Adel menghela napas lega saat melangkah keluar dari gedung Snowfield Group.
Hari ini sungguh tidak terduga, tapi setidaknya situasi dengan pemuda misterius itu sudah mereda.
Dia membuka pintu Mercedes-nya, bersiap untuk pergi ke pertemuan berikutnya.
Tepat saat dia hendak masuk, pintu penumpang terbuka. Adel terkejut melihat Ryan meluncur masuk dengan santai.
"Hei! Apa yang kau lakukan?" seru Adel, matanya melebar.
Ryan menatapnya dengan serius. Dia bisa melihat aura gelap menyelimuti Adel, tanda adanya bahaya yang mengintai.
Teknik Matahari Surgawi-nya memperingatkan bahwa gadis ini akan menghadapi ancaman besar dalam waktu dekat.
"Kupikir kau mungkin butuh teman ngobrol dalam perjalanan," jawab Ryan ringan, menyembunyikan kekhawatirannya.
Adel mengangkat alisnya. "Oh, benarkah? Dan sejak kapan kita jadi teman ngobrol?"
Ryan tersenyum. "Sejak aku memutuskan untuk berterima kasih atas bantuanmu tadi."
Adel memutar matanya, tapi ada senyum kecil di bibirnya. "Baiklah, tuan misterius. Tapi jangan berharap bisa menjual formula rahasiamu padaku."
"Formula rahasia?" Ryan bertanya, bingung.
Adel tertawa kecil. "Yah, seorang pria datang ke Snowfield Group beberapa waktu lalu, mengklaim punya formula rahasia untuk produk kecantikan yang akan meningkatkan kehadiran kami di pasar. Kau tidak sedang mencoba hal yang sama, kan?"
Ryan tersenyum, mengamati perubahan Adel. Dulu dia selalu menggodanya karena dadanya yang rata, bahkan membuatnya menangis. Sekarang, bentuk tubuhnya sungguh berbeda.
"Mungkin aku punya sesuatu yang lebih baik dari sekadar formula kecantikan," jawab Ryan dengan nada menggoda.
Adel tertawa. "Oh ya? Dan apa itu?"
"Rahasia untuk membuat malam ini lebih menarik," Ryan menjawab dengan kedipan mata.
Adel menggelengkan kepala, geli. "Kau ini ... baiklah. Malam ini ada acara yang perlu kuhadiri. Ayo kita lihat apa yang bisa kau lakukan. Apa kau bersedia?”
Ryan tersenyum. “Undangan dari seorang wanita cantik, tentu aku tidak akan menolak.”
Jawaban Ryan membuat Adel sedikit merona. Pria itu memang sederhana, tapi patut diakui dia tampan dan pintar memanjakan telinga wanita.
Berdeham untuk menepis kecanggungan, Adel kembali berkata, “Ngomong-ngomong, aku Adel Weiss, Manajer Pemasaran Snowfield Group."
Dia mengulurkan tangannya, dan Ryan menyambutnya. "Ryan Reynald," balasnya, memutuskan untuk tidak menggunakan nama aslinya.
Adel tersentak sedikit mendengar nama itu, tapi segera rileks kembali. "Wow, namamu mirip sekali dengan teman sekelasku dulu. Aku hampir mengira kau adalah dia ..."
Ryan hanya tersenyum, menyembunyikan perasaannya. “Selalu ada kebetulan mengejutkan di dunia ini.”
Adel tersenyum menanggapi jawaban Ryan.
Kedua orang itu pun terus mengobrol berbagai topik, sampai akhirnya dua puluh menit kemudian, mereka tiba di Hotel Golden River.
Begitu memasuki restoran, semua mata tertuju pada mereka–atau lebih tepatnya, pada Adel. Kakinya yang jenjang dan tubuhnya yang proporsional menarik perhatian setiap pria di ruangan itu.
Ryan merasakan gelombang ketidaksukaan. Tatapan lapar para pria itu mengingatkannya pada serigala yang mengintai mangsa.
