Beranda / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 41. Nikmati Saja

Share

Bab 41. Nikmati Saja

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 16:45:44

Tok.

Tok.

Tok.

Tepat pukul sembilan pagi pintu ruangan Bara diketuk dari luar.

"Masuk!" jawab Bara sambil meletakkan penanya diatas kerboard laptopnya.

Ceklek.

Tampak wajah sumringah dua orang sekretarisnya.

"Silakan duduk," ujar Bara sambil menunjukkan kursi yang ada didepannya.

"Terima kasih pak," ujar Gio dan Hendra secara bersamaan.

"Kayaknya, kamu tolong minta pak Abdul antarkan kopi tiga gelas untuk kita Gio," ujar Bara kepada Gio.

"Baik pak," jawab Gio kemudian mengambil telepon dan menghubungkan ke pantry untuk meminta tiga gelas kopi.

"Hmmmm, ini buat kamu," ujar Bara sambil memberikan amplop putih kepada Hendra.

"Langsung buka aja," lanjut Bara.

"Siap pak!" jawab Hendra refleks.

"Kamu pengalaman jadi security?" tanya Bara sambil tersenyum.

"Gak pak, cuma pas sekolah saya petugas paskibra pak," jelas Hendra jujur.

"Wow, keren. Pantesan jawaban kamu semangat banget."

Sementara itu Gio menatap dinding sambil menahan tawanya mendengar Bara bertanya Hendra sebagai mantan security
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 55. Belanja Keperluan Bayi

    Bara menghela nafas kasar. Entah pikiran dikepalanya menari-nari menebak apa tujuan Hario sebenarnya. Walaupun alasannya tepat untuk membantu sesama, tapi rasanya ada yang janggal. Bahkan selama ini panti asuhan tidak pernah masuk dalam daftar CSR. Ini benar-benar langkah yang baru.Klunting.Sebuah pesan masuk ke ponselnya, seseorang mengirimkan gambar anak-anak yang sedang bermain perosotan di depan panti.Tidak ada keterangan pada gambar tersebut, hanya sebuah emot tertawa.Bara mencoba menghubungi nomor tersebut, namun lagi-lagi seperti biasanya, hanya suara operator. Nomor sudah tidak bisa dihubungi.Bara masuk ke dalam mall untuk menyusul kedua sekretarisnya."Kalian silakan kalau mau belanja, saya mau pesan makanan buat istri saya dan sekalian menunggu disana," ujar Bara menyebut sebuah tempat makan cepat saji setelah bertemu dengan Gio dan Hendra yang sedang sibuk memilih pakaian."Iya pak, nanti kami menyusul kesana," ujar Gio.Bara mengangguk dan melangkah keluar menuju rest

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 54. Tidak Biasa

    Tok.Tok.Tok.Bara mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan tuan Hario."Masuk," terdengar sahutan dari dalam.Ceklek.Bara masuk dan memberikan hormat dengan membungkukkan badannya di depan tuan Hario."Duduk," ujar tuan Hario dingin."Terima kasih pak," ucapHario mempersilahkan Bara duduk di depannya dengan pandangan yang sukit diartikan."Jam berapa berangkat?" tanya Hario."Jam tiga dini hari pak.""Sendirian?""Bersama Gio dan Hendra pak sekretaris saya, kebetulan mereka belum pernah ke kantor pusat jadi sekalian mereka mengenal kantor pusat," jawab Bara."Hebat ya anda sudah berani mangajak karyawan pergi artinya mereka hari ini tidak bekerja!" bentak Hario."Mereka membawa laptop," jawab Bara lantang."Dan semuanya saya yang bertanggung jawab, anda tidak perlu khawatir," lanjut Bara.Hario hanya mengeram dan menatap Bara nyalang."Anda tahu kenapa anda saya minta kesini?" tanta Hario."Tidak!""Bagus! Saya akan mengadakan proyek pembangunan perluasan pabrik sab

