"Aku ingin kita kembali lebih awal ayah," pinta Luca setelah meeting selesai. "Untuk apa? kamu merindukan hewan-hewan peliharaanmu? kamu tidak perlu khawatir, mereka sudah diurus oleh Cedric dengan baik." "Bukan itu, tapi-" "Sudahlah Luca, kita harus tetap disini sampai beberapa hari lagi atau satu minggu. Kamu harus banyak belajar disini sebelum menjadi pewaris Walton," ujar James lalu pergi meninggalkan Luca di ruang rapat. Luca memukul meja dengan satu tangannya, beberapa hari lagi atau satu minggu? menunggu dua hari saja rasanya ia sudah tidak bisa. Rencananya sudah sangat matang untuk menyingkirkan Zach, ia sudah sangat tidak sabar untuk memiliki Abigail. Gadis yang belakangan ini selalu memenuhi pikirannya, ekspresi wajahnya di malam itu terus terbayang di benak Luca hingga membuat Luca sulit untuk fokus. Ponselnya berdering dengan nama Kai terpampang di layarnya, tanpa menunggu lama Luca langsung menjawab panggilan dari Kai. "Ada kabar apa tentang Abigail?" tanya Luca."Di
Tidak hanya kejutan gaun dan tempat pernikahan yang mewah, ternyata Zach juga sudah menyiapkan kejutan lain untuknya saat mereka pergi. Zach menyewa pendekor ruangan untuk menyulap kamar kosong di rumah menjadi kamar untuk calon bayi mereka, beberapa peralatan bayi mulai dari tempat tidur sampai mainan semua sudah disiapkan oleh Zach. Kamar ini disulap senyaman mungkin agar bayi mereka bisa beristirahat dengan baik dan nyaman, Zach ingin yang terbaik untuk anaknya. "Zach, aku tidak tau harus mengatakan apalagi padamu. Rasanya ucapan terimakasih saja tidak cukup," "Ya memang terimakasih saja tidak cukup, kamu harus membayarnya Aby." "Benarkah?" tanya Abigail dengan mimik wajah serius. Zach tertawa melihat ekspresi wajah Abigail, "Ya, bayarlah aku dengan cintamu. Kamu harus memberikan seluruh cintamu padaku dan kamu harus membayarnya seumur hidupmu Aby," Abigail memukul pelan dada Zach, "Zach, itu menggelikan." "Jadi kamu tidak mau membayarnya dengan cintamu Aby? kalau begitu aku
Bandara Internasional B, Luca berhasil kembali ke negara kelahirannya setelah membuat James naik darah, ia tidak mengindahkan ocehan James karena kabur dari Italia sebelum pekerjaannya selesai. Luca tidak perduli, semarah apapun James Luca tetap akan menjadi pewaris Walton karena hanya dirinya yang bisa James harapkan. Luca menemui Kai di sebuah hotel yang sudah Kai pesan untuknya, ia juga menjelaskan semua hal tentang Zach dan Abigail kepada Luca sampai ke jati diri Zach yang sebenarnya. "Jadi dia Noah? apa kamu yakin Abigail tidak tau siapa pria yang bersamanya sekarang?" "Tidak, gadis itu hanya tau kalau pria yang bersamanya adalah Zach." "Baiklah, terimakasih sudah membantuku Kai. Sekarang lebih baik kamu kembali ke mansion Walton, aku tidak ingin ayahku menemukanku disini sebelum misiku selesai," Kai dengan patuh menuruti perintah Luca, setelah Kai pergi Luca memutar video yang Kai berikan kepadanya. Video saat Abigail berada di butik dan tengah mencoba gaun pengantin, mesk
Zach mematikan ponselnya dan kembali bekerja setelah mendapatkan sedikit kata-kata penyemangat dari Abigail, Zach terus tersenyum sepanjang hari membayangkan akan seindah apa pesta pernikahannya nanti dengan Abigail.Brugh! Zach menoleh ke belakang setelah merasakan seseorang menabraknya dengan sengaja hingga barang di tangannya terjatuh, ia tidak menoleh ke arah orang yang sudah menabraknya dan fokus membereskan barang miliknya. "Noah?" Mendengar namanya dipanggil, Zach lantas menoleh karena yang mengetahui nama itu hanyalah orang-orang dari kalangan atas terutama yang memang sangat mengenal dirinya. "Hei, apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya basa-basi membuat Zach jengah. "Apa aku mengenalmu?" tanya Zach balik. Luca tertawa, "Ayolah Noah, ada apa denganmu? mengapa kamu menggunakan baju lusuh seperti ini? kamu pewaris Christensen, kenapa kamu rela turun derajat dan menjadi rakyat jelata." "Berhenti bicara Luca," ancamnya dengan tatapan tajam. "Oke maafkan aku, Noah. Aku ta