Mereka duduk di meja bundar besar, dikelilingi tujuh atau delapan pria berpakaian mahal. Seorang pria gemuk dengan jas bermerk langsung berdiri.
"Manajer Adel! Sungguh kehormatan Anda bisa hadir. Saya Gerald Austin, pendiri Data Center Nexopolis."
Belum sempat Adel menjawab, pria lain menyela. "Manajer Adel, saya Yovie Surge. Keluarga saya pemilik Hotel Blue Ocean."
Ryan mengamati bagaimana Adel menangani situasi ini dengan anggun, menjawab setiap sapaan dengan senyum profesional. Namun, dia bisa melihat ketegangan di balik topeng sopannya.
Pesta dimulai, dan Ryan mengawasi bagaimana para pria itu terus-menerus mencoba membuat Adel minum. Namun, Adel dengan cerdik mengelak dari setiap upaya, membatasi dirinya hanya pada segelas anggur merah kecil.
"Ayolah, Manajer Adel," salah satu pria mendesak. "Satu gelas lagi tidak akan menyakiti siapa pun."
Adel tersenyum sopan. "Maaf, tapi saya harus mengemudi pulang nanti. Keselamatan adalah prioritas."
Ryan mencoba beberapa kali untuk mengambil alih minuman Adel, tapi dia selalu menolak dengan halus. Dia tahu Adel harus menjaga image perusahaannya.
Tiba-tiba, suasana ruangan berubah. Seorang pria dengan jas mewah berdiri dari meja utama, dua gelas anggur di tangannya. Wajahnya memancarkan kesombongan yang tak terbantahkan.
Ryan merasakan Adel menegang di sampingnya. Dia bisa melihat ketakutan di mata Adel saat pria itu mendekat.
"Nona Adel," pria itu berkata dengan nada mengancam. "Anda cukup kasar pergi tanpa kata terakhir kali. Saya rasa Anda berutang setidaknya satu toast sebagai permintaan maaf kepada saya, Effendy Shaw."
Effendy Shaw, Ryan kenal dengan pria ini. Dia adalah putra tunggal keluarga Shaw. Selaku pewaris tunggal keluarga terpandang di Golden river, tidak heran dia bersikap arogan dan bisa menekan seorang Adel Weiss.
Akan tetapi, dari cara Adel bersikap, sepertinya pria itu pernah berusaha melakukan sesuatu yang tidak terbayangkan kepadanya.
Adel berusaha keras menjaga suaranya tetap tenang. "Tuan Muda Effendy, maafkan saya. Seperti yang saya katakan, saya mengemudi malam ini. Mungkin kita bisa bersulang dengan teh sebagai gantinya?"
Effendy mendengus. "Jangan cari-cari alasan! Aku sudah pesan Presidential Suite di atas. Jika kau mabuk, kau bisa saja bermalam di sana." Matanya berkilat berbahaya.
Ryan menautkan alisnya tidak suka. Jika Adel bermalam di ruangan yang pria itu pesan, bukankah itu sama saja dengan masuk ke lubang buaya? Adel sama saja menyerahkan dirinya untuk dipermainkan pria tersebut!
Walau ancaman terselubung dalam kata-kata Effendy sangat jelas, tapi Ryan bisa melihat bagaimana pria-pria lain di meja itu mundur. Posisi Effendy di tempat ini begitu tinggi, tidak ada yang berani menentangnya.
Sebaliknya, mereka wajib mendukungnya.
"Ayolah, Manajer Adel," salah satu pria berkata. "Ini kehormatan Tuan Muda Effendy mau bersulang dengan Anda. Minum saja!"
"Benar," yang lain menimpali. "Hanya segelas. Apa yang bisa terjadi?"
Ryan melihat keraguan di mata Adel saat dia menatap gelas yang disodorkan Effendy. Dia tahu Adel sedang menimbang risikonya.
