Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang

Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-12
Oleh:  Author newbieTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
113Bab
2.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Setelah namanya digunakan untuk menggelapkan uang perusahaan, Abigail ditinggalkan oleh kekasihnya begitu saja bahkan diusir dari rumah yang sudah mereka beli berdua. Abigail merasa putus asa, ia berniat mengakhiri hidupnya namun seorang pria bernama Zach datang dan tanpa sengaja menggagalkan rencananya juga menawarkan bantuan padanya. Seiring berjalannya waktu mereka saling jatuh cinta hingga akhirnya Abigail mengandung bayi Zach, namun sayangnya ia difitnah oleh adik dari bosnya hingga akhirnya Zach meninggalkannya. Hidup dalam penderitaan yang tiada habisnya, Abigail pada akhirnya mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Balas dendampun dimulai setelah ia hidup dengan identitas barunya, para pria mulai memperebutkan dirinya juga Zach yang menyesal sudah meninggalkannya karena fitnah dari Luca.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Dia memfitnahku!

"Ben tolong bantu aku, aku tidak tau soal ini dan sejak kemarin kamu yang memegang file keuangan perusahan. Aku tidak bersalah," ujarnya seraya bersimpuh di lantai.

Semua mata menatapnya dengan tatapan yang bercampur aduk, merendahkan, jijik bahkan amarah Abigail telan itu semua seolah ia adalah makhluk paling hina di sini. Demi cinta ia rela dibodohi oleh Ben, kekasih yang selama ini paling ia percaya dan cintai tega menggelapkan uang perusahaan atas namanya. Tidak ada jejak kesalahan Ben, semua Ben lakukan secara bersih dan mengorbankan Abigail yang tidak tau jika ia sedang ditipu.

"Ben tolong," pintanya sekali lagi dengan air mata berlinang.

Ben menarik nafas panjang, "Ya memang saya yang memegang file keuangan perusahaan sejak kemarin, karena Abigail meminta bantuan untuk mengedit beberapa bagian yang dianggap tidak sesuai. Saya tidak menyangka, jika yang saya edit adalah bagian dari kecurangannya."

Abigail tercenung mendengar pernyataan Ben, tidak seperti itu yang terjadi di hari itu.

"Ben," ucap Abigail lirih.

Ben melirik dingin ke arah Abigail, "Maaf Aby, tapi aku tidak mau dikaitkan dengan hal kotor seperti ini. Bukankah lebih baik jika kamu jujur saja?"

Abigail menggeleng, ia terus mengelak semua tuduhan yang dituduhkan kepadanya namun Ben malah memperpanas suasana dengan membawa buku rekening pribadi milik Abigail. Tertulis disana jumlah uang perusahaan yang Ben transfer ke rekening pribadi milik Abigail, tanpa sepengetahuan Abigail bahkan Abigail tidak pernah melihat uang tersebut. Kesalahannya adalah ketika buku tersebut hilang ia tidak terlalu memusingkannya, yang ternyata itu adalah bagian dari rencana Ben yaitu menyembunyikan buku rekening pribadinya.

"Semua bukti sudah mengarah kepadamu Abigail, apalagi yang ingin kamu elak?" tanya sang bos dengan wajah kecewa.

"Demi tuhan aku tidak melakukannya! Ben memfitnahku!"

"Aby, dengarkan aku. Akui saja dan aku akan membantumu keluar dari masalah ini," ucap Ben berbisik.

"Bajingan kamu Ben! untuk apa aku mengakui sebuah kesalahan yang tidak pernah aku lakukan!" umpat Abigail.

"Aby, kamu tidak ingin dipenjara kan?" tanya Ben membuat Abigail terdiam, penjara? tentu saja Abigail tidak ingin di penjara.

"Kalau begitu akuilah, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu keluar dari masalah ini,"

Abigail tidak lagi fokus pada keadaan disekitarnya, pikirannya berputar membayangkan kesengsaraan yang akan ia alami jika hidup di dalam penjara. Abigail memiliki banyak mimpi yang harus ia wujudkan, ia tidak rela jika semua mimpi itu harus pupus karena masalah ini.

"Baiklah semua sudah disepakati, tapi mohon maaf saya tidak bisa lagi menerima Abigail bekerja disini dan saya juga terpaksa harus membuat pengumuman blacklist ke beberapa perusahaan untuk Abigail." ucap sang bos setelah kesepakatan selesai.

