Home / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 138. Dunia Begitu Sempit

Share

Bab 138. Dunia Begitu Sempit

Author: Hare Ra
last update Huling Na-update: 2025-06-27 17:41:49

"Dunia ini begitu sempit ternyata," ujar Salma tersenyum miris.

"Kenal dimana?" tanya Bara.

"Dia suaminya kak Gina, adiknya kak Vina," jawab Salma.

"Tadi ada istrinya?" tanya Bara.

"Ada, tapi yang menunggu di mobil," ujar Salma pelan.

Bara menyugar kasar rambutnya, kepalanya pusing dengan masalah yang begitu rumit. Hardi yang sudah dia percaya bertahun-tahun ternyata memiliki istri dari keluarga toxic. Selama ini Bara memang tidak pernah mencari tahu atau mengulik kehidupan pribadi Hardi, baginya selama urusan hukum ditangani Hardi dengan baik, maka hubungan mereka cukup seperti itu.

Hardi orang yang jujur, dan benar-benar bisa dipercaya. Tidak pernah berkhianat, atau memang Bara harus mengganti kuasa hukumnya?

"Saya akan cari pengacara lain untuk kamu," ujar Bara.

"Tidak perlu mas, saya tidak akan menuntut mereka. Biar nanti saya akan tuntut mereka di akhirat," ujar Salma terdengar jelas.

Bara, Hafiz dan Fira sontak memandang kearah Salma karena begitu terkejut dengan ucapan Salma ba
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 218. Alma Putri Kaizer

    Rigo mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat dan juga tempat Salma biasa kontrol, juga dokter Bella praktek.Kondisi jalanan saat weekend lebih padat dari biasanya walaupun Rigo sudah menyalakan lampu hazard masih saja tampak kesulitan menerobos kemacetan.“Hati-hati, Go,” peringat Bara kepada Rigo yang beberapa kali membunyikan klakson kepada pengemudi roda dua yang tampak menerobos macet.“Iya, Pak,” jawab Rigo.“Lihat juga pejalan kaki, Go,” ujar bu Bira.“Iya, Bu,” jawab Rigo tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.Salma belum merasakan sakit yang hebat, hanya sesekali sakit dan hilang.“Mas, maafin Salma ya kalau ada salah. Ridhoi Salma ya, Mas,” ujar Salma pelan.“Iya sayang, Mas juga minta maaf. Mas selalu ridho untuk kamu,” ujar Bara memeluk erat Salma sambil menangis.“Ibu, Salma minta maaf,” ujar Salma melihat ke arah bu Aisah.“Iya nak sudah ibu maafkan, dan maafkan kesalahan ibu juga ya. Kamu banyak-banyak istigfar ya, nak,” ucap bu Aisah m

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 217. Sudah Waktunya

    “Ehm,” ucap Ainel membuat sepasang suami istri yang sedang memperhatikan ikan di kolam itu menoleh.“Ainel! Sini duduk sini yuk,” ajak Salma antusias.“Sorry ya mengganggu, gua bawa sarapan mau numpang sarapan sama-sama disini,” ujar Ainel sambil tersenyum.“Boleh,” jawab Salma.Sedangkan Bara hanya diam dan masih menggenggam tangan Salma erat.“Yok sarapan yok, udah disiapin mbok Inah,” ajak Ainel.“Gua disuruh tante Bira memanggil lo berdua,” lanjut Ainel lagi.“Lo bawa apa?” tanya Bara.“Nasi uduk, gorengan plus siomay,” jawab Ainel sumringah.“Banyak banget menunya, bik Rasi dan mbok Inah juga masak?” tanya Bara.“Enggak, karena semalam gua udah telepon mbok Inah kok kalau gua mau bawakan sarapan kesini dan numpang makan,” tawa Ainel sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Yaudah yuk Mas kita sarapan,” ajak Salma sambil menarik tangan Bara.Bara hanya mengangguk, berjalan menggandengan tangan Salma dan mengikuti Ainel yang berjalan lebih dulu.“Kamu mau apa, Sal?” tanya Ainel