Effendy mendekatkan wajahnya ke Adel, suaranya rendah dan berbahaya. "Adel sayang, jangan membuatku kehilangan kesabaran. Kau tahu betapa berharganya proyek baru Snowfield Group itu bagi Rindy, bukan? Akan sangat disayangkan jika sesuatu terjadi padanya." Ia menyeringai. "Ingatlah, ini Golden River, wilayahku. Bahkan CEO terhormat seperti Rindy Snowfield pun tahu batas-batasnya di sini. Jadi, bagaimana? Segelas anggur ini, atau masa depan perusahaan pelindungmu yang dipertaruhkan?"
Ruangan itu menjadi sunyi. Adel berdiri diam, matanya mulai berkaca-kaca. Ryan bisa melihat perjuangan di wajahnya — antara harga diri dan ketakutan akan konsekuensinya.
Perlahan, dengan tangan gemetar, Adel mengulurkan tangannya ke arah gelas itu. Effendy tersenyum penuh kemenangan, membayangkan apa yang akan terjadi malam ini.
Tepat saat jari Adel hampir menyentuh gelas, sebuah suara dingin memecah ketegangan.
"Kau pikir kau siapa? Beraninya kau memaksanya minum di depanku."
Ryan mengikuti arahan yang diberikan oleh Gantius Wagner dan pergi meninggalkan Nexopolis. Sebelum pergi ke Kota Spiritum, Ryan harus mengunjungi Gunung Diabolus Sanguine untuk mencari Token Spiritum yang langka.Perjalanan memakan waktu hampir dua hari, namun Ryan tidak merasakan lelah karena pikirannya terus tertuju pada Shirly dan Rindy.Beberapa saat kemudian, dia akhirnya tiba di tempat yang diselimuti awan tebal dan kabut misterius. Pemandangan di hadapannya sungguh menakjubkan sekaligus menyeramkan. Gunung Diabolus Sanguine menjulang tinggi dengan puncak yang tersembunyi di balik awan gelap, sementara aura mencekam menguar dari setiap sudutnya.Bahkan sebelum dia masuk, Ryan sudah bisa merasakan betapa berbahayanya formasi yang melindungi tempat ini. Indera spiritualnya menangkap puluhan lapisan formasi yang saling tumpang tindih, menciptakan perangkap mematikan bagi siapa pun yang nekat masuk tanpa persiapan. Ini bukan hanya satu formasi sederhana, tetapi sistem pertahanan
Halo semua. Othor sebenarnya mau menamatkan ini sementara karena sebagian tujuan Ryan telah tercapai, dan jujur saja ceritanya sudah terlalu melebar.Tapi ada sebagian pembaca yang tidak puas.Nah, othor kasih opsi.Mau othor lanjut langsung ke season berikutnya, atau cukup tamat sampai di sini dan nanti kalau ada waktu othor lanjut season selanjutnya?Coba Like dan komen jika kalian ingin lanjut.jika banyak permintaan lanjut, othor akan lanjutkan ke cerita arc kota spiritum.mumpung othor belum laporan ke editor kalau cerita ini tamat atau lanjut.tapi jika lanjut, mungkin othor hanya bisa rilis 1-3 bab per hari.
