa saja CCTV," ucap Senna membela diri. Wajahnya menunjukkan keyakinan yang Kuat. Belinda segera merangkul lengan Evander saat melihat ekspresi pria itu mulai goyah. "Sayang,
Senna mengambil amplop yang di desain dengan mewah itu. Siapapun dapat melihat status dari si pengirim. "Ini tidak terduga, tapi tidak buruk juga. Aku juga tidak ingin membuat langkah wanita itu menjadi mudah."Senna ingin memperlihatkan pada suaminya yang buta, betapa tidak bergunanya Istrinya itu. "Sekarang akan semakin sulit bagi Belinda untuk masuk ke dalam kalangan atas. Apalagi dengan bantuan orang itu. ""Aku ingin tahu, apa yang akan dilakukan suami bodoh itu dengan kelakuan kekasihnya. Dia tidak akan tetap menjadi buta, kan?" Senyum liciknya mengembang. Jika Belinda semakin menunjukkan ketidak bergunannya. Ini akan menjadi kunci baginya untuk meruntuhkan hubungan mereka berdua. "Sekarang aku hanya perlu melakukannya satu tahap akhir."***Mata Belinda melebar saat tahu apa yang telah dia lewatkan. "Apa tidak ada cara lain selain menggunakan wanita itu? Evander, apa kau tidak bisa menggunakannya statusmu untuk mendapatkan undangan itu?" "Belinda, kau pasti sudah tahu hanya
"Belinda, tidak peduli bagaimana kau memohon padaku, aku tidak dapat melakukan apapun. " Jawaban suara wanita itu semakin membuat Belinda merasa kesal. "Tidak semua orang dapat terhubung dengan keluarga Li.""Lalu kenapa wanita itu bisa, tetapi aku tidak?""Kau harus memahami statusmu, apa kau sebanding dengan seorang Senna Zhang? Apa kau tidak tahu seberapa berpengaruhnya dia? Meskipun dia memiliki citra buruk karena scandal, tetap saja dia adalah wanita dari kelas atas, sedangkan kau?" "Apa kau sedang meremehkanku? Aku adalah kekasih dari Tuan Muda Qin, apa itu tidak cukup?" Belinda semakin kesal. "Belinda, selama kau tidak mendapatkan status resmi, orang tidak akan memandangmu, apalagi di saat Senna Zhang masih mengusai--""Diam kau! Aku tidak butuh kau membandingkan antara aku dan dia. Jangan lupa, bahwa kau juga adalah orang rendahan sama sepertiku." "Kau benar-benar kasar ya. Awalnya aku ingin memberitahumu jalan pintas, tapi aku berubah pikiran. ""Hei, jangan tutup dulu. Be
"Apa kau tidak akan masuk kerja lagi? Senna, apa aku membesarkanmu untuk menjadi anak yang tidak berguna? Kau akan meninggalkan pekerjaan hanya demi sebuah pameran yang tidak berguna itu?" Tuan Zhang marah besar. Dia berteriak keras di seberang telepon, tidak peduli walau itu membuat telinga lawan bicaranya sakit. "Papa, ini sepenuhnya tidak berguna. Ini akan menguntungkan kita karena orang yang memanggilku adalah Nyonya Li?""Nyonya Li? Li yang mana?""Apa papa tidak tahu Tiffany Li?" Senna memperjelas. "Kau berbohong padaku, kan? Bukankah kau sempat menyinggung Tiffany Li karena tidak datang ke acaranya? Apa kau tidak tahu seberapa sulitnya aku mendapatkan undangannya? Sekarang, kau bilang dia menghubungimu sendiri? Jelas itu tidak masuk akal.""Aku tahu papa tidak akan percaya padaku. Papa bisa meminta orang untuk mengikutiku ke pameran. Jika aku bohong, maka aku akan melepas jabatanku." Senna dengan penuh ketegasan menyakinkan papanya itu. "Taruhanmu tidak buruk juga. Kau harus
"Tidak perlu, aku tidak ingin merepotkanmu." Senna menolak dengan halus. "Aku tidak--"Belinda merangkul lengan Evander, "Sayang, tangannya hanya luka ringan bukan patah tulang. Di sini juga ada banyak supir, minta saja satu supir untuk mengantarkannya! Kau juga memiliki banyak pekerjaan di kantor, kan?"Senna merasa lega, ternyata kecemburuan Belina ada untungnya juga. "Itu benar, aku bisa pergi dengan supir." Senna dengan terburu-buru meninggalkan ruangan itu. Dia meminta seorang supir yang telah menjadi orangnya itu. " Tolong antar aku ke pameran seni di kota T dengan cepat. ""Baiklah, Nyonya.""Kita harus sampai sebelum pukul 10." "Nyonya, bukankah ada pameran seni di ibu kota juga? Kenapa anda harus jauh-jauh ke Kota T?" Biasanya Senna akan memarahi supir yang terlalu banyak bertanya dan ingin ikut campur urusan Masternya, tetapi Senna harus mendapatkan hati para pelayan. Dia menjawab pertanyaan dengan tenang, " Temanku yang memilih membuat janji di tempat itu."Supir itu me
"Terima kasih, berkatmu aku memiliki sebuah keberuntungan kali ini." Senna menatap pria yang ada di depannya itu. "Kenapa kau mengucapkan terima kasih secara tiba-tiba? Oh, apa karena lukisan itu? Apa kau begitu senang akhirnya lukisanmu berada di pameran?" tebak pria itu setelah memilikirkan apa penyebabnya ucapan terima kasih yang tiba-tiba ini. "Aku akan membantumu untuk mendapatkan kesempatan itu lagi.""Kau tidak perlu melakukan itu lagi, Presiden Yan, karena aku sudah mendapatkan patner lain untuk itu. Ini semua berkatmu."Wajah presiden Yan berubah menjadi gelap. "Apa kau telah menemukan pria lain yang dapat membantumu? Apa karena aku memaksamu waktu jadi kau marah padaku?" "Tidak. Ini bukan karena itu, tapi Nyonya Li memberi saya tawarkan yang menguntungkan.""Nyonya Li? Aku ingat, kau menginginkan dukungannya untuk mendukungmu menjadi yang paling kuat di kalangan wanita sosialita, kan?" Presiden Yan mulai memahami. "Benar." "Kau berterima kasih padaku, karena hal itu?" "