Share

Chapter 6 Seret Dia Untuk Kembali

"Tidak, Presiden Yan. Aku bukannya ingin menolakmu." Senna berusaha untuk menghindari tatapan mata tajam itu dengan melihat tangannya yang dipenuh oleh cat minyak. "Penampilanku saat ini kotor, aku juga berkeringat. Bagaimana jika kita cari kamar dan biarkan aku membersihkan diri terlebih dahulu?"

Mata Senna berkedip cepat, mencoba menyembunyikan keresahan di dalam hatinya. Dia berusaha untuk membujuk pria yang sedang marah ini. Udara dingin yang menekan karena aura gelap pria ini benar-benar membuat Senna menjadi tidak nyaman.

Namun, Presiden Yan justru mengusap lembut pipi mulus Senna. Seolah memaksa Senna untuk menatap ke arahnya.

"Tidak masalah, walau kau kotor dan penuh keringan, bagiku aromanya begitu harus. Aku menyukainya. " Suaranya begitu jernih dan lembut, tapi tidak dengan tatapannya yang tajam. Lalu memberikannya peringatan, "Jangan menolakku!"

Presiden Yan tidak membuang waktu lagi untuk menyantap daging segarnya. Wajah pria itu tenggelam menyusuri leher jenjang dan mulus itu.

Senna mengepalkan jari-jari tangannya untuk menahan rasa jijik yang ada di hatinya. Meskipun saat ini hatinya telah mati rasa, Tidak ada kesenangan yang dia rasakan, tetapi Senna masih berusaha untuk membiarkan pria ini bersenang-senang .

Namun, itu tidak berlangsung lama, karena Senna sudah tidak sanggup lagi. Tangannya dengan sedikit tenaga mendorong pria itu. Dia ingin mendapatkan keuntungan dari pengorbanan yang dia lakukan ini.

Ekspresi Presiden Yan hampir saja seperti kompor yang siap meledak karena penolakan lagi. Kali ini Senna bergerak cepat. "Presiden Yan, Kita lanjutkan di hotel saja yang jauh lebih nyaman."

"Kita tidak melakukan sejauh itu, kenapa harus menyewa kamar?"

"Aku belum makan dari siang, kenapa kita tidak memesan makanan lalu melanjutkannya? Di hotel juga jauh lebih nyaman daripada di sini."

Presiden Yan menatap Senna lekat-lekat lalu akhirnya mengangguk setuju. "Baiklah, aku akan melakukannya."

Senna diam-diam tersenyum tanpa di ketahui oleh pria ini, Senna telah merencanakan sesuatu.

"Ayo, kita pergi. Mobilmu biar saja di sini. Aku akan meminta seseorang untuk mengirimnya ke kediaman keluarga Qin," ucap Presiden Yan Menawarkan.

"Baiklah, tapi aku punya saran lain yang lebih bagus tentang mobilku." Senna tidak menolak kali ini.

Presiden Yan tiba-tiba saja memikirkan sesuatu. "Senna, apa kau merencanakan sesuatu?" Pria itu menatapnya dengan serius.

Bibir Senna tertarik membentuk sebuah senyuman. "Presiden Yan sepertinya tahu dengan jelas tentang apa yang aku pikirkan. Aku harap kau juga ikut bekerja sama kali ini juga."

"Senna, katakan padaku secara jelas, apa yang sebenarnya kau inginkan?"

***

Di sisi lain, Evander Qin masuk ke dalam rumah bersama dengan seorang wanita hamil.

"Panggil Senna Zhang kemari!" Tuan Muda langsung memberikan perintah.

"Maaf, Tuan Muda. Nyonya masih belum pulang sejak tadi pagi. " Seorang pelayan memberikan jawaban.

"Apa? Ini sudah larut malam dan dia masih belum pulang?!" Evander Qin geram. "Pergi ke mana wanita itu sampai jam segini belum puang? Kirim para pengawalnya untuk mencari lalu memaksa dia untuk pulang!"

Belinda justru menghentikan tindakan suaminya, "Sayang, biarkan saja wanita itu. Kita kunci saja pintunya agar dia tidur di luar. Lebih baik kita nikmati saat berdua kita." Belinda Berdandar di bahu Evander dengan manja.

