Zach kembali ke rumah dengan membawa sebuah buket bunga dan juga coklat untuk Abigail, beberapa hari ini Abigail nampak murung dan Zach pikir mungkin hadiah kecil darinya bisa membuat mood Abigail membaik. Zach menghampiri Abigail yang tengah tertidur di kamar, mencium keningnya lembut dan membelai pipinya yang mulai terlihat agak tembam. "Zach," "Maaf aku mengganggu tidurmu," Zach mengecup lembut bibir Abigail dan membelai pucuk kepalanya."Aku punya sesuatu untuk gadis cantikku," Zach memberikan hadiah itu kepada Abigail, namun ternyata respon Abigail tidak sesuai ekspektasinya. Abigail hanya tersenyum tipis, padahal Zach kira ini akan membuat Abigail senang karena yang Zach tau wanita menyukai kejutan seperti ini. "Zach, aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu." Abigail mengambil sebuah amplop dari laci nakas, lalu memberikannya kepada Zach dengan hati yang begitu cemas. Zach membuka amplop tersebut, membaca isi dari kertas yang dipegangnya dengan seksama namun ia masih belu
"Ayah, aku ingin berbicara dengan Kai sebentar," pinta Luca sebelum kepergiannya ke Italia. Luca menghampiri pria paruh baya yang berdiri di sebelah James, lalu menggiringnya sedikit menjauh dari James karena ia tidak ingin siapapun tau soal rencananya. "Aku ada sedikit pekerjaan untukmu,""Apa tuan muda?""Tolong ikuti gadis ini dan kabarkan kepadaku setiap gerak geriknya," titah Luca sambil menunjukkan foto Abigail."Gadis ini yang pernah bermasalah dengan nona Lucia kan? apa tujuan anda mencari tau tentang gadis ini?""Sudah, jangan banyak bertanya. Lakukan saja apa yang aku perintahkan dan jangan sampai ada yang tau soal ini termasuk ayahku!"Kai menggangguk patuh, setelah memberikan sedikit tugas untuk Kai Luca akhirnya bisa pergi ke Italia dengan tenang. *****Suasana pagi ini di ruangan August nampak berbeda dari biasanya, wewangian parfum ruangan juga beberapa bunga menghiasi vas bunga di ruangannya. Kopi hangat dan sebuah croissant yang baru matang disajikan khusus untuk A
Abigail kembali ke rumah bersamaan dengan Zach yang baru kembali setelah bekerja, di tangannya Zach membawa buah-buahan, vitamin dan susu hamil untuk Abigail. Meski pada awalnya ia menolak bayi itu, namun pada akhirnya ia juga mulai merasa antusias dan bersikap layaknya seorang calon ayah yang baik. "Aby, aku punya sesuatu untukmu." ucapnya lalu menujukkan satu kantong plastik besar ke arah Abigail. "Terimakasih daddy Zach!" Abigail menerima pemberian Zach dengan senang hati dan mengecup lembut pipi prianya.Zach melirik ke arah meja dapur, "Aby, apa yang ada di kantong belanja itu?""Itu susu untuk ibu hamil, vitamin, buah dan beberapa buku tentang kehamilan.""Kamu yang membelinya?" Abigail menggeleng, "Bukan, kak August yang memberikannya."Senyum Zach mendadak pudar, ia membuka kantong belanja tersebut dan memeriksa seluruh isinya. "Dia memberikanmu susu dan vitamin yang mahal, sedangkan aku hanya memberikanmu susu dan vitamin yang tidak seberapa harganya." "Zach, aku tidak pe
Abigail kembali ke rumah dengan sekantong penuh bahan masakan, rencananya ia akan membujuk Zach agar mereka berbaikan lagi. Abigail memutuskan untuk mengalah setelah mendengarkan sedikit nasihat dari August, sambil berharap semoga Zach bisa merubah sifatnya. Ia terus berada di dapur seharian, membuat beberapa makanan dengan susah payah. Kehamilannya membuat dirinya kesulitan mencium beberapa bau bahan masakan, terkadang ia harus berhenti sejenak untuk menghilangkan rasa mualnya dan kembali memasak setelah mualnya hilang. Setelah mencoba memasak beberapa resep masakan yang dulu pernah suster Margaretha ajarkan padanya, akhirnya ia berhasil menghidangkan beberapa menu lezat di atas meja untuk Zach. Pukul tujuh malam, Abigail sudah berdandan cantik dan bersiap menunggu kepulangan Zach di ruang tamu. Dengan ditemani Rainy, ia begitu antusias menunggu Zach dan berharap Zach menyukai semua yang sudah susah payah ia siapkan. Pukul sembilan malam, Zach masih belum juga terlihat kembali ke
