Home / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 21. Sadar Diri

Share

Bab 21. Sadar Diri

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-05-09 17:58:45

"Minum dulu Nel," ujar Bara menyodorkan air mineral yang sudah dibukanya.

Ainel menerima air tersebut kemudian menenggaknya hingga setengah botol.

"Gua gak tahan baunya," ujar Ainel kemudian.

"Yaudah kita cari mini market aja," ajak Bara.

Akhirnya keduanya kembali masuk kedalam mobil untuk mencari minimarket. Namun, setelah puas berkeliling hingga senja menjadi gelap mereka tak juga menemukan minimarket hanya ada beberapa toko yang lumayan besar, namun saat magrib tiba semuanya serentak tutup.

Ainel hanya menghela nafas menyaksikan bagaimana suramnya kehidupannya saat ini setelah diasingkan ayahnya sendiri.

"Pulang aja," gumam Ainel pelan.

Bara hanya mengangguk dan melirik sekilas kearah istrinya yang tampak kecewa.

"Inilah alasan kenapa gua gak boleh lo berangkat sendiri Nel," ujar Bara.

"Tempat ini seperti tempat pengasingan narapidana bagi lo yang dibesarkan dengan glamornya kehidupan kota," lanjut Bara lagi.

"Gua gak tahan," ujar Ainel.

"Sabarlah Nel, minimal sampai anak lo lahir.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 1. Pernikahan

    "Saya terima nikah dan kawinnya Ainel Celia Putri Hario dengan mas kawin yang tersebut tunai."Dengan lantang Bara mengucapkan ijab qabul didepan Martano Hario selaku orang tua dari Ainel Hario yang kini sudah sah menjadi istrinya."Bagaimana saksi? Sah?" tanya pak penghulu yang sudah berumur tersebut."SAH!"Ruang tamu rumah yang mewah ini dipenuhi dengan riuh rendah suara semua yang hadir. Entah siapa mereka Bara tidak mengenal mereka kecuali beberapa orang yang merupakan atasannya di kantor Hario Group.Bara bahkan tidak tahu yang mana Ainel istrinya, karena sejak awal dia diminta menikahi Ainel tidak sekalipun dia bertemu. Semua sudah dipersiapkan oleh Tuan Hario, mertuanya. Bara hanya diminta datang hari ini ke kediaman Tuan Hario.Tak lama kemudian seorang wanita dengan mengenakan gaun putih panjang, menuruni tangga dengan dibantu dua orang perias pengantin yang bertugas mengangkat gaun tersebut apabila dia mau berjalan. Fotografer dengan sigap mengambil dokumentasi di setiap ge

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 2. Mengancam

    Sebenarnya nyali Ainel cukup ciut melihat tatapan mata Bara yang seperti namanya membara. Namun, kesombongan mengalahkan segalanya."Memangnya kau bisa apa, lalat kecil?" tanya Ainel dengan seringai mengejek."Apa kau tahu, aku bisa menghancurkan Hario Group," ucap Bara penuh penekanan."Hari belum malam, bung, jangan ngigau," hina Ainel."Aku ingatkan sekali lagi Ainel, tanda tangani atau aku hancurkan semuanya?"Kembali Bara mengancam dan semakin mengunci posisi Ainel yang menempel pada dinding tanpa sehelai benangpun. Sebenarnya tidak munafik jiwa kelakian Bara meronta, namun dia harus menahan demi tercapai tujuannya."Jangan bermimpi hai lalat busuk.""Baiklah jika itu maumu, akan kuhancurkan semuanya. Silakan pikirkan sebelum terlambat," ujar Bara sambil meletakkan sebuah map diatas tempat tidur.Bara memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Ainel dengan cepat mengenakan piyama berwarna putih. Karena penasaran Ainel meraih map yang diberikan Bara dan membaca satu persatu ker