Abigail tidak menyimak kesepakatan apa yang sudah Ben lakukan dengan bosnya, yang ia tau saat ini hanya masalah sudah selesai dan Ben membawanya pergi dari ruangan yang masih diisi dengan orang-orang yang terus mencemoohnya.

Sepanjang jalan Abigail hanya diam dengan tatapan kosong, ia seperti boneka yang Ben bawa dan atur tanpa penolakan. Ben seperti malaikat di mata orang-orang saat ini, semua orang memujinya karena berani pasang badan atas masalah Abigail. Ben bahkan masih menerima dan memperlakukan Abigail dengan baik dan lembut, setelah gadis itu nyaris menyandang status pelaku kejahatan penggelapan uang perusahaan dan menyeret namanya atas masalah ini.

"Aby kamu tunggu disini sebentar, aku akan kembali." ucapnya lembut nyaris berbisik seolah tidak ingin mengganggu Abigail yang masih larut dengan pikiran kacaunya.

Setelah hampir setengah jam pergi, Ben kembali ke tempat Abigail merenung. Ben membawakan semangkuk bubur hangat juga air untuk Abigail karena ia tau Abigail belum makan sama sekali sejak tadi pagi, Abigail memiliki masalah pencernaan yang kurang baik jadi ia tidak bisa telat makan.

"Aby, ayo makan dulu. Kamu harus makan atau perutmu akan sakit,"

Abigail hanya melirik sedikit bubur yang Ben pegang, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Aby, kamu tidak perlu memikirkan lagi soal uang itu. Semuanya sudah selesai dan kamu sudah aman,"

Abigail refleks menoleh ke arah Ben, "Apakah benar semuanya sudah selesai? tapi bagaimana bisa?"

"Y-ya, semuanya sudah selesai. Kamu tidak perlu khawatir soal apapun lagi, soal bagaimana aku menyelesaikannya biar itu jadi urusanku." sahutnya gugup.

"Apa kamu yakin Ben?" tanya Abigail karena ia merasa ada hal janggal yang Ben sembunyikan.

"Tentu saja, buktinya kamu bisa kembali ke rumah dengan selamat dan kamu tidak dipenjara."

Abigail menghembuskan nafas lega, ia mengusap air mata yang sedari tadi menggenang di sudut matanya dan mulai menyantap sedikit demi sedikit bubur yang Ben sajikan untuknya.

Setelah Abigail bisa sedikit tenang ia mencoba untuk beristirahat, namun entah mengapa perasaannya kembali gelisah tanpa sebab. Abigail mengambil ponsel miliknya, mencoba mengakses data perbankan miliknya lewat online yang selama ini tidak pernah ia cek.

Abigail menelusuri setiap mutasi rekeningnya dan akhirnya ia menemukan jejak kecurangan Ben, namun ada hal lain yang lebih membuat Abigail menggila adalah seluruh tabungannya raib dan hanya menyisakan sedikit saja.

"Ben!" teriak Abigail seperti orang kesetanan.

Abigail menyisir seluruh sudut ruangan, sampai akhirnya ia menemukan Ben tengah bersantai dengan satu botol minuman dan keadaannya sudah nyaris mabuk berat. Abigail mengambil payung yang tersimpan di pojok ruangan, lalu memukuli Ben seperti seekor cacing yang menjijikan.

"Aby, apa kamu gila!" bentak Ben.

"Apa yang kamu lakukan pada uang tabunganku! itu hasil kerja kerasku untuk anak-anak panti dan suster Margaretha!"

"Aku menggunakan uangmu untuk mengganti uang perusahaan," sahut Ben santai dan berbicara melantur setelahnya karena mabuk.

Abigail semakin murka mendengar jawaban Ben, ia nyaris saja membunuh Ben jika pria itu tidak bergerak gesit menghindari serangan Abigail. Setelah berhasil mengendalikannya, Ben menyeret Abigail keluar dan mengusirnya di rumah yang mereka beli berdua.

"Bajingan kamu Ben! kamu menipuku dan sekarang kamu mencuri uangku! kembalikan uangku Ben, itu untuk suster Margaretha dan anak-anak!" tangis Abigail histeris dari balik pintu.

Di balik pintu tempat Abigail menangis, Ben kini juga tengah merasa amat bersalah karena telah bersedia melakukan rencana bodoh ini. Ben berjalan frustasi ke ruang tamu, lalu menendang apapun yang ada di hadapannya. Ponselnya berdering nyaring menampilkan nama yang enggan ia lihat, berkali-kali Ben mencoba mengabaikannya namun panggilan itu semakin terus menerornya.

"Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di ujung telepon.

"Ya, apa kalian sudah puas?" sahut Ben dingin.

"Kenapa kamu begitu emosional? jika rencana kita yang selanjutnya juga berhasil kita bisa mengembalikan uang Abigail bahkan dua kali lipat!"

"Ya mungkin Abigail bisa mendapatkan uangnya kembali tapi aku sudah tidak bisa mendapatkan cintanya kembali."

Wanita itu berdecih kesal, "Lupakan soal wanita yang asal usulnya tidak jelas itu, kamu masih bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya!"

Panggilan telepon terputus, Ben menggenggam erat ponselnya lalu menenggak kembali alkohol yang ada di atas meja sedangkan di luar sana suara Abigail masih terdengar menangis sendu.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Onty-nya RikoRiki
Mau coba baca semoga sesuai dengan genre cerita yang kusuka
2025-03-17 07:24:44
0
user avatar
Author newbie
Terimakasih sudah mampir ke ceritaku, tolong komen dan votenya ya ......
2023-10-28 09:55:20
1
113 Bab
1. Dia memfitnahku!
"Ben tolong bantu aku, aku tidak tau soal ini dan sejak kemarin kamu yang memegang file keuangan perusahan. Aku tidak bersalah," ujarnya seraya bersimpuh di lantai. Semua mata menatapnya dengan tatapan yang bercampur aduk, merendahkan, jijik bahkan amarah Abigail telan itu semua seolah ia adalah makhluk paling hina di sini. Demi cinta ia rela dibodohi oleh Ben, kekasih yang selama ini paling ia percaya dan cintai tega menggelapkan uang perusahaan atas namanya. Tidak ada jejak kesalahan Ben, semua Ben lakukan secara bersih dan mengorbankan Abigail yang tidak tau jika ia sedang ditipu. "Ben tolong," pintanya sekali lagi dengan air mata berlinang. Ben menarik nafas panjang, "Ya memang saya yang memegang file keuangan perusahaan sejak kemarin, karena Abigail meminta bantuan untuk mengedit beberapa bagian yang dianggap tidak sesuai. Saya tidak menyangka, jika yang saya edit adalah bagian dari kecurangannya." Abigail tercenung mendengar pernyataan Ben, tidak seperti itu yang terjadi di h
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-18
Baca selengkapnya
2. Kita sudah berakhir
Pagi menjelang, Abigail terbangun ketika mendengar suara lalu lalang kendaraan dan aktifitas orang-orang di sekitarnya. semua orang menoleh ke arahnya bahkan berbisik tentangnya namun tidak ada satupun yang menolongnya, keadaannya begitu kacau dengan mata sembab dan kepala yang terasa sakit karena menangis semalaman.Abigail mencoba membuka pintu namun ternyata Ben menguncinya dari dalam, Ben benar-benar serius mengusirnya."Ben," panggil Abigail lemah, tenggorokannya terasa kering dan perutnya juga terasa sakit. Setelah berkali-kali memanggilnya, Ben akhirnya keluar menghampirinya namun di tangannya membawa koper milik Abigail. Tatapannya begitu dingin, ia bahkan tidak sudi menatap Abigail terlalu lama."Kamu benar-benar mengusirku?" tanya Abigail, air mata kembali menggenang di netranya.Ben menatapnya cukup lama, dengan tatapan yang sulit untuk Abigail artikan. "Apakah saat ini kamu sudah cukup membenciku Abigail?" tanya Ben yang dibalas anggukan oleh Abigail. "Tapi aku akan mema
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-18
Baca selengkapnya
3. Pria penyelamat
"Ugh, kenapa pemerintah tidak becus mengurus tunawisma yang berkeliaran di kota ini. Mereka membuat kotor pemandangan kota," gerutu seorang wanita dengan tatapan sinis menatap Abigail. Abigail hanya bisa mengabaikan hinaan yang ia dengar, matanya terus menutup dan baru terbuka setelah orang-orang tidak lagi melewatinya. Ia pergi dari jalanan tempat ia tidur dan kembali berjalan tanpa tentu arah, di sebuah perempatan jalan ia menyusuri sebuah gedung tua yang sudah tidak terawat dan menjajaki setiap lantainya. Abigail sudah benar-benar putus asa, tidak ada hal lain yang ia pikirkan selain menyelesaikan semuanya bagaimana pun caranya."Aku benci kamu Ben!" teriak Abigail. Abigail menangis histeris dengan pikiran yang kacau, kehilangan pekerjaan dan dicampakkan oleh orang yang dicintainya membuat Abigail teramat frustasi. Abigail menapaki sisi pinggir rooftop, ketinggian ini sesungguhnya membuat Abigail merinding dan takut namun rasa putus asa jauh lebih besar dari rasa takutnya. Abiga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-18