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 53. Cantik Tapi Murah

    Mereka tiba dikantor tepat pukul tujuh pagi, suasana kantor masih sepi. Hanya penjaga keamanan dan cleaning service yang sudah hadir di kantor. Bara turun dari mobil dan menyapa seorang cleaning service yang sedang wara wiri membersihkan setiap sudut ruangan."Musa!" panggil Bara.Pemuda tersebut menoleh dan tampak terkejut melihat siapa yang datang."Bara! Ini benaran lo?" tanya pemuda yang bernama Musa tak percaya saat melihat penampilan Bara yang rapi, mengenakan jas dan bersepatu pantopel."Iyalah, ada berapa banyak teman lo namanya Bara, hah?" tanya Bara sambil merangkul Musa tanpa risih."Gua kotor, bro," Musa menghindari pelukan Bara."Mana ada. Emang gua bersih. Gua masih sama kayak dulu, bro," kekeh Bara."Jadi benaran lo diangkat jadi Presdir?" tanya Musa tak percaya."Ya begitulah dengan terpaksa, makanya gua kebagian di pabrik daerah Waru," jawab Bara."Waru? Hei bung dari daerah sana kesini butuh waktu empat sampai lima jam. Kok lo pagi-pagi buta sudah disini? Lo nginap d

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 52. Rumit Jadi Orang Kaya

    Mobil terus melaju kencang, beruntungnya jalanan sangat sepi, hingga Hendra bisa memacu laju mobil dengan maksimal. Hingga pukul lima pagi, mulai ada beberapa mobil dan kendaraan lainnya yang melintas, Hendra sedikit mengurangi kecepatan, karena takut akan bahaya lainnya.Bara melihat ke belakang, mobil yang tadi di belakang sudah tidak ada lagi."Sepertinya mobil itu sudah tidak ada lagi," ujar Bara.Gio dan Hendra sontak bersamaan melihat kebelakang melalui kaca spion."Iya seperti sudah tidak ada lagi," jawab Hendra."Tapi, kita tidak boleh lengah, bro," sambung Gio.Hendra dan Bara hanya mengangguk."Hati-Hati, Ndra, sudah mulai banyak masyarakat beraktifitas," peringat Bara."Iya, Pak," jawab Hendra santai.Hendra benar-benar tenang dan profesional, walaupun ngebut dia tetap menjaga keseimbangan mobilnya.Pikiran Bara menerawang, memikirkan, apakah itu anak buah Hario atau orang lain yang kebetulan sama dengan mereka mau ke kota.Saat mentari mulai menyinari bumi, dan cahaya suda

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 51. Ada yang Mengejar Kita

    Bara membayangkan perjalanan yang panjang dan harus meninggalkan Ainel dalam keadaan hamil yang akan memasuki sembilan bulan.Baru beberapa bulan menjadi menantu Hario, sudah begitu banyak masalah yang dihadapinya. Memang dia tidak kekurangan materi. Namun, dia kekurangan waktu hanya sekedar menikmati hari tanpa masalah. Bahkan hari libur pun tersita dengan berbagai teror yang memuakkan.Hario benar-benar kejam, jarak dari Waru ke kantor pusat harus ditempuh dengan perjalanan empat sampai lima jam, sedangkan jam delapan pagi harus sudah di kantor pusat. Posisi Bara tidak memiliki sopir.Artinya Bara harus berangkat dari rumah pukul tiga dini hari saat semua orang masih terlelap, dia harus berangkat membelah malam.Bara kemudian memanggil dua sekretarisnya."Gio, Hendra kalian berdua bisa mengemudikan mobil?" tanya Bara."Bisa pak," jawab keduanya bersamaan."Good.""Kenapa pak?" tanya Gio penasaran."Besok kita ke kantor pusat, bantu saya nyetir," jawab Bara."Jam berapa berangkat pa

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 50. Hubungan dengan Keluarga Alkaizer

    Bara masih duduk di balkon dengan sebatang rokok yang masih menyala. Kopi yang tadi panas, saat ini sudah dingin dan masih tersisa setengah gelas. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, namun mata Bara belum mampu terpejam.Karena paginya akan ada meeting, akhirnya Bara memilih untuk tidur di ranjangnya. Menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut berharap katuk segera hadir secepatnya.Tok.Tok.Tok."Nak Bara."Rasanya Bara baru saja terlelap, namun kenapa mang Bidin sudah mengganggu, membuatnya kesal.Ceklek."Ada apa mang?" jawab Bara sambil membuka pintu."Nak Bara, sakit? tanya mang Bidin menyelidik."Gak mang," jawab Bara sambil menggeleng."Gak kerja?""Kerja mang," jawab Bara sedikit kesal."Sekarang sudah jam tujuh tiga puluh nak," beritahu mang Bidin."Hah, mamang serius?" tanya Bara sambil melihat penunjuk waktu di ponselnya."Iya, makanya mamang kesini memastikan.""Yaudah, makasih ya mang. Bara mau mandi dulu,” ucap Bara kembali menutup pi