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 3. Albara Kaizer

    "Perkenalkan gua Albara Kaizer," ucap Bara sambil mengulurkan tangannya kepada Ainel.Sementara itu Ainel hanya membiarkan tangan Bara menguap tanpa menyambutnya, hingga akhirnya Bara tersenyum dan menurunkan tangannya."Tuan Hario sudah tahu siapa saya yang hanya seorang cleaning service di Hario Group, apalagi yang mau lo ketahui tentang gua?" tanya Bara kepada Ainel.Bara sudah lelah bersikap manis dengan menggunakan panggilan 'aku kamu' namun tidak pernah dihargai sedikitpun oleh Ainel."Kenapa lo bersedia menikahi gua?" selidik Ainel."Harusnya lo sudah tahu jawabannya," ucap Bara sambil memainkan ciprat air dengan tangannya."Karena uang?""Awalnya tidak sama sekali," jawab Bara tertawa."Terus kenapa?""Dipaksa dan tidak punya pilihan lain.""Lo udah tau sama gua?""Sama sekali tidak, bahkan alasannya saja gua gak tau. Gua pikir tuan Hario memiliki anak yang cacat sehingga harus memaksa seseorang untuk jadi jodohnya.""Setelah lo melihat gua?""Orientasi gua terhadap pernikahan

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 4. Durennya Sudah Busuk

    Suara Bara mengagetkan bu Aisah yang sedang memegang barang-barang saksi kelamnya kisah Bara. Saat itu Bara sudah duduk dibangku kelas dua SMA. Akhirnya mengalir kisah dari mulut bu Aisah, dan semua barang tersebut dipercayakan kepada Bara yang menyimpannya."Kenapa ada foto anjing, bu?" tanya Bara saat membuka kardus tersebut.Dengan gemetar bu Aisah menceritakan bagaimana jasa anjing tersebut menjaga Bara sepanjang malam yang dingin hingga membuat sekujur tubuhnya membiru."Kemana anjing tersebut bu?" tanya Bara bergetar."Ibu gak tau nak, ibu sibuk menjaga kamu di rumah sakit. Dan setelah pulang anjing tersebut sudah tidak ada lagi disini.""Dan ini cincin pemberian ibumu, berilah kepada istrimu nanti, nak," lanjut bu Aisah.Bara anak yang kuat yang tidak pernah menangis dan mengeluh tentang kerasnya hidup.*Setelah menyelesaikan sekolahnya Bara bekerja serabutan, kerja apa saja asal mendapatkan uang untuk membantu bu Aisah membiayai adik-adiknya di panti.Hingga dua tahun yang la

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 5. Rencana Pertama

    Bara berjalan pelan menuju ruangan tuan Hario yang merupakan pemilik Hario group sekaligus sang mertua yang tidak pernah menganggap Bara menantu.Tok! Tok! Tok!Bara mengetuk pintu tiga kali, dan kemudian mendapat sambutan dari dalam.“Masuk.”Ceklek.“Maaf, bapak memanggil saya?” tanya Bara sopan.“Diperusahaan ini ada berapa banyak karyawan yang bernama Albara Kaizer?” tanya tuan Hario sinis.“Maaf,” ucap Bara sambil menunduk.Tuan Hario menyerahkan sebuah amplop coklat tebal kepada Bara dengan cara melemparkan dengan kasar ke hadapan Bara.Bara hanya menghela nafas panjang. “Sabar Bara, belum saatnya. Biarkan dia bersenang-senang terlebih dahulu.”Bara berucap dalam hati untuk menenangkan pikirannya yang sudah hampir diselimuti dengan emosi.“Apa ini pak?” tanya Bara sambil memegang amplop tersebut.“Sisa pembayaran kamu menikahi Ainel.”Tuan Hario dengan pongahnya menjelaskan kepada Bara mengenai amplop tersebut.Bara menerima amplop tersebut dan segera memasukkan ke dalam tasnya,