"Menguncinya di luar hanya akan memberikannya kebebasan untuk menjatuhkan ku. Sayang, pergilah ke kamar tamu dulu. Tidur terlalu malam tidak baik untuk wanita hamil," ucap Evander.

Belinda bukannya menjauh, wanita itu justru semakin berulah. Dia memeluk Evander dengan erat. "Aku tidak ingin tidur sendiri. Bisakah kau menemaniku?" ucapnya dengan nada menggoda. "Sudah lama sejak kita menghabiskan malam bersama."

"Sayang, keselamatan anak kita adalah yang utama. Apa kau lupa dengan apa yang di katakan dokter kalau kita tidak bisa melakukannya untuk saat-saat berisiko ini."

"Tapi,--" Belinda menunjukkan ekspresi mata berkaca-kaca. Walau jurus ini sempat gagal, tetapi dia berharap kali ini akan berhasil.

"Tidurlah!" Evander hanya memberikan kecupan di keningnya lalu mengucapkan selamat malam dengan lembut.

Belinda merasa tidak puas. "Apa kau yakin akan membiarkanku tidur sendiri dan kau akan tidur di kamar utama dengan wanita itu?"

"Belinda, kita sudah membahas ini tadi pagi. Jangan mempersulit keadaanku!"

Belinda berdiri dengan raut wajah cemberut. Dia berbalik Pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Evander memberikan perintah pada pelayannya, "Pergi dan tunjukkan kamar yang aku minta siapkan untuk Belinda dan juga periksa semuanya, partikel tidak ada hal yang membuat dia tidak nyaman."

"Baiklah, Tuan Muda."

"Kalian, kenapa masih di sini? Pergi ke kamar kalian atau keluar untuk mencari Senna Zhang."

Pelayan itu membubarkan diri, hanya tersisa Kepala Pelayan. "Apa kau sudah melakukan apa yang aku perintahkan tadi?"

"Ya, saya sudah mengirim pesan pada mereka untuk melakukannya."

"Bilang pada mereka, aku hanya memberi waktu 2 jam bagi mereka. Jika mereka gagal, aku akan mengembalikan mereka ke mantan bos mereka yang kejam itu."

"Baiklah, Tuan Muda. Saya akan sampaikan."

Kepala Pelayan itu mulai mengetik di ponselnya. Evander sekali lagi memberi perintah, "Buatkan kopi untukku!"

Evander mengeluarkan laptop dari dalam tasnya. Pria itu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Bahkan, dia mengabaikan kepala pelayan yang meletakkan kopi dan bertanya kenapa tuan mudanya ini tidak mengerjakan di ruang kerja?

Namun, kepala pelayan tidak lagi mengungkitnya. Sebagai orang yang cukup lama melayani Tuan Muda, dia tahu bagaimana harus menghadapi Tuan yang keras, kasar dan egois ini.

Evander sesekali melihat ke arah jam tangannya untuk melihat berapa lama waktu berlalu. Pria itu mulai tidak sabar, lalu menutup laptop. "Kepala Pelayan, berikan teleponnya padaku! Aku harus memberi peringatan pada orang-orang yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik."

Kepala Pelayan memberikan ponselnya dengan ragu. Evander dengan cepat menyambar ponsel itu.

"Hallo," suara dari seberang telepon menjawab.

"Apa kalian sudah menemukan dimana dia? Aku memberikan kalian waktu 2 jam untuk membawanya ke kediaman."

"Bos, kami masih belum menemukan keberadaan Nyonya Musa. Bahkan kami juga sudah mencari di area keluarga Zhang, juga tidak ada. "

"Kau harus mencari di semua sudut kota. Kalian bekerja tidak terlalu bagus. Kalian masih ingat apa yang aku katakan tadi tentang kegagalan kalian?" Suara Evander begitu dingin.

"Tuan Muda, tolong beri kami kesempatan. Anda adalah penyelamat kami, jangan kembalikan kami ke tempat yang penuh dengan penderitaan itu."

"Kalau begitu lakukan tugas kalian dengan baik, jika tidak, kalian akan tahu akibatnya. Malam ini juga, kalian harus membawa--"

"Tuan Muda!" Seseorang tiba-tiba datang membuat Evander belum sempat menyelesaikan perkataannya.

"Ada apa kau berteriak?"

"Ini tentang Nyonya Muda."

"Apa yang dia lakukan?" Evander menatap pria itu dengan serius.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status