Share

3. Hancur

Ketua preman itu menatap Olan dengan seringai menjijikan sambil melepaskan celananya.

Kejadian itu membuat amarah Olan berkobar dan terus berontak berharap bisa lepas dan menghajar pria kurang ajar itu.

Kemudian laki-laki itu berjalan dalam keadaan yang sudah tidak menggunakan celana mendekati Lula.

Dan menggunting semua pakaian Lula.

Pakaian itu lepas hingga seluruh tubuh Lula dapat dilihat oleh lima laki-laki berbadan besar itu, sambil menelan air liurnya sendiri.

Olan menutup mata sambil menahan amarah dan terus berontak.

Lula pun menutup matanya yang tak henti mengeluarkan air matanya sambil berontak dan berharap sebuah pertolongan.

"Wah, sangat ranum sekali!" kata laki-laki itu dan mulai mengambil kesucian gadis itu.

Kejadian demi kejadian selanjutnya pun tak terelakkan bersama dengan ribuan air mata Lula yang jatuh.

Kelima orang itu dengan bejadnya menuntaskan hasrat mereka di depan mata Olan.

Lula hancur, tubuh Lula remuk redam, kesuciannya ternoda dan direnggut paksa, harga dirinya diinjak-injak.

Ruangan sempit 6 x 6 itu menjadi saksi bisu sebuah ketidakberdayaan seorang gadis tanpa ayah dan ibu.

Tanpa tau alasannya, tanpa tau penyebabnya, Lula harus menanggung kesakitan yang luar biasa ditubuhnya juga kehancuran yang begitu besar dihidupnya.

Di ambang kesadarannya Lula menoleh pada Olan dan melihat ekspresi marah, sedih, hancur pada mata Olan.

Dan berakhir Lula menutup matanya.

Bugh!

Lula pingsan karena sakit yang teramat sangat mendera tubuhnya.

Olan yang melihat tatapan hancur Lula yang dilayangkan padanya membuatnya seperti berada direruntuhan bagunan tinggi yang menghujaminya dengan batuan besar.

Terlebih kala melihat Lula menutup matanya.

Sekuat tenaga, Olan terus berontak walaupun tangan kaki dan tubuhnya sudah banyak mengeluarkan darah akibat gesekan berjam-jam.

Sayangnya, Olan merasakan pukulan yang teramat keras ditengkuk lehernya dan semuanya menjadi gelap.

******

Begitu sadar, pria itu sudah berada di ruangan putih dengan pergelangan tangannya sudah diperban.

Selang infus kini menancap dipunggung tangannya.

Olan langsung melepas infus itu secara paksa dan turun dari ranjang rumah sakit.

Kebetulan saat Olan turun dari ranjangnya seorang suster masuk ke dalam kamarnya dan terkejut melihat ulah Olan.

"Tuan, Anda tidak boleh seperti ini," kata suster itu.

"Dimana gadis yang datang bersama saya!" jawab Olan dingin.

"Tenang saja tuan, sedang diperiksa oleh dokter di sebelah." jawab suster itu.

Olan langsung berlari keluar ruangannya dan menuju ke ruang sebelah yang dikatakan oleh suster.

Saat Olan masuk ke ruangan Lula, dokter tengah membereskan alat setelah berusaha menyelamatkan nyawa Lula yang baru saja melakukan percobaan bunuh diri.

Darah bercecer dimana-mana dan jas putih dokter itupun juga banyak darah pun dengan baju Lula.

"Dok, ada apa ini?" kata Olan mendekat.

"Maaf, Tuan, apa anda ini—?" tanya dokter itu terputus.

Dokter bingung bagaimana menanyakan apakah Olan pelaku pelecehan.

"Bukan, saya pacarnya. Dan kekasih saya di perkosa, Dok." jawab Olan.

"Hanya itu saja? Apa Anda di lokasi kejadian?" kata dokter itu.

"Iya, saya diikat dan mereka merudapaksa kekasih saya sampai pingsan lalu saya dipukul sampai pingsan!" jawab Olan pada dokter itu dan mendekat.

"Pasien mengalami depresi, Pak. Dia melakukan percobaan bunuh diri yang sangat mengerikan," kata dokter kemudian menjelaskan.

Jarum Infus yang panjang itu Lula gunakan untuk memutus urat nadinya dipergelangan jangan hingga darah muncrat-muncrat.

Namun tidak berhasil karena dokter lebih dulu masuk dan menghalangi Lula melanjutkan aksinya.

Olan hanya diam mendengar penuturan dokter itu.

"Lalu, Dok?" tanya Olan.

"Kekasih anda ini tidak hanya trauma akan kejadian itu, akan tetapi tekanan batin dalam hatinya karena kejadian itu dilihat langsung oleh kekasihnya mungkin, mengakibatkan dia mengalami depresi." jawab dokter itu.

Jedar!

Kata-kata dokter membuat Olan lemas seketika.

Kenyataan bahwa para bajingan itu tidak hanya merenggut kesucian kekasihnya, harga diri kekasihnya, juga merenggut kewarasan kekasihnya membuat Olan begitu merasa tidak berguna sebagai kekasih.

"Lebih baik segera bawa ke rumah sakit jiwa saja, Pak. Di sana banyak psikolog atau psikiater untuk membantu penyembuhan kekasih anda!" kata dokter itu.

Jelas Olan sangat terpukul.

Dan Olan terdiam, kemudian menyetujui perintah dokter karena saat ini Lula sebatang kara.

Olan tidak memiliki pilihan lain.

Olan mencari rumah sakit jiwa yang tidak bisa dijangkau oleh Kakeknya.

karena Olan tau, jika tidak ada yang bisa melakukan hal sejahat ini kecuali Kakeknya itu, hingga api amarah itu berkobar dalam mata Olan.

Bagaimanapun, Olan sangat marah dengan Kakeknya.

Lula selalu histeris dan selalu ketakutan melihat laki-laki tanpa terkecuali Olan.

Dan hari itu, Olan mengirim Lula untuk menghuni bangkar rumah sakit jiwa di salah satu rumah sakit ternama di kota itu.

Dia tak tahu apakah Lula akan sembuh? Yang jelas, dia harus segera menemui kakeknya segera!

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
ya Allah Lula kasian banget
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
makin seruu ihh. lanjutt
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
ya allah pasti lupa hancur banget itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status