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 6. Ainel yang Malang

    "Apalagi pa?" tanya Ainel sambil memegang perutnya yang tampak mulai membesar."Duduk!"Dengan malas Ainel menurut dan kembali duduk di kursi yang tadi ditinggalkannya."Kamu mau jabatan apa untuk Bara?" tanya tuan Hario."CEO mungkin?" jawab Ainel santai."Kamu jangan asal Ainel, CEO bukan untuk orang sembarangan.""Terserah papa deh, percuma juga Ainel ngomong papa gak akan ngerti," ucap Ainel sambil kembali meninggalkan meja makan."Ainel!"Teriak tuan Hario yang kali ini tak digubris oleh Ainel."Udah pa biarin aja," ucap bu Sirra.Tuan Hario dan istrinya kembali melanjutkan makan malam tanpa Ainel. Denting bunyi sendok dan garpu yang beradu ke piring yang mengisi keheningan di meja makan keluarga Hario.Sementara itu di dalam kamarnya, Ainel sedang berlayar di sosial medianya."Kenapa hidup gua jadi ribet gini?" gumam Ainel seorang diri."Mending kemarin gua gak usah nikah nurutin papa, mending gua kabur ke luar negeri aja."Ainel terus saja menggerutu sambil melihat-lihat postin

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 7. Ainel yang Liar

    Semenjak kejadian di meja makan itu, mbak Yen dipecat. Dan Ainel semakin terabaikan oleh kedua orang tuanya yang semakin disibukkan dengan urusan masing-masing.Hingga Ainel memasuki sekolah menengah atas, kehidupannya semakin bebas. Pulang atau gak itu tidak pernah dipedulikan oleh kedua orang tuanya. Ainel mencari dunianya sendiri, clubbing menjadi kegiatan rutinnya.Bahkan hidup bebas bercampur pria dan wanita menjadi hal yang lumrah. Hingga malam itu dalam keadaan setengah mabuk Ainel diajak Ben pulang kerumahnya setelah mereka clubbing.Ben membawa Ainel ke kamarnya kemudian menyerang bibir Ainel. Ainel yang sedang mabuk membalas pagutan demi pagutan Ben, hingga tanpa disadari oleh Ainel mereka telah melakukan hal tersebut dan Ben yang merenggut kesuciannya."Kok gua dirumah lo Ben?" tanya Ainel saat terbangun di pagi hari dan mendapatkan tubuhnya tanpa sehelai benangpun."Lo ngapain gua Ben?" tanya Ainel marah.Sementara Ben duduk dan memutar rekaman di ponselnya apa yang mereka

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 8. Karena Aku Suamimu

    "Ma-aaf tuan," ujar Asep langsung menyambar pakaian nya dan segera berlalu keluar dari kamar.Bara hanya diam dengan tangan terkepal dan mata yang memerah. Wajar saja saat Bara memasuki rumah seluruh pekerja di rumah ini berusaha mencegahnya menuju kamar.."Tuan Bara mau makan?" tawar mbok Inah."Nanti aja mbok, terima kasih. Saya mau istirahat dulu mbok," jawab Bara santai menuju lantai atas."Atau tuan mau jus?""Gak.""Mau kue?""Terima kasih, gak perlu melayani saya seperti itu saya biasa melakukan sendiri mbok,"Bara menjelaskan, namun mbok Inah seperti tak putus semangat menawarkan Bara dengan sesuatu."Buah, tuan?"Bara hanya menggeleng."Atau mau mbok buatkan minuman dingin tuan?"Bara membalikkan badan menghadap mbok Inah yang tampak gelisah."Mbok sebenarnya ada apa?" tanya Bara."Gak ada apa-apa tuan, saya hanya menawarkan makan tuan.""Mbok gak usah repot-repot, mbok kan sudah tau saya disini diperlakukan seperti apa. Dan juga saya bisa lakukan sendiri untuk hal-hal sepert

