Share

Bab 5

Sepanjang perjalanan Kumi memilih diam. Arka beberapa kali menerima panggilan telepon.

“Apa? Pak Sakha sudah sampai? Oke – oke 5 menit lagi aku sudah sampai.”

Lelaki itu terlihat gugup. “Ini semua gara-gara kamu! Dasar perempuan tak berguna!” gerutu Arka dengan rahang mengeras.

Kumi menyembunyikan rasa gugupnya saat Arka berhenti di depan Lobby Hotel Cantika. Seorang petugas valet datang dan membawa mobil Arka ke tempat parkir.

Arka berjalan cepat, dan Kumi mengikutinya dengan langkah tergesa. Di depan lounge hotel, mereka bertemu dengan seorang gadis cantik, tinggi semampai. Penampilannya sangat sempurna, membuat Kumi minder melihatnya.

“Rhea, mana Pak Shaka?” Mata Arka celingak-celinguk di lounge hotel.

“Katanya sih menemui temannya, sebentar lagi datang.” Rhea melihat Kumi dari atas ke bawah. Senyumnya mencibir. “Ndeso banget, pantesan Arka gak betah sama kamu.”

Kumi diam dan menelan perkataan Rhea dengan hati terluka. Perutnya mual. “Maaf aku mau ke toilet”

Arka tak mengindahkan perkataan Kumi, dia berjalan beriringan bersama Rhea.

Sementara itu Kumi bergegas mencari toilet.

BRUK

Wanita itu menabrak seorang lelaki di depan pintu masuk toilet. “Maaf…“Kumi membungkukkan badan sebentar, dan berlari masuk ke dalam dan menumpahkan semua isi perutnya. Kumi lega setelah itu dia menekan tombol flash.

“Nona, apakah Anda baik-baik saja?” tanya seorang laki-laki mengetuk pintu toilet.

Kumi membuka pintu. “Iya saya baik-baik saja. Maaf kenapa Anda di sini, bukankah ini toilet wanita?” tanyanya dengan kening berkerut.

Lelaki bermata hazel itu tersenyum tipis. “Ini toilet lelaki.” Dia menunjuk gambar yang ada di depan pintu.

“Berarti tadi saya salah masuk.” Kumi menepuk jidatnya. “Maaf tadi saya terburu-buru masuk, saya sedang menemani suami saya menemui bosnya. Tapi perut saya mual. Terima kasih dengan perhatian Anda.”

Pria itu mengangguk. “Sebentar,” cegahnya. Dia lalu mengambil kotoran yang menempel di rambut Kumi.

“Terima kasih.” Ia pun buru-buru menemui Arka, sebelum suaminya itu memakinya.

“Nah itu Shaka datang,” ucap Rhea.

Kumi melihat lelaki yang membantunya di toilet tadi datang ke meja mereka. Perempuan itu menunduk.

“Apakah kalian sudah memesan minum?” tanyanya ramah. Shaka memandang Kumi sekilas. “Siapa gadis cantik itu Rhea?”

“Dia Kumi Janitra, wanita yang akan menemani kamu malam ini sambil membaca proposal Arka.” Rhea mengedipkan matanya.

Rhea adalah teman lama Shaka.

Shaka tertawa. ”Kukira Kumi istrinya Arka.”

“Owh bukan-bukan,” sela Arka gelagapan. “Saya membawa Kumi sebagai hadiah buat Bapak.”

Hati Kumi menggigil. Dia meremas-remas tangannya yang berkeringat.

Shaka tertawa dengan canggung. “Oh ya Arka, saya sudah melihat proposal kamu. Bagus saya tertarik, dan sepertinya kamu cocok menjadi CEO.” Shaka menyalami Arka yang terlihat senang. “Hmm… kalau begitu. Saya mau mengajak Kumi ke kamar. Kalian pesanlah apa saja. Rhea, nanti masukkan billnya ke saya.”

“Silahkan… silahkan Pak,” jawab Arka bersemangat. Dia tak menoleh sama sekali kepada Kumi.

Kaki Kumi lemas mengetahui Arka menjadikannya umpan untuk memuluskan karirnya, dia mengikuti Shaka naik lift menuju ke kamar suite yang dipesan laki-laki itu.

Otot-otot di tubuh Kumi menegang. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya meski kamar suite itu berpendingin udara.

“Duduklah,” Shaka menuangkan air minum equil ke gelas dan memberikannya pada Kumi. “Jangan takut Kumi, aku bukan lelaki brengsek seperti suamimu itu!”

“Bagaimana Bapak tahu, Arka itu suami saya?” tanya Kumi, dengan suara parau.

“Kamu tadi yang memberitahuku saat di toilet tadi, dan panggil saja aku Shaka. Aku seumuran dengan Arka.” Gigi Shaka gemeretuk mengetahui betapa jahatnya Arka mengumpankan istrinya kepadanya.

Ponsel Kumi berdering.

“Apa itu dari Arka?” tanya Shaka.

Kumi menggangguk.

“Pake loud speaker, biar aku tahu apa yang mau ia katakan.”

“Halo.”

“Kumi, service dia yang baik, buat dia puas! Besok kamu pulangnya naik ojek online saja.”

Shaka mengepalkan tangannya. “Benar-benar lelaki egois.”

“Aku tebak, Arka dan mertuamu pasti memperlakukanmu dengan buruk ya?” kata Shaka sambil memasukkan pistachio ke dalam mulutnya.

            “Bagaimana kamu tahu?”

            “Tentu saja aku tahu. Pertama melihat penampilanmu dan Arka, sangat jauh berbeda. Maaf, bukan maksudku menghina penampilan kamu. Aku suka dengan kesederhanaan kamu. Tapi aku tahu gaji Arka, dia branded oriented. Yang kedua tangan kamu, tangan kamu agak kasar. Kamu sepertinya pekerja keras.” Shaka diam, matanya menatap perut Kumi.” Apa mereka tahu kamu sedang mengandung.”

            Air mata Kumi seketika merebak, dia menggeleng dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

            Shaka mendekati Kumi. “Menangislah sepuasmu, lepaskan semua ketakutan dan kesedihan yang menghimpitmu,” ucap Shaka menghibur Kumi.

            Keesokan paginya, Kumi mengeliat bangun dengan perasaan nyaman. Baru kali ini dia merasakan tidur nyenyak setelah berbulan-bulan.

            Kumi lalu beringsut pelan ke kamar mandi dengan kaki berjingkat karena khawatir membangunkan Shaka yang tidur di sofa.

            Kumi melihat ke cermin. “Ada baiknya aku tidak menutup-nutupi kehamilan ini,” katanya pelan. Dia mengelus perutnya lembut. Ada kekuatan yang membuat keberaniannya tumbuh.

            “Maaf membangunkanmu,” kata Kumi ketika melihat Shaka sudah membuka laptop dengan ditemani kopi espresso.

            “Aku tidak tahu kamu suka apa untuk sarapanmu, maka aku pesan sesuai dengan seleraku. Aku harap selera kita sama.” Shaka menyeruput kopinya.

            Ponsel Kumi berbunyi.

            Kumi, kemana saja kamu! Tidak ada yang memasak di rumah! Semua perabotan masih kotor. Cepat pulang!”

           

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ris Nadeak Laoly
wanita bodoh wajarlah di perlakukan spt itu org tuanya juga tak punya otak melepas begitu saja anaknya tanpa peduli msh ada y wanita tak tau diri dan bodoh sdh di jual tapi msh mau bertahan aja lari kek atau tinggalkan bagusan jd gembel daripada di jadikan pelacur oleh suami sendiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status