Setelah namanya digunakan untuk menggelapkan uang perusahaan, Abigail ditinggalkan oleh kekasihnya begitu saja bahkan diusir dari rumah yang sudah mereka beli berdua. Abigail merasa putus asa, ia berniat mengakhiri hidupnya namun seorang pria bernama Zach datang dan tanpa sengaja menggagalkan rencananya juga menawarkan bantuan padanya. Seiring berjalannya waktu mereka saling jatuh cinta hingga akhirnya Abigail mengandung bayi Zach, namun sayangnya ia difitnah oleh adik dari bosnya hingga akhirnya Zach meninggalkannya. Hidup dalam penderitaan yang tiada habisnya, Abigail pada akhirnya mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Balas dendampun dimulai setelah ia hidup dengan identitas barunya, para pria mulai memperebutkan dirinya juga Zach yang menyesal sudah meninggalkannya karena fitnah dari Luca.
Lihat lebih banyak"Ben tolong bantu aku, aku tidak tau soal ini dan sejak kemarin kamu yang memegang file keuangan perusahan. Aku tidak bersalah," ujarnya seraya bersimpuh di lantai.
Semua mata menatapnya dengan tatapan yang bercampur aduk, merendahkan, jijik bahkan amarah Abigail telan itu semua seolah ia adalah makhluk paling hina di sini. Demi cinta ia rela dibodohi oleh Ben, kekasih yang selama ini paling ia percaya dan cintai tega menggelapkan uang perusahaan atas namanya. Tidak ada jejak kesalahan Ben, semua Ben lakukan secara bersih dan mengorbankan Abigail yang tidak tau jika ia sedang ditipu."Ben tolong," pintanya sekali lagi dengan air mata berlinang.Ben menarik nafas panjang, "Ya memang saya yang memegang file keuangan perusahaan sejak kemarin, karena Abigail meminta bantuan untuk mengedit beberapa bagian yang dianggap tidak sesuai. Saya tidak menyangka, jika yang saya edit adalah bagian dari kecurangannya."Abigail tercenung mendengar pernyataan Ben, tidak seperti itu yang terjadi di hari itu."Ben," ucap Abigail lirih.Ben melirik dingin ke arah Abigail, "Maaf Aby, tapi aku tidak mau dikaitkan dengan hal kotor seperti ini. Bukankah lebih baik jika kamu jujur saja?"Abigail menggeleng, ia terus mengelak semua tuduhan yang dituduhkan kepadanya namun Ben malah memperpanas suasana dengan membawa buku rekening pribadi milik Abigail. Tertulis disana jumlah uang perusahaan yang Ben transfer ke rekening pribadi milik Abigail, tanpa sepengetahuan Abigail bahkan Abigail tidak pernah melihat uang tersebut. Kesalahannya adalah ketika buku tersebut hilang ia tidak terlalu memusingkannya, yang ternyata itu adalah bagian dari rencana Ben yaitu menyembunyikan buku rekening pribadinya."Semua bukti sudah mengarah kepadamu Abigail, apalagi yang ingin kamu elak?" tanya sang bos dengan wajah kecewa."Demi tuhan aku tidak melakukannya! Ben memfitnahku!""Aby, dengarkan aku. Akui saja dan aku akan membantumu keluar dari masalah ini," ucap Ben berbisik."Bajingan kamu Ben! untuk apa aku mengakui sebuah kesalahan yang tidak pernah aku lakukan!" umpat Abigail."Aby, kamu tidak ingin dipenjara kan?" tanya Ben membuat Abigail terdiam, penjara? tentu saja Abigail tidak ingin di penjara."Kalau begitu akuilah, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu keluar dari masalah ini,"Abigail tidak lagi fokus pada keadaan disekitarnya, pikirannya berputar membayangkan kesengsaraan yang akan ia alami jika hidup di dalam penjara. Abigail memiliki banyak mimpi yang harus ia wujudkan, ia tidak rela jika semua mimpi itu harus pupus karena masalah ini."Baiklah semua sudah disepakati, tapi mohon maaf saya tidak bisa lagi menerima Abigail bekerja disini dan saya juga terpaksa harus membuat pengumuman blacklist ke beberapa perusahaan untuk Abigail." ucap sang bos setelah kesepakatan selesai.Abigail tidak menyimak kesepakatan apa yang sudah Ben lakukan dengan bosnya, yang ia tau saat ini hanya masalah sudah selesai dan Ben membawanya pergi dari ruangan yang masih diisi dengan orang-orang yang terus mencemoohnya.Sepanjang jalan Abigail