Share

Bab 4

Author: Fidia Haya
last update Last Updated: 2022-02-20 18:04:47

    Rini mendekati Kumi yang berjalan-jalan tertatih-tatih ke kamar mandi. Dia memandang Kumi dengan sinis. “Jadi perempuan kok banyak ngomong, gimana suaminya mau senang?” cibirnya lagi.

            Kumi tak menanggapi perkataan mama mertuanya. Dia menunduk menekuri dinginnya lantai ubin.

            Rini terus menatap Kumi dengan bengis. “Ingat! Kamu tidak bisa bertingkah seenak perutmu. Kamu tinggal di rumah mertua dan harus mematuhi peraturan di sini! Kamu tidak boleh menolak melakukan apapun yang kami mau!”

            “Baik Ma!”

            “Besok siang kami mau mengundang teman-teman sekitar 20 orang. Menunya sudah mama buat dan mama tempel di kulkas. Tugasmu hanya memasak dan membuat tamu terkesan,” kata Rini sebelum pergi ke kamarnya.

            Setelah memastikan mama mertuanya naik ke kamarnya. Kumi melihat menu untuk acara besok siang.

            Mata Kumi hendak melompat keluar. Mereka akan melakukan barbeque. Ia melihat ke arah jam dinding, masih jam 2 pagi. Otaknya berpikir cepat dan dengan langkah tergesa dia pergi ke dapur belakang memeriksa belanjaan mertuanya yang dibawa Pak Roni sopir Mama.

            Ada dua boks yang berisi ikan dan aneka seafood. Malam itu juga dengan mata terkantuk-kantuk Kumi membersihkan ikan dan seafood di temani suara jangkrik dan angin malam.

            Diam-diam Kumi menangisi nasibnya. “Ibu, Kumi ingin pulang,” rintihnya lirih mengusap tangannya yang mengeriput dan perih tertusuk sirip ikan.

***

“Jeng Nita, lihat pembantunya Jeng Rini, rajin banget ya. Ini gaya penatannya sudah kelas hotel. Kok bisa ya Jeng Rini dapetin dia. Iri aku! Soalnya si Sri, pembantuku itu duh kerjanya malas bukan main. Sukanya main hape melulu.”

            Nita terpukau saat melihat Kumi menata bunga - bunga yang diletakkan di dalam vas kaca untuk mempercantik meja buffet yang telah terisi dengan aneka hidangan mulai dari appetizer sampai dessert.

            “Iya, Jeng Mia sama, aku juga iri.”

Dia lalu mencolek lengan Kumi. “Mba, nanti kalau kamu gak betah kerja, pindah ke rumah saya saja ya. Soalnya Jeng Rini itu orangnya cerewet, mana judes lagi. Pembantunya yang terakhir bertahan 7 hari. Sssttt… jangan bilang-bilang Jeng Rini lho.”

“Iya Bu… “ jawab Kumi sambil menyalakan api.

“Oh ya Jeng Nita, tadi malam aku ketemu dengan Arka dan seorang perempuan di Mal GI, Mereka muesraaaaaa buangettt. Sepertinya mereka pacaran.”

“Itu Rhea Jeng, pacarnya Arka, dia salah satu model terkenal. Jeng Rini pernah menceritakannya kepadaku.”

            Tubuh Kumi membeku, dia menekan rasa sakit hatinya. Oh, jadi Arka punya pacar di luar. Ia mengerti kini, kenapa dia sering bilang ke luar kota.

            “Kumi, ayo cepat bawa jajanan pasar kemari,” perintah Rini. Ia tersenyum menyapa Nita dan Mia.

“Baik Ma, eh maaf Nyonya,” kata Kumi buru-buru meralat.

Rini langsung tertawa yang terdengar sangat palsu di telinga Kumi. “Hahahaha pembantu zaman sekarang memang kayak begitu ya Jeng! Banyak tingkahnya. Saya sering gemes melihat sikap mereka.”

DEG

             Sekuat tenaga Kumi berusaha menopang tubuhnya supaya tidak jatuh. Hatinya seperti di iris silet berkali-kali.

Mengetahui kenyataan yang diperlihatkan keluarga Arka membuat hati Kumi semakin berdarah meski ia telah menyadari kehadirannya di sana hanya untuk dimanfaatkan. Arka dan keluarganya tidak pernah memperlakukan dia sebagai istri dan menantu sebagai mana mestinya.

            Bagi mereka Kumi adalah pembantu dan budak seks.

Kumi menggigit bibirnya hingga berdarah. Ditekannya semua emosi yang mau membludak keluar. Di sini dia sendirian, tak punya kekuatan. Dia berjalan tergesa-gesa menjauh dari mertuanya.

 “Kejam sekali dirimu Ma, mengatakan menantumu sebagai pembantu di depan teman-temanmu,” desis Kumi dengan rahang terkatup. Kedua tangannya mengepal. Air matanya perlahan tumpah.

Seorang gadis kecil memperhatikan dia dan menarik daster Kumi. “Kakak kenapa menangis?” tanyanya polos, Dia mengikuti Kumi ke dapur.