    Last Updated : 2025-04-22

Latest chapter

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 21. Sadar Diri

    "Minum dulu Nel," ujar Bara menyodorkan air mineral yang sudah dibukanya.Ainel menerima air tersebut kemudian menenggaknya hingga setengah botol."Gua gak tahan baunya," ujar Ainel kemudian."Yaudah kita cari mini market aja," ajak Bara.Akhirnya keduanya kembali masuk kedalam mobil untuk mencari minimarket. Namun, setelah puas berkeliling hingga senja menjadi gelap mereka tak juga menemukan minimarket hanya ada beberapa toko yang lumayan besar, namun saat magrib tiba semuanya serentak tutup.Ainel hanya menghela nafas menyaksikan bagaimana suramnya kehidupannya saat ini setelah diasingkan ayahnya sendiri."Pulang aja," gumam Ainel pelan.Bara hanya mengangguk dan melirik sekilas kearah istrinya yang tampak kecewa."Inilah alasan kenapa gua gak boleh lo berangkat sendiri Nel," ujar Bara."Tempat ini seperti tempat pengasingan narapidana bagi lo yang dibesarkan dengan glamornya kehidupan kota," lanjut Bara lagi."Gua gak tahan," ujar Ainel."Sabarlah Nel, minimal sampai anak lo lahir.

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 20. Tidak Suka Perempuan

    "Rania tahu pak," ujar Rania santai dan duduk mepet ke Bara."Jangan menggoda saya kalau kamu sudah tahu Ran, nanti kamu menyesal," peringat Bara."Apa salahnya pak, poligami aja boleh kok asal mampu," ujar Rania sambil cemberut."Saya menghargai istri saya Ran.""Gak usah munafik deh pak, bapak menikah dengan anak pak Hario karena terpaksa kan. Dan dia juga tidak mencintai bapak kan?""Mau cinta atau tidak yang jelas kami sudah menikah," jawab Bara masih memejamkan matanya."Rania bisa memberikan apa yang dia tidak bisa berikan pak," ujar Rania sambil memegang pipi Bara.Dengan sedikit kasar Bara menepis tangan Rania, membuat wanita itu merasa sangat kesal."Dan perlu kamu ketahui Ran, saya ini bukan siapa-siapa, dan tidak memiliki apa-apa Ran. Semua ini adalah milik orang tua istri saya."Bara beranjak menuju meja kerjanya melewati Rania yang kecewa mendapat penolakan. Baru kali ini ada orang yang menolak seksi tubuhnya."Jika tidak ada kepentingan lagi, kamu boleh keluar Ran," peri

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 19. Saya Sudah Punya Istri

    Bara masih berdiri di balkon, sambil melihat sekeliling. Hanya beberapa rumah yang tampak lampu menyala ikut menerangi kompleks ini, lainnya hanya ada lampu temaram di depan rumah menunjukkan bahwa rumah tersebut tak berpenghuni.Tanpa terasa waktu menunjukkan tengah malam, Bara masih berdiri di tempatnya. Entah sudah berapa batang rokok yang dihisapnya. Hingga saat ini Bara mulai terbatuk-batuk mungkin terlalu banyak asap yang ditelannya.Akhirnya Bara memilih masuk untuk segera mengistirahatkan tubuhnya. Memandangi langit kamar yang putih dan menghipnotis Bara segera terlelap.Sementara itu di kamarnya, Ainel belum bisa memejamkan matanya. Dia mengutuk Peter yang telah melecehkannya. Karena dulu Ainel memang sering mengajak Peter menemaninya saat dia sedang bete.Semburat cahaya matahari pagi menyilaukan, membuat Bara terbangun. Matahari telah bersinar menerobos masuk ke kamarnya karena jendela dan gorden yang tidak tertutup. Segera Bara mengecek jam di dindingnya, ternyata masih ja

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 18. Jangan Ganggu Istriku!

