Share

Bab 98. Just Papa

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-06-07 17:03:18

Sebelum pergi dari toko tersebut, berkali-kali Bara melihat sekeliling untuk memastikan apa yang dia lihat. Bara benar-benar yakin tadi dia melihat wanita dengan rambut panjang berbaju merah di depan toko tersebut.

Tapi kemana perginya wanita itu dan kenapa dia menghilang dengan begitu cepat. Walaupun kebersamaan dengan Ainel hanya beberapa bulan saja, tapi Bara yakin mengenali ciri-ciri Ainel dengan baik.

Bara bertekad lain kali dia akan melewati jalan ini lagi, karena memang jalan ini merupakan jalan yang tidak pernah dilaluinya. Tadi dia melewati jalan ini karena memutar menghindari macet dari cafe yang diajak Frans menuju rumahnya.

"Apakah tadi hanya halusinasi?" bathin Bara sambil melajukan mobilnya.

Tama sudah berpuluh-puluh kali menelepon menanyakan posisi Bara sudah dimana.

"Papa sudah sampai mana, Tama dan Ikel udah ciap loh," sebuah pesan suara yang dikirimkan Tama kepada Bara agar segera pulang.

"Wait a twenty minute," jawab Bara melalui pesan suara.

"Lama beneeeeerrrrr pa,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 220. Cari Aku Jika Nanti Aku Tidak Ada Di Surga, Sayang

    Sahut-sahutan bacaan ayat suci al-qur'an bergema di seluruh ruangan, terdengar begitu kompak. Mereka yang baru datang mengambil posisi dan bagiannya masing-masing langsung ikut terlarut membaca ayat suci al-qur'an."Umi," panggil Tama lirih saat Ainel dan bik Sri mengajak kedua anak tersebut untuk makan malam."Makan dulu yuk nak, nanti kamu sakit," bujuk Ainel kepada Tama dan Rikel."Mau omelet buatan Umi," ujar Tama sejurus kemudian.Membuat Ainel dan bik Sri saling pandang."Mama buatin ya, Nak?" ujar Ainel dan langsung menuju dapur, mbok Inah yang melihat itu mendekat."Mau apa non?" tanya mbok Inah."Mbok, bantuin Ainel mbok. Anak-anak mau omelet buatan Uminya," ujar Ainel parau.Mbok Inah yang beberapa kali melihat Salma membuat omelet sayur itu mencoba untuk membuatnya."Mudah-mudahan anak-anak suka ya non," ujar mbok Inah menyerahkan dua buah omelet sayur kesukaan anak-anak."Terima kasih, Mbok," jawab Ainel yang berlalu menuju meja makan."Tidak sama dengan buatan Umi," ujar

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 219. Kehilangan

    "Alma Putri Kaizer," nama yang yang mereka sematkan pada putri cantik mereka yang baru di lahirkan.Semua orang bersuka cita atas lahirnya putri kandung dari seorang Albara Kaizer, yang dulu hanyalah anak yang terbuang dan kini menjadi seorang anak muda yang disegani.Bara tertegun saat melihat ke arah sang istri yang sedang ditangani oleh dokter dan beberapa perawat, tampak wajah kecemasan dari dokter Bella."Salma," panggil Bara pada tubuh yang sudah pucat dan terkulai lemas.Salma membuka matanya dan tersenyum ke arah sang suami, Bara melihat Salma yang begitu cantik saat tersenyum walaupun mukanya terlihat pucat."Bertahan, Sayang," ujar Bara menggenggam tangan Salma dengan air mata yang tertahan."Bertahanlah sayang, demi Alma anak kita," ujar Bara parau.Salma hanya mengangguk lemah, Bara menggenggam dan terus menciumi tangan sang istri. Sementara Abah dan Umi juga sudah berada di ujung kepala Salma.Abah terus membacakan ayat al-qur'an, Umi terus membisikkan asma Allah di telin

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 218. Alma Putri Kaizer

    Rigo mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat dan juga tempat Salma biasa kontrol, juga dokter Bella praktek.Kondisi jalanan saat weekend lebih padat dari biasanya walaupun Rigo sudah menyalakan lampu hazard masih saja tampak kesulitan menerobos kemacetan.“Hati-hati, Go,” peringat Bara kepada Rigo yang beberapa kali membunyikan klakson kepada pengemudi roda dua yang tampak menerobos macet.“Iya, Pak,” jawab Rigo.“Lihat juga pejalan kaki, Go,” ujar bu Bira.“Iya, Bu,” jawab Rigo tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.Salma belum merasakan sakit yang hebat, hanya sesekali sakit dan hilang.“Mas, maafin Salma ya kalau ada salah. Ridhoi Salma ya, Mas,” ujar Salma pelan.“Iya sayang, Mas juga minta maaf. Mas selalu ridho untuk kamu,” ujar Bara memeluk erat Salma sambil menangis.“Ibu, Salma minta maaf,” ujar Salma melihat ke arah bu Aisah.“Iya nak sudah ibu maafkan, dan maafkan kesalahan ibu juga ya. Kamu banyak-banyak istigfar ya, nak,” ucap bu Aisah m