"Aku ingin kita kembali lebih awal ayah," pinta Luca setelah meeting selesai. "Untuk apa? kamu merindukan hewan-hewan peliharaanmu? kamu tidak perlu khawatir, mereka sudah diurus oleh Cedric dengan baik." "Bukan itu, tapi-" "Sudahlah Luca, kita harus tetap disini sampai beberapa hari lagi atau satu minggu. Kamu harus banyak belajar disini sebelum menjadi pewaris Walton," ujar James lalu pergi meninggalkan Luca di ruang rapat. Luca memukul meja dengan satu tangannya, beberapa hari lagi atau satu minggu? menunggu dua hari saja rasanya ia sudah tidak bisa. Rencananya sudah sangat matang untuk menyingkirkan Zach, ia sudah sangat tidak sabar untuk memiliki Abigail. Gadis yang belakangan ini selalu memenuhi pikirannya, ekspresi wajahnya di malam itu terus terbayang di benak Luca hingga membuat Luca sulit untuk fokus. Ponselnya berdering dengan nama Kai terpampang di layarnya, tanpa menunggu lama Luca langsung menjawab panggilan dari Kai. "Ada kabar apa tentang Abigail?" tanya Luca."Di
Tidak hanya kejutan gaun dan tempat pernikahan yang mewah, ternyata Zach juga sudah menyiapkan kejutan lain untuknya saat mereka pergi. Zach menyewa pendekor ruangan untuk menyulap kamar kosong di rumah menjadi kamar untuk calon bayi mereka, beberapa peralatan bayi mulai dari tempat tidur sampai mainan semua sudah disiapkan oleh Zach. Kamar ini disulap senyaman mungkin agar bayi mereka bisa beristirahat dengan baik dan nyaman, Zach ingin yang terbaik untuk anaknya. "Zach, aku tidak tau harus mengatakan apalagi padamu. Rasanya ucapan terimakasih saja tidak cukup," "Ya memang terimakasih saja tidak cukup, kamu harus membayarnya Aby." "Benarkah?" tanya Abigail dengan mimik wajah serius. Zach tertawa melihat ekspresi wajah Abigail, "Ya, bayarlah aku dengan cintamu. Kamu harus memberikan seluruh cintamu padaku dan kamu harus membayarnya seumur hidupmu Aby," Abigail memukul pelan dada Zach, "Zach, itu menggelikan." "Jadi kamu tidak mau membayarnya dengan cintamu Aby? kalau begitu aku
Bandara Internasional B, Luca berhasil kembali ke negara kelahirannya setelah membuat James naik darah, ia tidak mengindahkan ocehan James karena kabur dari Italia sebelum pekerjaannya selesai. Luca tidak perduli, semarah apapun James Luca tetap akan menjadi pewaris Walton karena hanya dirinya yang bisa James harapkan. Luca menemui Kai di sebuah hotel yang sudah Kai pesan untuknya, ia juga menjelaskan semua hal tentang Zach dan Abigail kepada Luca sampai ke jati diri Zach yang sebenarnya. "Jadi dia Noah? apa kamu yakin Abigail tidak tau siapa pria yang bersamanya sekarang?" "Tidak, gadis itu hanya tau kalau pria yang bersamanya adalah Zach." "Baiklah, terimakasih sudah membantuku Kai. Sekarang lebih baik kamu kembali ke mansion Walton, aku tidak ingin ayahku menemukanku disini sebelum misiku selesai," Kai dengan patuh menuruti perintah Luca, setelah Kai pergi Luca memutar video yang Kai berikan kepadanya. Video saat Abigail berada di butik dan tengah mencoba gaun pengantin, mesk
Zach mematikan ponselnya dan kembali bekerja setelah mendapatkan sedikit kata-kata penyemangat dari Abigail, Zach terus tersenyum sepanjang hari membayangkan akan seindah apa pesta pernikahannya nanti dengan Abigail.Brugh! Zach menoleh ke belakang setelah merasakan seseorang menabraknya dengan sengaja hingga barang di tangannya terjatuh, ia tidak menoleh ke arah orang yang sudah menabraknya dan fokus membereskan barang miliknya. "Noah?" Mendengar namanya dipanggil, Zach lantas menoleh karena yang mengetahui nama itu hanyalah orang-orang dari kalangan atas terutama yang memang sangat mengenal dirinya. "Hei, apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya basa-basi membuat Zach jengah. "Apa aku mengenalmu?" tanya Zach balik. Luca tertawa, "Ayolah Noah, ada apa denganmu? mengapa kamu menggunakan baju lusuh seperti ini? kamu pewaris Christensen, kenapa kamu rela turun derajat dan menjadi rakyat jelata." "Berhenti bicara Luca," ancamnya dengan tatapan tajam. "Oke maafkan aku, Noah. Aku ta