Baca selengkapnya
4. Kejadian memalukan yang terulang
Gara-gara kejadian handuk kemarin, Zach seperti tidak memiliki muka untuk berhadapan dengan Abigail. Zach takut Abigail salah sangka, Zach takut jika Abigail menganggap jika ia melakukan itu dengan sengaja.Saat keadaan masih sangat sepi di pagi hari, Zach mengendap-endap keluar untuk membuat sarapan untuknya dan juga Abigail. Zach membuat sarapan dengan terburu-buru, berharap jika ia tidak berpapasan dengan Abigail dan langsung pergi setelah selesai sarapan. Namun rencananya sungguh di luar ekspektasinya, Abigail keluar dari kamar hanya dengan menggunakan handuk kimono dan rambut yang nampak basah. Wajahnya yang polos tanpa make up terlihat lebih muda, dengan pipi kemerahan alami yang sedikit chubby."Zach, kebetulan kamu ada disini. Boleh aku minta tolong padamu? hair dryer ku tidak bisa digunakan, apa mungkin stop kontak di kamar ini mati?" tanya Abigail seraya mengacungkan hair dryer ke arahnya.Zach masih terdiam dengan mata yang terus tertuju pada Abigail, seakan dunianya berhent
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-18
Baca selengkapnya
5. Aku tidak bersalah!
Lima belas menit Abigail menunggu, tamu tersebut akhirnya datang dengan mobil mewahnya. Seorang wanita yang usianya mungkin sebaya dengannya, namun terlihat jelas sekali kalau ia berasal dari kalangan atas. Wajahnya begitu sinis menatap sekelilingnya dan sikapnya cukup arogan, tapi siapa yang peduli? selama ia memberikan keuntungan untuk tempat ini maka ia tetap akan diperlakukan seperti seorang ratu."Selamat datang nona, kami sudah mempersiapkan table khusus untuk anda." ucap Abigail ramah, tapi wanita itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya.Abigail membuang nafas pelan, ia bukan tipe orang yang memiliki kesabaran yang seluas samudera namun ia tahan rasa kesalnya demi uang. Wanita itu menatap meja yang hendak ia tempati, terlihat guratan rasa kesal di wajahnya namun tidak ada yang tau penyebabnya."Mr. Hansen," panggilnya seraya menjentikkan jemari lentiknya."Ya nona Lucia, ada yang bisa saya bantu?" tanya Hansen."Apa anda ingin membuat kulit saya kotor dengan menempatkan saya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-18
Baca selengkapnya
6. Gadis yang malang
"Lucia, sepertinya kamu tidak perlu memperpanjang masalah ini. Aku pikir satu hari dipenjara sudah pasti membuatnya jera, apalagi kamu juga membayar para narapidana disana untuk memberikannya pelajaran.""Ada apa? apa kamu merasa kasihan padanya?" "Dia hanya wanita malang, dia tidak memiliki apapun atau siapapun di dunia ini." Lucia berdiri menatap tajam ke arah pria di hadapannya, "Apa kamu masih memiliki perasaan terhadapnya Benedict Cattegirn?" "Tidak! tentu tidak! aku hanya merasa kasihan saja padanya, tidak lebih." "Bagus, tapi aku tetap akan memperpanjang masalah ini. Bahkan semakin akan aku persulit karena ternyata dia adalah mantan kekasihmu," ujarnya angkuh, wanita ini benar-benar tidak memiliki hati nurani. Ben benar-benar menyesal, jika saja ia tidak membuat Abigail bekerja disana mungkin Abigail tidak akan bertemu wanita ini dan mengalami semua ini. Niat membalas rasa bersalahnya, justru Ben malah membuat Abigail menderita untuk yang kedua kalinya karena ulahnya. "Luc
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-16
Baca selengkapnya
7. Rencana pertunangan keluarga konglomerat