    Hampir jam sembilan malam Bara baru tiba dirumah. Ainel masih didepan tv dengan mengenakan baju yang kurang bahan. Terlihat Peter beberapa kali melirik Ainel sebelum masuk ke kamarnya."Kamu kalo mau makan langsung aja Peter, gak usah menunggu," teriak Bara sembari duduk disebelah Ainel."Iya pak," jawab Peter singkat."Nel, ini ada martabak dan dibelakang ada ayam bakar," ujar Bara."Beli dimana?" tanya Ainel cuek."Di dekat pabrik banyak yang jualan ternyata.""Hem, gua gak suka jajanan pinggir jalan!" jawab Ainel ketus."Kenapa?""Gak enak.""Oke, gapapa kalo lo gak mau. Tapi sampai kapan? Lo coba lihat ke sekitar sini, ini adalah tempat pembuangan. Dimana lo harus menempuh perjalanan kurang lebih empat jam untuk mencapai kota dan membeli makanan yang lo maksud.""Dan juga tidak setiap hari ada yang kekota," sambung Bara."Gua punya mobil.""Terserah lo kalo gak mau," ujar Bara sambil membawa kotak martabak kebelakang dan meletakkannya di atas meja makan.Bara menaiki tangga menuju

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 17. Masa Lalu

    Setelah sarapan Bara berpamitan kepada Ainel untuk berangkat kerja."Gua kerja dulu," ucap Bara sambil berdiri dari duduknya."Lo tau tempatnya?" tanya Ainel."Tuan Hario mengirimkan mobil beserta sopirnya.""Siapa?""Peter.""Peter jadi sopir?" tanya Ainel sambil mengernyitkan dahinya."Iya, kenapa?" jawab Bara singkat."Ah gapapa," jawab Ainel sedikit gugup.Di teras depan, mang Bidin sudah siap menunggu Bara. Mang Bidin akan ke pasar terdekat membeli perlengkapan berkebun."Yok mang," ucap Bara sopan.Mang Bidin mengikuti naik mobil yang akan membawanya ke pasar."Di dekat pabrik aja ojekkan, Peter?" tanya Bara."Ada tuan.""Yaudah nanti mamang ke pasar dari pabrik naik ojek aja ya," ucap Bara sambil mengedipkan mata kepada mang Bidin."Iya tuan." ucap mang Bidin pelan.Setelah sekitar tiga puluh menit mereka tiba di sebuah pabrik kertas yang akan Bara pimpin. Mang Bidin turun di depan pintu gerbang dan melanjutkan ke pasar dengan naik ojek.Sementara Bara langsung mengikuti meetin

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 16. Mata-Mata Mertua

    Saat Bara membalikkan badan akan kembali menuju teras, terdengar suara ranting yang dipijak. Memang disebelah kanan rumah ini terdapat tanah kosong dan pohon-pohon besar. Namun, lagi-lagi Bara tidak melihat apapun dari dalam sini.Bara mendengus kesal, dan memilih kembali duduk di teras rumah hingga menjelang pagi."Kok tuan Bara disini?" tanya Mang Bidin saat keluar rumah setelah shalat subuh."Gapapa mang, cari udara segar aja," ucap Bara sambil mematikan rokoknya."Kayaknya dari semalam tuan disini, bekas rokoknya udah banyak banget," sambung mang Bidin sambil duduk disebelah Bara."Dari jam satu mang.""Kenapa tuan?""Mang, jangan panggil Bara tuan ya. Bara gak terbiasa dan gak pantas.""Kok tuan bicara seperti itu.""Bara sama kayak mamang hanya pekerja disini, jadi jangan panggil tuan.""Tapi kan suami non Ainel.""Iya walaupun saya suaminya Ainel tapi saya gak suka dipanggil tuan.""Mamang panggil apa?""Panggil Bara aja gapapa mang.""Mamang panggil 'nak' aja ya?""Itu juga bo

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 15. Berjuang dalam Kenekatan