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 217. Sudah Waktunya

    “Ehm,” ucap Ainel membuat sepasang suami istri yang sedang memperhatikan ikan di kolam itu menoleh.“Ainel! Sini duduk sini yuk,” ajak Salma antusias.“Sorry ya mengganggu, gua bawa sarapan mau numpang sarapan sama-sama disini,” ujar Ainel sambil tersenyum.“Boleh,” jawab Salma.Sedangkan Bara hanya diam dan masih menggenggam tangan Salma erat.“Yok sarapan yok, udah disiapin mbok Inah,” ajak Ainel.“Gua disuruh tante Bira memanggil lo berdua,” lanjut Ainel lagi.“Lo bawa apa?” tanya Bara.“Nasi uduk, gorengan plus siomay,” jawab Ainel sumringah.“Banyak banget menunya, bik Rasi dan mbok Inah juga masak?” tanya Bara.“Enggak, karena semalam gua udah telepon mbok Inah kok kalau gua mau bawakan sarapan kesini dan numpang makan,” tawa Ainel sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Yaudah yuk Mas kita sarapan,” ajak Salma sambil menarik tangan Bara.Bara hanya mengangguk, berjalan menggandengan tangan Salma dan mengikuti Ainel yang berjalan lebih dulu.“Kamu mau apa, Sal?” tanya Ainel

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 216. Jangan Lupakan Aku

    “Pagi pak Bara,” sapa Ari saat Bara tiba di kantor.“Iya,” jawab Bara singkat.Ari mengikuti Bara dari belakang yang memasuki ruangannya.“Kenapa, Ri?” tanya Bara yang melihat Ari ikut duduk di depannya.“Pak Bara sakit?” tanya Ari kemudian.“Enggak.”“Kok terlihat pucat?” tanya Ari.“Sedikit pusing sih Ri kurang tidur aja,” jawab Bara.“Begadang?” tanya Ari kepo.“Akhir-akhir ini saya susah tidur,” jawab Bara pelan.“Gugup menanti anaknya lahir kali ya, Pak?” tanya Ari lagi.“Bisa jadi, karena memang sudah masuk waktunya lahir sih,” jawab Bara.“Udah lewat dari perkiraan dokter?” tanya Ari.“Belum, kalau dari hasil USG terakhir perkiraan dokter akan lahir mungkin sekitar dua atau tiga hari lagi,” jawab Bara.“Semoga semuanya berjalan lancar, sehat ibu dan anaknya ya, Pak,” ujar Ari tulus.“Aamiin, thanks Ri,” ujar Bara sambil mengangguk.Semakin mendekati hari perkiraan lahir, Salma semakin sering melamun. Bahkan kadang acuh dengan orang di sekitarnya. Dan setiap akan tidur selalu bi

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 215. Kapan Adik Keluar

    Bara memperhatikan wajah teduh Salma yang sedang tertidur pulas. Bara benar-benar tidak siap untuk kehilangan seseorang, apalagi istrinya."Jaga istri hamba ya Allah," do'a Bara.Bara memilih untuk tidur di samping sang istri. Kopi yang tadi dibawa di letakkan di atas nakas dan dibiarkan dingin dengan sendirinya.Bara tidur dengan memeluk perut Salma yang membuncit.*"Sal, jika kamu sudah mulai merasa mau lahiran langsung hubungi mas ya," pesan yang rutin Bara pesankan kepada sang istri saat mau berangkat kerja."Iya, Mas," jawab Salma pelan."Gak ada keluhan, kan?" tanya Bara."Gak Mas. Tapi si adek semakin aktif, Mas," kekeh Salma."Alhamdulillah, sabar ya nak. Sebentar lagi kita akan bertemu," ujar Bara mengelus perut istrinya.Bayi yang ada didalam perut Salma kembali bergerak-gerak."Duh anak papa pintar. Ayok bang Tama kak Ikel nih mau lihatin adeknya gerak-gerak gak?" tanya Tama."Mau, Pa," jawab keduanya dengan antusias."Nih, coba pegangin perut mama adeknya lagi gerak-gerak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status