Pernikahan Ryan dan Adel digelar dua minggu kemudian dengan kemegahan yang tidak pernah ada sebelumnya di Nexopolis. Presiden sendiri yang mengusulkan agar gedung parlemen disulap menjadi tempat pernikahan, sebagai bentuk penghormatan kepada Ryan yang telah berkali-kali menyelamatkan negara.Tim dekorator terbaik bekerja siang malam mengubah gedung parlemen menjadi istana dongeng. Ribuan bunga mawar putih dan merah diimpor khusus dari berbagai negara, menciptakan taman yang memukau di setiap sudut ruangan. Kristal-kristal Swarovski berkilau tergantung dari langit-langit tinggi, memantulkan cahaya bagai bintang-bintang di langit.Hari pernikahan tiba. Adel tampil memukau dalam gaun pengantin putih karya desainer terkenal dunia, dirancang khusus untuk menonjolkan kecantikan sekaligus menutupi perutnya yang membesar dengan elegan. Mahkota berlian menghiasi rambutnya yang ditata sempurna, membuatnya terlihat bagai putri raja.Ryan mengenakan tuksedo hitam yang membuatnya terlihat tamp
Ryan langsung menegakkan tubuh, matanya berbinar penuh harap. "Siapa, Guru?""Dia seorang kultivator wanita tua. Namanya Immortal Venerable Yuriel Leviathan!" ucap Gantius Wagner dengan nada serius. "Monster tua ini memang kuat, tapi untungnya dia meninggalkan jejak auranya!""Immortal Venerable Yuriel Leviathan?" Mata Ryan berbinar-binar mendengar gelar yang megah tersebut.Seseorang yang bergelar Immortal Venerable pasti sangat kuat.Setiap kultivator yang mencapai ranah God King akan memiliki gelar mereka sendiri–Brave Knight dikenal sebagai Sword Emperor, Gantius Wagner sebagai Alchemist God, Allen Cook sebagai Forging God.Namun, Immortal Venerable Yuriel Leviathan berani menyebut dirinya Immortal Venerable, yang berarti dia benar-benar mengerikan!Memiliki gelar itu berarti dia dihormati dan dipuja oleh puluhan ribu kultivator immortal!"Kultivator macam apa dia sampai berani menculik orang-orang yang kucintai," geram Ryan sambil mengepalkan tangan. "Cepat atau lambat, aku akan
"Belum tentu mereka dalam bahaya!" Gantius Wagner berusaha menenangkan dengan nada yang lebih bijaksana.Dia duduk bersila dalam posisi meditasi dan mulai mengatur napas untuk memulihkan diri. "Aku bisa merasakan dengan jelas—monster tua ini memiliki kekuatan setara dengan mereka yang pernah mengalahkanku di masa lampau.""Setidaknya dia adalah kultivator Ranah Creation yang mengerikan, bahkan mungkin sudah mencapai Ranah Starseed yang legendaris!""Monster dengan kekuatan sebesar ini tidak akan repot-repot menangkap dua gadis muda yang relatif lemah tanpa alasan penting."Brave Knight mengerutkan kening, ekspresi wajahnya menunjukkan pemikiran mendalam. "Aku pernah mengamati Shirly Jirk sebelumnya. Dia memang jenius berbakat dengan potensi luar biasa. Rindy Snowfield kemungkinan juga memiliki bakat istimewa.""Mungkinkah monster tua itu melihat potensi mereka dan ingin menjadikan keduanya murid? Tapi ini hanya skenario terbaik. Masih ada kemungkinan dia memiliki niat jahat atau motif
Setelah mengatakan itu dengan tekad yang bulat, Gantius Wagner melakukan hal yang sama seperti Ryan, namun dengan kekuatan yang jauh lebih besar dan jangkauan yang lebih luas.Satu-satunya perbedaannya adalah dia menggunakan Ryan sebagai media perantara untuk melepaskan kekuatan spiritual yang jauh lebih dahsyat melalui bola ungu di telapak tangan Ryan yang masih mengambang.Wusss! Wusss!Tiba-tiba, seluruh dunia berubah warna secara dramatis, dan sinar cahaya menyilaukan yang tak terhitung jumlahnya terbang keluar dengan kecepatan luar biasa dan mencapai bintang-bintang yang berada jauh lebih jauh di luar angkasa.Sebelumnya, Ryan hanya mampu memicu dan menghubungkan bintang terluar yang berada di sekitar Gunung Langit Biru dan Nexopolis untuk mencari Shirly Jirk dan Rindy Snowfield dengan kemampuannya yang terbatas.Namun, ketika Gantius Wagner yang berpengalaman bergerak dengan serius, dia berhasil menghubungkan bintang-bintang yang berada beberapa lapis lebih dalam, setidaknya sep