Mobil yang dikendarai Jojo sudah meninggalkan halaman parkiran AK Group yang megah dan menuju PT. Zaulhimar. Bu Bira sedari tadi sudah sibuk chatting dengan orang kepercayaannya untuk menanyakan situasi di sana, menurut orang kepercayaannya semua kondisi di lingkungan perusahaan dalam keadaan aman dan terkendali.Namun, berbeda dengan realita yang sebenarnya bahwa perusahaan dalam keadaan tidak baik-baik saja.Tampak di lobby kantor terjadi keributan bahkan pihak keamanan sudah berkumpul di lobby, dan tampak seorang kakek tua bersama seorang anak muda sedang mengamuk, ya dia adalah kakek Pras dan anaknya yang bungsu."Ada apa, pak?" tanya bu Bira setelah turun dari mobil dan bertanya kepada petugas keamanan tersebut.Pak satpam tersebut terkejut saat melihat bahwa bu Bira yang datang, sang owner yang sangat jarang sekali datang ke perusahaan."Itu bu, bapak itu mengamuk karena tidak diizinkan masuk, beliau memaksa untuk bertemu pak Bara. Dan beliau tidak percaya jika pak Bara tidak b
"Mana yang gua minta semalam, apa hasil kerja lo?" tanya Bara menagih data yang dimintanya semalam kepada Anes."Nih," sodor Anes sebuah map berisi data yang Bara minta.Bara menerima map tersebut dan mengernyitkan dahinya dengna data yang diberikan Anes."Lo yakin, Nes?" tanya Bara."Yakin lah, hasil pelacakan gua ya itu datanya, bos," ujar Anes santai."Kinan, dua puluh sembilan tahun dan tinggal di Papua," gumam Bara.Menyebut nama perempuan membuat bu Bira seketika menjadi kepo, pikirannya bahwa Bara sedang mencari data seorang wanita yang disukainya."Tapi gua gak kenal sama orang ini Nes, gua yakin mereka memalsukan data. Alamat lengkapnya Papua tapi disaat yang bersamaan dia bisa mengambil foto mobil gua di taman. Aneh kan menurut lo?" tanya Bara."Yang namanya dunia kejahatan itu tidak aneh bos, justru memang begitu strategi mereka," jawab Anes.Kembali bu Bira terkejut karena teryata data yang diminta Bara adalah tentang orang yang berbuat jahat, taman, bu Bira menerka-nerka
Sebuah nomor tak dikenal mengirimkan sebuah foto mobilnya yang sedang parkir di taman dan sedang di derek sore tadi.Bara menghela nafas panjang, dan sekarang dia yakin kalau semua kejadian yang dialaminya dalam beberapa hari ini memang sudah direncanakan oleh seseorang, namun Bara benar-benar tidak bisa membayangkan siapa pelakunya.Bara lebih memilih menuruti saran Adi, fokuslah ke bagaimana cara menghindari nya jangan fokus ke siapanya, karena kejahatan bagaimanapun disembunyikan akan terungkap dengan sendirinya pada suatu saat."Ada apa, nak?" tanya bu Bira saat melihat perubahan wajah Bara setelah membaca pesan di ponselnya."Gapapa ma, hanya orang iseng," jawab Bara kembali menyimpan ponselnya."Yok kita lanjut makan malam, dan ini benar-benar makan malam," ujar Bara sambil tertawa.Kehangatan selalu tercipta di meja makan pada keluarga ini, walaupun mereka tidak ada ikatan darah, namun suasana rumah benar-benar hangat dan saling menghargai satu sama lainnya. para pekerja tidak
"Mama sama Ibu makan aja dulu, nanti sakit," tegur Bara melihat kedua wanita spesialnya masih duduk di sampingnya, apalagi ibunya yang tak berhenti mengelus tangan Bara yang bengkak."Nanti aja, nak," jawab bu Bira."Tar sakit, ma," ujar Bara pelan sambil memandang lekat ke wajah ibu kandungnya tersebut."Ga bakalan nak, cuma terlambat beberapa menit aja," jawab bu Bira."Kamu belum makan kan, nak?" tanya bu Aisah."Belum bu, habis di urut aja," jawab Bara."Ibu suapin, ya?" tawar bu Aisah."Gak usah bu, Bara sudah besar," jawab Bara sambil tersenyum."Tapi kan yang sakit tangan kanan kamu, nak," ujar bu Aisah."Iya kan bisa pake tangan kiri bu, dalam keadaan darurat gapapa kan bu makan pakai tangan kiri?" tanya Bara kepada bu Aisah.Bu Aisah hanya mengangguk pelan dan tersenyum.Sementara itu kedua anak Bara yang sangat aktif di ungsikan ke ruang bermain bersama bik Sri agar tidak mengganggu papanya yang sedang kesakitan.Tepat pukul delapan malam, Jojo dan Rigo tiba di rumah membawa
"Sepertinya ada yang tidak beres pak!" lapor mang Ujang kepada Bara yang sudah duduk di kursi samping pengemudi."Hah?" respon Bara terkejut.Keduanya kemudian turun dan kembali mengecek mobilnya, dan benar saja pak Ujang sepertinya sangat pengalaman dengan tindak kejahatan seperti itu karena beliau langsung mengecek kondisi rem."Ketemu!" teriak pak Ujang dengan keras."Apa, pak?" tanya Bara."Tali rem kita sudah diputuskan dengan paksa," jelas mang Ujang.Bara benar-benar dibuat terkejut dengan ulah orang-orang tersebut yang sangat mengharapkan dia kecelakaan."Telepon mobil derek aja mang, minta antarkan ke bengkel. Dan kita pulang naik taksi saja," ujar Bara berusaha sabar.Mang Ujang hanya mengangguk dan memperhatikan ke sekelilingnya mencari kira-kira yang mencurigakan yang dengan sengaja ingin mencelakai mereka.Bara menelepon layanan mobil derek dan juga Adi temannya untuk mengantarkan mobilnya ke bengkel milik Adi. Entah tiba-tiba saat ini kepercayaan Bara terhadap orang lain
"Pa, main ke taman yuk," rengek Tama dan Rikel saat Bara pulang kerja."Minggu, boleh?" rayu Bara kepada kedua anaknya."Maunya cekalang pa, temalin kan gak jadi," ujar Rikel."Sebentar ya papa minum dulu, habis itu kita ke taman. Mau ngapain sih anak papa sore-sore ke taman?" tanya Bara ingin tahu."Kata teman-teman di taman itu seru pa, banyak tempat bermain dan juga makanan," jawab Tama menjelaskan dengan mulut yang sambil mengerucut."Baiklah," jawab Bara mengalah.Bara berlari masuk kedalam rumah, rencananya mau mengajak kedua ibunya atau minimal bik Sri yang ikut bantu untuk menjaga anaknya, karena takutnya dia lalai dan anak-anak belum pernah main ke taman.Namun, ketiga wanita paruh baya yang di cari semuanya sedang di toko. Sedangkan kedua anaknya di jaga oleh bik Rasi dan pak Ujang. Bara hanya menggeleng melihat kesibukan ibu-ibu yang baru punya toko."Setiap hari bik Sri titip Tama dan Rikle ke bik Rasi?" tanya Bara."Enggak pak, baru hari ini. Tadi bik Sri gak mau ikut tap