“Mata Kakak perih karena asap,” jawab Kumi dengan senyum terpaksa. “Kamu makan pudding?”

Gadis kecil berambut ikal itu menggeleng. Dia membuka tas kecilnya dan memberikan sebatang coklat Cadbury kepada Kumi. “Celine membawa coklat diam-diam. Jangan bilang-bilang Mommy ya Kak.”

Hati Kumi terhibur. “Makasih adik cantik. Apa kamu mau membantu Kakak membawa jajanan pasar?”

“He-eh.”

Kumi bersikap biasa-biasa saja saat berhadapan dengan mertuanya. Dia diam dan menunggu perintah.

Sore hari, Kumi mendapat kejutan dari Arka. Lelaki itu datang ke kamarnya saat dirinya selesai sholat Ashar. Tiba-tiba dia berlaku baik setelah 4 bulan menikah. “Aku ingin mengajakmu makan malam bertemu dengan bosku. Cepat berdandanlah dan pakai baju terbaikmu.”

“Baik Mas,” kata Kumi datar. “Tapi tolong bilang pada Mama, aku tidak bisa menyiapkan makan malam.”

Arka mengangguk. Dia pergi menemui mamanya sambil bersiul gembira.

Kumi memilih baju warna hitam dengan detail yang menyembunyikan perutnya yang mulai membesar. Kemudian dia menyapukan riasan tipis di wajahnya.

Arka masuk dan terkejut melihat penampilan Kumi yang jauh dari ekspektasinya. “Kenapa memakai baju itu. Aku menginginkanmu memakai baju seksi Kumi! Pakaian seksi yang bisa memikat laki-laki. Supaya Pak Sakha mau mempromosikan aku sebagai CEO di perusahaannya.”

Mata Kumi mendelik. “WHATTTTT!!” Apakah Mas Arka mau menjualku? Tanya Kumi dalam hati.

Pria itu melihat jam di lengannya. Wajahnya tampak gusar. “Ah sudahlah, kita hampir telat. Bersikaplah ramah dan ikuti perintahnya nanti. Awas kalau aksimu gagal! Aku tega meminta Mama agar kamu tidur di pondok belakang!”

   

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 189

    Bab 189 - episode terakhir Kumi buru-buru memakai gaun malamnya lalu menyusul Shaka di kantornya. Lelaki itu sedang menghidupkan laptop. Ia berdiri di depan pintu memandangi suaminya. “Apakah aku terlihat sangat buruk sehingga kamu tidak bernafsu denganku?” tanyanya sedih. “Tidak sayang, sama sekali tidak. Kamu membuatku bahagia,” senyum Shaka menghiasi wajahnya. Ia mendekati Kumi dan memeluknya hangat. “Tapi kenapa kamu tidak meneruskan tadi? Apa kamu tahu, aku sudah memimpikan malam pertama kita,” kata Kumi malu-malu. Shaka tertawa terbahak-bahak. “Dasar nakal.” Dia memencet hidung Kumi. “Aku sama denganmu, sama-sama merindukan malam pertama. Sayangnya kamu sedang menstruasi. Aku tidak tega melakukannya, meski aku sangat menginginkannya.” Ia lalu membopong Kumi dan memangkunya. Kumi tertunduk malu dan bergelayut manja pada Shaka, membaui aroma parfum yang membuatnya tergila-gila. “Untuk mengalihkan pikiran tadi, bolehkah aku bekerja dulu. Pekerjaanku menumpuk.” “Baiklah sayang

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 188

    Bab 188 “Maaf Pak Shaka, Nenek Anda sudah meninggal dunia, jenazahnya baru saja dibawa ke kamar jenazah.” “Innalillahi wa inna illaihi rojiun.” Tubuh Shaka langsung lunglai, dia terduduk di lantai rumah sakit yang dingin. Lelaki itu menangis tergugu. Perasaan bersalah menghantam dadanya. Ia menyesal tidak mendampingi neneknya saat sakaratul maut. “Maafkan Shaka Nek, maafkan Shaka. Kenapa Nenek tidak menunggu Shaka sebentar saja.” Kumi membawa kepala Shaka ke dadanya dan memeluknya erat. Dia tidak berkata apa-apa, selain memeluk Shaka. Menenangkan pria itu dan turut merasakan kesedihan yang kekasihnya rasakan. Alex sopir Shaka datang dengan setengah berlari dan kaget sewaktu melihat Kumi dan keluarganya datang. “Maaf Pak, kami berusaha menghubungi Bapak, tapi telpon Bapak tidak aktif.” Dengan mata sembab, Shaka memeriksa ponselnya. “Maaf Alex, telpon saya mati. Saya lupa membawa charger saat ke Bali.” Itu adalah sederet kebodohan yang ia lakukan. Pikirannya sulit fokus setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 187