    "Ah enggak tuan, gak ada apa-apa," jawab mbok Inah gugup dan berlalu ke kamarnya.Namun, belum sempat kakinya melangkah Bara sudah mencekal tangannya."Mbok Inah mau kemana?" tanya Bara."Ke-ke kamar tuan," jawab mbok Inah ragu-ragu."Mbok, saya paling benci kebohongan. Beritahu saya apa yang dikatakan tuan Hario," ucap Bara pelan, namun dengan sorot mata yang menakutkan."Iya tuan.""Cepat katakan mbok!" tekan Bara."Tadi tuan Hario kesini, beliau mengatakan kalau tuan Bara adalah Presiden Direktur di sebuah perusahaannya, terus mbok dan mamang harus memantau setiap gerak gerik tuan. Bahkan di rumah ini dipasang beberapa cctv, tapi mbok gak tau persisnya dimana. Sumpah!" bisik mbok Inah pelan."Disini ada?" tanya Bara menunjuk tempat mereka berbicara."Sepertinya tidak ada, karena tadi mbok gak lihat mereka didapur.""Yaudah, terima kasih mbok. Gak usah siapin saya makan, biar saya siapin sendiri.""Baik tuan."Langkah Bara kembali terhenti."Ah iya satu lagi mbok, jangan panggil say

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 14. Target Selanjutnya

    "Apaan sih lo, gua panggil security kalau lo gak sopan ke gua," ujar Lily sambil mendorong tubuh Bara.Bara menyeringai, dan memutar video panas tengah malam di ruang kerja tuan Hario. Wajah Lily memerah, menahan malu dan marah."Mau gua sebar?" tanya Bara."Siniin hape lo, hapus!" teriak Lily."Disini boleh dihapus, tapi jangan lupa sudah gua pindahin di semua tempat yang siap sebar. Mau terkenal?" tanya Bara sambil meniup telinga Lily sambil memberikan ponselnya kepada Lily.Lily mematung, tampak sudut matanya sudah siap tumpah."Jangan menangis, baby?" ujar Bara sambil menarik hidung Lily."Apa yang lo inginkan?" tanya Lily."Pertanyaan yang bagus sayang," ujar Bara duduk didepan Lily."Katakan!" Lily menggertak."Turuti saja apa mau gua," Bara menarik tangan Lily.Dengan terpaksa Lily mengikuti langkah kaki Bara.Bara mendudukan Lily di kursi di sebelah pengemudi, Lily masih diam. Bara menjalankan mobilnya dengan sedikit kencang, ternyata menuju sebuah hotel bintang lima yang tida

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 13. Kalah

    "Halo," sapa Bara setelah menggeser tombol jawab pada layar hp nya."Apa kalian sudah sampai?" ternyata tuan Hario yang meneleponnya."Sedikit lagi, tuan," jawab Bara ramah.Bara mengaktifkan loudspeaker ponselnya dan memencet mode rekam. Bara sengaja membiarkan Ainel mendengar percakapan dengan ayahnya."Mulai hari ini kamu tidak usah lagi datang kekantor, kamu saya pecat!" ucap tuan Hario diseberang sana."Alasannya?" tanya Bara masih berusaha santai."Sekarang kamu kerja dirumah baru yang akan ditempati Ainel menjadi sopir dan penjaga rumah sampai tiba Ainel melahirkan, gaji kamu setiap bulan akan saya transfer," jelas tuan Hario."Setelah Ainel melahirkan?" selidik Bara."Kamu harus tinggalkan rumah tersebut dan saya akan berikan kamu pesangon."Ainel, mbok Inah dan mang Bidin terkejut mendengar penjelasan tuan Hario."Baiklah. Tapi saya mohon, izinkan saya bertemu tuan besok ada yang harus saya sampaikan," ucap Bara."Baik, saya tunggu jam sebelas siang. Jika lewat tidak ada kese

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status