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 216. Jangan Lupakan Aku

    “Pagi pak Bara,” sapa Ari saat Bara tiba di kantor.“Iya,” jawab Bara singkat.Ari mengikuti Bara dari belakang yang memasuki ruangannya.“Kenapa, Ri?” tanya Bara yang melihat Ari ikut duduk di depannya.“Pak Bara sakit?” tanya Ari kemudian.“Enggak.”“Kok terlihat pucat?” tanya Ari.“Sedikit pusing sih Ri kurang tidur aja,” jawab Bara.“Begadang?” tanya Ari kepo.“Akhir-akhir ini saya susah tidur,” jawab Bara pelan.“Gugup menanti anaknya lahir kali ya, Pak?” tanya Ari lagi.“Bisa jadi, karena memang sudah masuk waktunya lahir sih,” jawab Bara.“Udah lewat dari perkiraan dokter?” tanya Ari.“Belum, kalau dari hasil USG terakhir perkiraan dokter akan lahir mungkin sekitar dua atau tiga hari lagi,” jawab Bara.“Semoga semuanya berjalan lancar, sehat ibu dan anaknya ya, Pak,” ujar Ari tulus.“Aamiin, thanks Ri,” ujar Bara sambil mengangguk.Semakin mendekati hari perkiraan lahir, Salma semakin sering melamun. Bahkan kadang acuh dengan orang di sekitarnya. Dan setiap akan tidur selalu bi

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 215. Kapan Adik Keluar

    Bara memperhatikan wajah teduh Salma yang sedang tertidur pulas. Bara benar-benar tidak siap untuk kehilangan seseorang, apalagi istrinya."Jaga istri hamba ya Allah," do'a Bara.Bara memilih untuk tidur di samping sang istri. Kopi yang tadi dibawa di letakkan di atas nakas dan dibiarkan dingin dengan sendirinya.Bara tidur dengan memeluk perut Salma yang membuncit.*"Sal, jika kamu sudah mulai merasa mau lahiran langsung hubungi mas ya," pesan yang rutin Bara pesankan kepada sang istri saat mau berangkat kerja."Iya, Mas," jawab Salma pelan."Gak ada keluhan, kan?" tanya Bara."Gak Mas. Tapi si adek semakin aktif, Mas," kekeh Salma."Alhamdulillah, sabar ya nak. Sebentar lagi kita akan bertemu," ujar Bara mengelus perut istrinya.Bayi yang ada didalam perut Salma kembali bergerak-gerak."Duh anak papa pintar. Ayok bang Tama kak Ikel nih mau lihatin adeknya gerak-gerak gak?" tanya Tama."Mau, Pa," jawab keduanya dengan antusias."Nih, coba pegangin perut mama adeknya lagi gerak-gerak

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 214. Takut

    “Kamu kenapa?” tanya Bara sambil membingkai wajah Salma dengan kedua tangannya.“Gapapa Mas, hanya pengen menitipkan Alma aja,” jawab Salma pelan.“Jangan bilang kamu mau meninggalkan, Mas?” ujar Bara.“Tidak pernah terpikir Mas, Salma tidak pernah berpikir meninggalkan Mas,” ujar Salma menahan isak tangisnya.“Terus kenapa?” Bara.“Umur kita gak ada yang tahu Mas, entah sampai kapan,” jawab Salma.“Mas paham, mungkin kamu takut membayangkan melahirkan ya?” tanya Bara.Salma hanya mengangguk.“Berpikir positif dan semangat ya, kita membesarkan anak kita bersama. Mas selalu ada untuk kamu,” ujar Bara memeluk sang istri.“Jangan takut, kita berdo’a bersama-sama kepada Allah. Minta pertolongan dan perlindungan,” ujar Bara mengusap lembut rambut Salma sambil menahan tangisnya juga.Bara juga jadi terpikir hal yang Salma takutnya. Dan sangat takut hal itu terjadi, membayangkan anaknya dibesarkan tanpa seorang ibu.Bara menengadahkan mukanya keatas menahan tangisnya.“Udah makan yuk,” ajak

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 213. Nama Anak

    Salma menunduk. Namun, siapa sangka perempuan tersebut malah berjalan mendekati Salma.“Salma kan?” tanya perempuan itu.Salma menggenggam tangan kiri Bara. Bara menyadari sesuatu menoleh dan memasukkan hape yang ditangan kanannya ke dalam saku celananya.“Iya bu, ada apa ya?” tanya Bara.“Ibu? Lo pikir gua ibu lo?” tanya perempuan tersebut kasar kepada Bara.“Loh yang disini kan ibu-ibu yang mau periksa kehamilan, terus salah saya dimana?” tanya Bara heran.Dan saat ini mereka menjadi pusat perhatian pasien yang sedang menunggu.“Ibu Salma,” panggil perawat jaga.Kebetulan nama Salma sudah dipanggil, dan Bara merangkul Salma dengan santai meninggalkan perempuan tersebut.Dokter memeriksa kandungan Salma, semuanya tampak baik-baik saja. Anak yang di dalam juga pertumbuhannya sangat baik pergerakannya aktif.“Ini jenis kelaminnya sudah tampak jelas ini,” ujar dokter Bella.“Dokter membuat penasaran aja, jadi apa jenis kelaminnya, dok?” tanya Bara.“Sepertinya perempuan,” jawab dokter.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status