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 49. Ainel Butuh Tubuhnya

    Bara menggeliat saat merasakan ada sebuah tangan memegang pipinya. Bara hanya melihat sekilas dari sudut matanya. Ternyata Ainel yang sedang berada dikamarnya.Bara memegang tangan Ainel, membuat Ainel tersentak karena terkejut dan menarik tangannya."G-gua hanya mau memanggil lo untuk makan malam," jawab Ainel gugup sambil menunduk.Bara tidak menjawab dan duduk disamping Ainel. Kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Ainel yang bersemu merah. Semakin lama wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja, dan kemudian Bara mengikis jarak antara mereka. Melumat bibir Ainel dengan lembut. Akhirnya Ainel menyerah dan membalas lumatan Bara, hingga terjadi penyatuan oksigen antara keduanya.Ainel terbuai dengan perlakuan lembut Bara, hingga akhirnya keduanya sudah bergumul di dalam satu selimut.Bara tahu Ainel sedang membutuhkan sentuhan darinya, karena Ainel adalah perempuan yang termasuk memiliki libido tinggi."Thanks, Nel," ujar Bara sambil merapikan rambut Ainel yang berantakan setela

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 48. Hadiah untuk Ainel

    Pukul sembilan Bara pulang kerumah karena hari yang semakin larut, juga mata yang mulai menunjukkan sinyal lelahnya. Beberapa kali menguap hingga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan semua pekerjaan pada keesokan harinya.Sementara Gio dan Hendra masih setia menunggu sang bos dengan pura-pura sibuk mengerjakan laporan."Udah, lanjut besok aja," tegur Bara kepada Gio dan Hendra."Pulang pak?" tanya Gio."Iya, udah gak sanggup saya. Capek banget," jawab Bara."Kalian pulang juga lah," lanjut Bara."Iya pak," jawab Gio dan Hendra bersamaan.Bara berjalan menuruni tangga ke lantai satu, ada lift tapi Bara lebih senang menggunakan tangga hitung-hitung sebagai olahraga yang jarang dia lakukan.Setelah kepergian bosnya, Gio dan Hendra pun segera beranjak pulang."Menurut lo pak Bara kenapa ya?" tanya Gio kepada Hendra."Sepertinya ada masalah yang berat.""Mungkin masih kasus adiknya yang meninggal karena kebakaran itu ya," gumam Gio."Bisa jadi, kan katanya sampai saat ini penyebab terbaka

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 47. Tidak Ada Hasil

    "Sebelumnya saya disini ditugaskan untuk menyampaikan hasil dari penyelidikan kasus kebakaran sebuah bengkel yang menurut laporan banyak terdapat kejanggalan dimana api yang langsung membesar mengelilingi bengkel. Namun, sayangnya baik di bengkel, panti dan sekitarnya tidak ada satupun cctv untuk memperkuat analisa."Tampak pak Gito berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya."Ini hanya bentuk laporan sementara karena pihak kami juga masih mendalami kasus ini lebih lanjut."Bara hanya mengangguk menanggapi penjelasan dari pak Gito."Jadi dari hasil penyelidikannya adalah, kami menemukan dua buah jerigen yang diduga bekas berisi bensin. Dan kami akan terus mendalami kasus ini.""Apakah pak Zahid sedang terlibat sedang ada masalah dengan seseorang?" tanya pak Gito kepada Nia dan Bara."Setau saya gak ada pak," Nia dan Bara bersamaan."Apakah bapak atau ibu mencurigai seseorang?" tanya pak Gito lagi.Lagi-lagi ketiganya menggeleng."Apakah di jerigen tersebut tidak ada sidik jari pak?" t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status