Setelah mengantar Abigail, August pergi ke mansion Christensen untuk memastikan bahwa Zach benar ada disana. Ia tidak tega melihat keadaan Abigail, gadis itu terus melamun dan menghubungi Zach berharap Zach menjawab panggilan teleponnya dan kembali pulang. Kedatangan August disambut oleh Ethan dan Jennifer, mereka begitu antusias menyambut kedatangan August meskipun August tidak menghiraukan keberadaan mereka. "Aku mencari Noah, apakah dia kembali ke rumah ini?" tanya August. "Noah? ya di kembali semalam, ada apa memangnya kak?" sahut Ethan. "Bisakah aku bertemu dengannya?" "Tentu, biar aku antar. Dia sedang bersama dengan ayah di tempat latihan menembak," Ethan dan August berjalan beriringan menuju ke tempat dimana Zach berada, suara deru peluru mulai terdengar dan beberapa detik kemudian August bisa melihat seseorang ya ia cari. Pria itu nampak berbeda, penampilannya mencerminkan bahwa ia adalah keturunan dan pewaris Christensen. Ia tidak menyadari kedatangan August karena sed
Acara pesta di mansion Christensen semalam disorot oleh beberapa media massa, efeknya adalah kini August tengah sibuk membuat Abigail tidak melihat koran, berita televisi ataupun berita online di situs web. August sibuk memberikan pekerjaan kepada Abigail, ia tidak mengizinkan Abigail keluar rumah atau bahkan melirik ponselnya. "Kak, aku lelah dan aku juga lapar." ucap Abigail, sejak pagi ia belum makan karena setiap apapun yang ia makan pasti akan dimuntahkan kembali. "Apa yang sedang ingin kamu makan?" "Aku ingin pizza!" "Ibu hamil tidak boleh makan junkfood," tolak August. "Kak, aku tidak akan sakit hanya karena makan satu slice pizza. Bayiku lapar dan dia ingin pizza," rengek Abigail, tangannya mengelus perutnya yang sudah mulai terlihat agak membuncit. August menghela nafas panjang, jika menyangkut soal bayi Abigail tentu ia tidak akan bisa menolaknya. Dengan terpaksa ia memesan pizza favorit Abigail namun sayang situs pemesanannya sedang error, August segera bergegeas ke r
Zach tidak pernah tersenyum sejak menginjakkan kakinya di rumah ini, yang ia lakukan hanya diam merenung dan berlatih menembak untuk melepaskan rasa sesak di dadanya. Entah sudah berapa lama ia ada di tempat ini, sampai para pengawal yang mengawalnya pun mulai merasa jenuh. "Aku pikir kamu tidak akan pernah kembali ke rumah, Noah." ucap Ethan yang tiba-tiba datang ke tempat latihan menembak. "Apakah itu harapan terbesarmu Ethan?" Ethan tertawa pelan, "Tentu saja tidak, mengapa kamu berpikir negatif seperti itu." "Ini rumahku, aku bebas kembali kapanpun aku mau." "Iya itu benar, tapi tidak bisakah kamu tidak merebut hasil kerja keras seseorang setelah kembali ke rumah?" "Aku tidak merebut apapun, semua yang ada disini milikku sejak awal. Kamu seharusnya lebih sadar diri siapa dirimu sebelum menyandang nama Christensen di belakang namamu, dan aku pikir wajar jika kamu harus bekerja keras demi nama Christensen tetap ada di belakang namamu." "Sombong sekali," sahut Ethan berdecih k
"Noah, kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Valerie. "Karena ini rumahku, jadi aku membawamu kesini." "Maksudku kenapa kita tidak kembali ke rumah lamamu dulu saat kita tinggal bersama?" "Rumah itu sudah ditempati oleh orang lain," "Tapi apakah aku akan diterima tinggal disini? maksudku, kamu sudah memiliki banyak pelayan di rumah ini. Apakah kamu masih ingin memperkerjakan aku?" Zach mengehela nafas pelan, "Apa aku pernah mengatakan kepadamu jika aku akan menjadikan kamu pelayan dirumahku?" "Sudah jangan banyak bertanya, sekarang ayo kita masuk ke dalam." Zach membukakan pintu mobil untuk Valerie, sama seperti yang selalu ia lakukan dulu ketika mereka masih bersama. Ketika melihat Valerie keluar dari mobil, para pelayan dan pengawal langsung memusatkan perhatian mereka kepada Valerie. Pakainnya yang agak kumal, sangat terlihat kontras dengan pakaian Zach. "Dimana ayahku?" tanya Zach pada salah satu pengawalnya. "Tuan Abraham ada di perpustakaan pribadinya, tuan muda." Zach