    Bab 187Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.Shaka mengulum senyum memandang Kumi. Sedangkan Kumi, hatinya bergetar hebat. Dirinya mendadak canggung berdua dengan Shaka di kamar.“Enak juga kamar homestaynya. Aku jadi pingin membuat rumah seperti ini,” kata Shaka mengoyak kesunyian. Dia menduduki kursi yang dipakai Ibu tadi sambil matanya berkeliling menyusuri tiap sudut ruang.“Sama. Aku juga juga pengen tinggal di Ubud dan punya penginapan yang mengacu pada back to nature. Bangunanannya menggunakan bahan lokal, halamannya luas, ada kebun sayur dan binatang seperti kelinci, ayam dan…” Kumi berbicara dengan antusias dia melupakan rasa pening yang mendera kepalanya.“Ikan, kambing.” Shaka tertawa kecil meneruskan kata-kata Kumi dengan mata berbinar-binar. Dia duduk dengan relaks. Kedua tangannya di letakkan di belakang kepalanya.“Menyenangkan sekali hidup di pinggiran kota dengan orang-orang yang kita cintai. Aku bisa semingg

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 186

    Bab 186“Nenek Shaka kondisinya kritis Nduk. Dia tidak sadar dan hidupnya tergantung pada mesin. Dokter telah meminta Shaka dan keluarganya mengikhlaskannya.” Ibu menjelaskan pada Kumi. “Sebelum terbang ke Bali, kami sempat menjenguknya.”Hati Kumi bertambah berat.“Kumi, jika kamu setuju. Aku mau perkawinan kita diselenggarakan secepatnya bersamaan dengan perkawinan Abang,” kata Shaka semangat. Dia sudah membayangkan bagaimana dia dan abangnya menyunting perempuan yang mereka cintai.“HAH? Dengan siapa? Bagaimana jika Nenek tidak setuju?” Nyali Kumi ciut.“Abang akan menikahi Sulis, aku sudah bertemu dengannya, dan dia setuju.”“Ikuti saja Nduk, keinginan Shaka,” bujuk Ibu. “Kalau bisa sepulangnya dari Bali kalian berdua menikah.”Kumi menoleh kepada ibunya. “Ibu, kapan hari Ibu memaksaku menikahi Arka, sekarang Ibu memaksaku menikahi Shaka. Ibu kenapa plinplan sekali. Sebenarnya diantara keduanya siapa yang paling ibu sukai?” tanyanya. Ia ingin Shaka mendengarnya juga.Bapak berdeha

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 185

    Bab 185 “Kumi! Kumi! Maafkan Ibu Nak. Ibu menyesal telah menyakiti hatimu. Kamu jangan tinggalkan Ibu.” Ibu menangis sesenggukan memeluk Kumi. “Kumi tidak apa-apa Bu, dia hanya pingsan.” “Mommy… Mommy, wake up.” Yashi menciumi pipi Kumi. Kumi mendengar suara ibunya menangis. Kemudian mendengar suara Ayah menghibur Ibu, dan suara anaknya Yashi. Di manakah dirinya berada? “Aku ada di mana?” tanya Kumi bingung sesaat setelah membuka matanya. “Kamu ada di Bali,” sahut Ibu lega melihat putrinya telah sadar. Kening Kumi berkerut. Ia lalu menoleh dan melihat Ibu, Ayah, Khandra dan Yashi berada di dekat tempat tidurnya. Ia bergeming dan menatap mereka nanar. Namun, Kumi ragu. Apakah mereka semua nyata atau hanya perwujudan wong samar? Rupanya ia masih terpengaruh dengan cerita Bernie. “Kenapa Kumi memandang kita seperti itu Pak? Jangan – jangan ia kesurupan atau hilang akal?” Ibu jadi cemas. “Hush, kamu jangan ngawur, kata Dokter tadi gak apa-apa, luka di kepalanya kecil.” Kumi me

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 184

    Bab 184“Saya tidak tahu Bu. Semua tamu yang menginap di sini saya hapal. Karena hanya ada 7 kamar dan sekarang hanya 4 kamar yang terisi.” Lelaki itu terdiam. “Eng, siapa tahu Bernie salah satu teman dari tamu kami.”Namun, Kumi tidak begitu yakin dengan yang dikatakan karyawan itu. Wanita itu lalu terduduk lesu di teras kamar Bernie. Kebingungan memeluk dirinya. Ia yakin semalam ia bercengkrama dengan Bernie dan semuanya tampak nyata.“Dia semalam minum bir dan menawari saya Pak? Dia menginap di kamar ini,” kata Kumi berusaha meyakinkan karyawan homestay.“Bagaimana kalau kita ke resepsionis Bu,” ajak karyawan tersebut, untuk meyakinkan Kumi.“Ayo.” Kumi berjalan di belakang karyawan tersebut.Mereka bertemu dengan Pak Dewa sekaligus owner homestay tersebut. “Pagi Bu, bisa dibantu?” sapanya ramah.Karyawan yang bernama Gede itu lalu menceritakan tentang Bernie kepada bosnya. Kumi menyimak pembicaraan mereka.Kemudian Pak Dewa mengajaknya duduk di depan meja penerima tamu, di dekat k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status