Hampir seharian Zach menunggu Abigail, akhirnya Abigail tersadar juga namun ia nampak linglung dan tidak menunjukkan pergerakan apapun. Zach segera memanggil dokter yang menangani Abigail, setelah dilakukan observasi Abigail akhirnya dapat merespon sekitarnya dan orang yang pertama ia cari adalah Zach. "Zach, apa kamu yang membebaskan aku dari penjara?" tanyanya lemah. "Iya dengan sedikit kesepakatan," "Kesepakatan? maksudmu kamu menjadikan dirimu jaminan Zach?" "Kamu tidak perlu memikirkan itu, yang terpenting sekarang kamu sudah keluar dari tempat itu Aby." Abigail menatap Zach lekat, jika dilihat dari penampilannya Zach tidak terlihat seperti orang yang bisa menjadikan dirinya sebagai jaminan untuk mengeluarkan seseorang dari penjara. Namun setelah Abigail pikir, Zach memiliki nama Christensen di belakang namanya. "Zach, namamu Zachary Christensen kan?" "Iya, ada apa dengan namaku?" "Apa kamu salah satu keturunan Christensen? konglomerat kaya pesaing keluarga Walton?" tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-17
Baca selengkapnya
8. Maaf
Setelah keadaannya dinyatakan membaik, Abigail kini sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan menjalani pengobatan dari rumah. Sejak keluar dari rumah sakit hingga sampai di rumah, Zach begitu perhatian bahkan overprotektif padanya. Abigail tidak boleh melakukan ini itu, bahkan ia tidak diizinkan berjalan oleh Zach. Zach terus menggendongnya seperti bayi, membuat Abigail kesal setengah mati. "Zach, turunkan aku!" titah Abigail yang berada dalam gendongannya.Jika tidak ada memar di tubuhnya mungkin orang-orang akan mengira mereka adalah pengantin baru, mengingat cara menggendong Zach yang nampak seperti pengantin pria. "Tidak, kamu masih lemah." "Zach, aku sudah baik-baik saja jadi turunkan aku sekarang." Zach menatapnya sesaat lalu melepas pegangan tangannya pada kaki Abigail, Abigail memekik kesakitan karena kakinya mendarat dalam posisi yang salah. "Sudah kubilang kamu masih lemah," ucapnya lalu menggendong Abigail kembali. "Aku tidak lemah! kakiku menapak dalam posisi yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-19
Baca selengkapnya
9. Taman hiburan
Makan malam yang Zach buat kini sudah siap di atas meja dan siap untuk disantap, namun sejak siang Abigail tidak kunjung keluar dari kamar bahkan kamarnya pun masih terlihat gelap. Zach yang mendadak cemas langsung mengetuk pintu kamar Abigail berkali-kali namun tidak ada sedikitpun respon dari dalam sana, ia yang sudah tidak bisa menahan kesabaran lagi akhirnya mendobrak pintu kamar Abigail dan mengejutkan Abigail yang tengah termenung di dekat jendela. "Apa kamu tuli! aku mengetuk pintu kamarmu berkali-kali tapi kamu tidak kunjung membukanya!" bentaknya tanpa sadar. Abigail hanya diam dan kembali merenung menatap keluar jendela, kebiasaan buruk Abigail adalah ketika ia terlalu banyak berpikir ia akan enggan berbicara kepada siapapun. Zach mendengkus kesal, rasanya sia-sia sekali ia mengkhawatirkannya. Zach yang merasa diabaikan memilih untuk meninggalkan kembali Abigail sendirian di kamar, namun langkahnya terhenti kala melihat dokumen di tangan Abigail dengan nama Walton Corporat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-20
Baca selengkapnya
10. A new couple
Zach menarik tangan Abigail ke sebuah wahana yang sangat Abigail takuti sejak dulu, apalagi kalau bukan roller coaster. Abigail tidak langsung mengiyakan ajakan Zach untuk menaiki wahana ekstrem itu, ia berpikir keras sampai akhirnya ia mau ikut bersama Zach. "Kenapa kamu tegang sekali?" tanya Zach. "Zach, aku sebenarnya tidak berani menaiki wahana ini." sahut Abigail, wajahnya sudah pucat pasi dan terlihat guratan penyesalan di wajahnya. "Kenapa kamu tidak bilang! ayo kita turun," Namun belum sempat mereka turun, wahana sudah dijalankan dan tidak ada jalan bagi mereka untuk melarikan diri. Abigail berteriak histeris bahkan nyaris menangis saat roller coaster mulai bergerak mengikuti relnya, ia memegang tangan Zach erat sampai Zach meringis kesakitan. Setelah melewati detik-detik yang menengangkan Abigail akhirnya bisa bernafas lega, ia pikir tadi ia akan terkena serangan jantung karena deru detak jantungnya sempat berdetak diluar normal."Itu gila, tapi menyenangkan!" pekiknya, d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-21
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status