Share

Part 20

"Biar saya sendiri saja, Mbak," ucapku seraya melepas tangan Mbak Hanum yang masih setia melingkar di pinggang.

"Non—"

Gadis itu menggantung ucap saat telapak tangan kunaikkan ke arahnya. Ia pun terdiam dan berhenti berkata-kata, di mana, aku pun tak lagi memedulikan reaksi kedua wanita beda generasi itu atas tingkah lakuku. Kecamuk yang menyerang mental membuatku mengesampingkan sikap dan sopan santun.

Huff.

Gegas aku berlalu tanpa sepatah kata. Seumpama raga tak lagi bertulang, kuayun kaki menuju rumah. Sesampainya di ruang keluarga yang telah disulap menjadi ruang berkabung, aku berhenti sebentar. Beberapa jarak dari jenazah mama yang sudah dibaringkan menghadap kiblat, aku mematung. Menatap dalam tubuh kaku beliau yang ditutup kain batik serta dilapisi selendang putih transparan. Beberapa orang menatapku iba. Bisik-bisik yang tak dapat diartikan menemani kebisuanku.

"Nak Malaya, kenapa bengong di sini? Ke sana, yuk! Kita yasinan."

Aku membuang pandang ke samping saat seseora
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status