Meskipun terdengar menusuk hati, apa yang dikatakan Rensia memang benar. Namun, Janice tetap tidak bisa menerima semua ini begitu saja. "Aku mau bawa rekaman CCTV ini ke kantor polisi untuk minta penyelidikan ulang."Namun, Jason menghentikan Janice. "Kamu nggak dengar perkataan Nyonya Verica tadi? Belakangan ini, Leah sering datang ke Grup Karim.""Jadi?" tanya Janice balik."Dia sampai tahu bisa minta camilan pada resepsionis, berarti dia sudah sangat mengenal area istirahat ini. Mana mungkin dia nggak tahu ada beberapa CCTV di sana," jawab Jason sambil menunjuk ke rekaman CCTV saat Leah mondar-mandir di area istirahat.Setelah tertegun sejenak, Janice langsung mengerti. "Dia sengaja membiarkan kata-kata itu terekam di CCTV. Terlihat seolah-olah nggak sengaja, padahal semuanya sengaja."Jason berkata dengan tenang, "Benar. Kalau kamu menyerahkan rekaman CCTV ini pada polisi, malah akan jadi bukti dia nggak bersalah."Setelah mendengar perkataan itu, Janice merasa kagum pada kecerdika
Rensia mencium bau disinfektan yang menusuk hidung. Ibunya kecanduan obat-obatan karena dokter yang disuap Anwar sembarangan meresepkan obat, sehingga dia selalu memiliki kesan buruk terhadap dokter mana pun. Dia pun berkata dengan nada dingin, "Siapa yang bilang harus berbicara?"Arya menoleh dan menatap Rensia. "Nona besar, apa mungkin mereka pakai telepati?"Rensia menyipitkan matanya dan menatap Rensia dengan tatapan dingin.Arya langsung tertegun dan berpikir semua saudaranya Jason memang memiliki satu kesamaan, yaitu suka menatap orang sambil menyipitkan mata dan membuat orang merinding. Namun, dia merasa dia tidak pernah menyinggung Rensia.Rensia yang malas menanggapi pun langsung melewati Arya dan menunjuk ke layar. "Kalian nggak menyadari ada yang aneh?"Jason dan Landon langsung terdiam. Sejujurnya, semua pria merasa tidak tertarik terhadap adegan di rekaman selama beberapa menit itu. Rekamannya hanya berisi adegan minum kopi, makan kue, memperbaiki riasan, dan merapikan ram
Setelah Jason berkata rasanya lumayan bagus, wajah Janice langsung terasa panas dan ingin mencari lubang untuk bersembunyi. Namun, dari sudut matanya, dia melihat Norman yang dari tadi hanya berdiri di samping dan tidak mengatakan apa pun. Dia langsung bertanya, "Norman, luka di tubuhmu terasa sakit ya?""Bukan."Setelah menjawab, Norman yang tersadar kembali pun menganggukkan kepala saat menyadari Jason sudah datang. "Pak Jason.""Lukamu sudah membaik?" tanya Jason."Hanya luka kecil," jawab Norman."Istirahatlah dengan baik selama beberapa hari ini," kata Jason yang tahu Norman sedang memaksakan diri. Namun, dia tidak mengungkapkan itu, malahan menatap ke arah ruang operasi.Semua orang juga menoleh ke arah ruang operasi dan suasana yang tadinya sempat merasa hangat pun langsung menjadi tegang kembali. Meskipun sudah mengalihkan topik pembicaraan, tetap teras ada yang kurang selam Zion masih belum keluar dari sana.Entah sudah menunggu berapa lama, Landon akhirnya kembali dengan setu
Janice kebingungan karena segala hal tentang Yosep dan Leah adalah hasil karangan paparazi, tidak ada yang tahu bagaimana kenyataannya. Bahkan kata turut berduka cita itu pun adalah kata-kata yang diucapkan Leah padanya dengan tanpa suara.Melihat ekspresi Janice yang serba salah, Jason merasa lucu dan ekspresinya yang dingin pun lebih mereda. "Kata-kata Nyonya Verica tadi sangat aneh?"Janice langsung menggigit bibirnya. "Kamu juga merasa begitu? Aku kira kamu melarangku mengatakannya karena ....""Karena Leah?" tanya Jason sambil menundukkan kepalanya.Janice langsung terdiam dan berpikir memang tidak ada yang bisa disembunyikan dari Jason.Jason menggenggam tangan Janice dan berbisik, "Kata-kata Nyonya Leah tadi sengaja untuk memancing emosimu. Kalau kamu membantahnya di depan umum, orang-orang di sekitarmu pasti akan berpikir kamu ini nggak tahu balas budi. Bagaimanapun juga, Leah masuk rumah sakit demi menyelamatkanmu. Kalau nanti kalian bentrok lagi, kamu yang akan disalahkan."J
Janice menceritakan secara singkat apa yang sudah terjadi.Setelah mengingat kembali penjelasan dari polisi itu, Arya terkejut. "Di dunia ini, mana ada hal yang begitu kebetulan. Kenapa Leah bisa pergi ke Grup Karim? Jason juga nggak ada di sana."Louise mengeluarkan ponselnya untuk mencari sesuatu, lalu menjelaskan, "Kalau yang ini aku tahu. Leah terus menemani Yosep selama beberapa hari ini, mereka terlihat mesra sekali. Dia jelas yakin Pak Jason sudah mati, jadi dia .... Eh? Kenapa topik viral itu sudah hilang?"Saat mengatakan itu, Louise menunjukkan layar ponselnya yang bahkan nama Leah dan Yosep pun sudah tidak muncul di pencarian lagi.Namun, Janice tidak terkejut. "Sekarang Jason sudah kembali, Leah tentu saja harus memikirkan cara untuk menyelamatkan dirinya."Arya menatap ke arah ruang perawatan lainnya yang masih tertutup rapat, lalu menatap Janice. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Janice, maksudmu ...."Janice menganggukkan kepalanya, tetapi ekspresinya terlihat sang
Polisi itu menatap Janice dengan tatapan aneh. "Nona Janice, semuanya harus ada bukti. Arteri dan saraf Nona Leah hampir tertusuk demi menyelamatkanmu. Kalau nggak segera ditangani, mungkin sarafnya akan rusak dan gangguan fungsi motorik. Lebih parahnya lagi, mungkin bisa diamputasi. Jadi, demi kamu atau dia, jangan sembarangan mengucapkan kata-kata yang menyakiti orang."Janice langsung merasa tidak nyaman karena terlihat seolah-olah membalas kebaikan orang dengan kejahatan. Namun, dia tetap tidak menyerah, malahan mengangkat kepalanya dan berkata dengan tegas, "Orang yang ingin membunuhku adalah Fiona yang berhasil melarikan diri dari pengawasan kalian, apa aku salah kalau aku curiga ada yang aneh?""Jadi, sekarang kalian bisa beri tahu aku apa Fiona sempat berbicara dengan Nona Leah sebelumnya?"Setelah tertegun sejenak, polisi itu menjawab dengan profesional, "Nggak, kami semua bisa memastikan mereka berdua nggak bicara satu kata pun."Janice terdiam sejenak, lalu mengalihkan topik