hanya diam dengan tatapan kosong, ia seperti boneka yang Ben bawa dan atur tanpa penolakan. Ben seperti malaikat di mata orang-orang saat ini, semua orang memujinya karena berani pasang badan atas masalah Abigail. Ben bahkan masih menerima dan memperlakukan Abigail dengan baik dan lembut, setelah gadis itu nyaris menyandang status pelaku kejahatan penggelapan uang perusahaan dan menyeret namanya atas masalah ini."Aby kamu tunggu disini sebentar, aku akan kembali." ucapnya lembut nyaris berbisik seolah tidak ingin mengganggu Abigail yang masih larut dengan pikiran kacaunya.Setelah hampir setengah jam pergi, Ben kembali ke tempat Abigail merenung. Ben membawakan semangkuk bubur hangat juga air untuk Abigail karena ia tau Abigail belum makan sama sekali sejak tadi pagi, Abigail memiliki masalah pencernaan yang kurang baik jadi ia tidak bisa telat makan."Aby, ayo makan dulu. Kamu harus makan atau perutmu akan sakit,"Abigail hanya melirik sedikit bubur yang Ben pegang, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela."Aby, kamu tidak perlu memikirkan lagi soal uang itu. Semuanya sudah selesai dan kamu sudah aman,"Abigail refleks menoleh ke arah Ben, "Apakah benar semuanya sudah selesai? tapi bagaimana bisa?""Y-ya, semuanya sudah selesai. Kamu tidak perlu khawatir soal apapun lagi, soal bagaimana aku menyelesaikannya biar itu jadi urusanku." sahutnya gugup."Apa kamu yakin Ben?" tanya Abigail karena ia merasa ada hal janggal yang Ben sembunyikan."Tentu saja, buktinya kamu bisa kembali ke rumah dengan selamat dan kamu tidak dipenjara."Abigail menghembuskan nafas lega, ia mengusap air mata yang sedari tadi menggenang di sudut matanya dan mulai menyantap sedikit demi sedikit bubur yang Ben sajikan untuknya.Setelah Abigail bisa sedikit tenang ia mencoba untuk beristirahat, namun entah mengapa perasaannya kembali gelisah tanpa sebab. Abigail mengambil ponsel miliknya, mencoba mengakses data perbankan miliknya lewat online yang selama ini tidak pernah ia cek.Abigail menelusuri setiap mutasi rekeningnya dan akhirnya ia menemukan jejak kecurangan Ben, namun ada hal lain yang lebih membuat Abigail menggila adalah seluruh tabungannya raib dan hanya menyisakan sedikit saja."Ben!" teriak Abigail seperti orang kesetanan.Abigail menyisir seluruh sudut ruangan, sampai akhirnya ia menemukan Ben tengah bersantai dengan satu botol minuman dan keadaannya sudah nyaris mabuk berat. Abigail mengambil payung yang tersimpan di pojok ruangan, lalu memukuli Ben seperti seekor cacing yang menjijikan."Aby, apa kamu gila!" bentak Ben."Apa yang kamu lakukan pada uang tabunganku! itu hasil kerja kerasku untuk anak-anak panti dan suster Margaretha!""Aku menggunakan uangmu untuk mengganti uang perusahaan," sahut Ben santai dan berbicara melantur setelahnya karena mabuk.Abigail semakin murka mendengar jawaban Ben, ia nyaris saja membunuh Ben jika pria itu tidak bergerak gesit menghindari serangan Abigail. Setelah berhasil mengendalikannya, Ben menyeret Abigail keluar dan mengusirnya di rumah yang mereka beli berdua."Bajingan kamu Ben! kamu menipuku dan sekarang kamu mencuri uangku! kembalikan uangku Ben, itu untuk suster Margaretha dan anak-anak!" tangis Abigail histeris dari balik pintu.Di balik pintu tempat Abigail menangis, Ben kini juga tengah merasa amat bersalah karena telah bersedia melakukan rencana bodoh ini. Ben berjalan frustasi ke ruang tamu, lalu menendang apapun yang ada di hadapannya. Ponselnya berdering nyaring menampilkan nama yang enggan ia lihat, berkali-kali Ben mencoba mengabaikannya namun panggilan itu semakin terus menerornya."Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di ujung telepon."Ya, apa kalian sudah puas?" sahut Ben dingin."Kenapa kamu begitu emosional? jika rencana kita yang selanjutnya juga berhasil kita bisa mengembalikan uang Abigail bahkan dua kali lipat!""Ya mungkin Abigail bisa mendapatkan uangnya kembali tapi aku sudah tidak bisa mendapatkan cintanya kembali."Wanita itu berdecih kesal, "Lupakan soal wanita yang asal usulnya tidak jelas itu, kamu masih bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya!"Panggilan telepon terputus, Ben menggenggam erat ponselnya lalu menenggak kembali alkohol yang ada di atas meja sedangkan di luar sana suara Abigail masih terdengar menangis sendu.Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny
Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A
Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat
"Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya
Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan
Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi
"Sayang, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Amberley karena sedari tadi Zionathan lebih banyak diam. Zionathan menarik nafas panjang, seperti tengah memikul beban berat di dadanya. Amberley tau jika Zionathan pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang, prianya itu selalu ceria di hadapannya meskipun sedang berada di penjara sekarang tapi kini ia lebih banyak diam. "Amberley, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" "Melakukan sesuatu? apa yang harus aku lakukan untukmu?" "Amberley, jika aku kalah di pengadilan pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini atau kalau perlu pergilah ke negara lain. Pergilah ke tempat dimana tidak ada seorangpun bisa menemukanmu," pinta Zionathan tangannya menggenggam erat jemari Amberley. Amberley mengernyitkan kening, "Permintaan konyol macam apa itu, jika kamu kalah aku tetap akan disini menemanimu Zio." "Amberley, aku mohon. Pergilah, mulailah hidup baru tanpaku. Jika memang kita ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zionath
"Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar unit orang tua Rosalyn. Mereka mengejutkan Rosalyn yang masih tertidur di dalam, kedua orang tuanya sudah pergi bekerja sejak pagi hari. Rosalyn tidak langsung membuka pintu, ia lebih dulu mengecek siapa yang ada di luar lewat doorbell camera. Rosalyn memperhatikan dua orang yang ada di depan pintu unit, setelah memperhatikannya cukup lama Rosalyn akhirnya tau jika mereka adalah anak buah Frank. "Buka pintunya nona Rosalyn! atau anda ingin kami mengacak-acak tempat ini!" ancam mereka lagi. Rosalyn kebingungan di dalam sana, ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan anak buah Frank tapi ia juga tidak mau mereka mengacau di tempat ini. "Baiklah, anda menantang kami nona Rosalyn. John, dobrak unitnya!" "Tunggu! jangan di dobrak! baiklah aku akan membuka pintunya," ucap Rosalyn lewat doorbell. Rosalyn membuka pintu untuk mereka namun setelah itu mereka malah masuk dan menggeledah seluruh isi unit, entah apa yang mereka cari karena Ro
Zionathan terpaku sesaat, tapi akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi dan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh terpancing dengan ucapan Abraham, karena sekali ia terpancing maka usahanya untuk tetap membuat Amberley aman akan sia-sia. "Apa sekarang anda sedang bermain tebak-tebakan denganku tuan Abraham?" ujar Zionathan dengan tawa sinis. "Zionathan, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu. Pelaku sebenarnya adalah Amberley, kamu hanya mengorbankan diri untuk membuat Amberley tetap aman. Sidik jari Amberley terlekat jelas di pistol itu," Zionathan maju mendekati Abraham yang tengah berusaha mengintimidasinya, "Tidak perlu berbasa-basi, anda sedang berusaha membuat Amberley menjadi pelakunya demi merebut Matthias bukan? tapi maaf tuan Abraham, pelakunya memang aku karena aku sangat membenci putramu." Abraham menanggapi ucapan Zionathan dengan tawa, "Ucapanmu ada benarnya juga, tapi selain itu aku juga memang ingin menyingkirkan kalian berdua. Nyawa dibayar nyawa, sebagai g
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen