Share

Bab 209

Author: Danira Widia
Meskipun merasa Jason tidak tahu malu, Janice tetap termangu melihat noda darah di tangan itu. Tiba-tiba, Jason menjatuhkan dirinya ke depan.

Janice tanpa sadar menjulurkan tangan untuk memeluknya. Seketika, tercium bau alkohol yang kuat. "Paman, kamu sudah gila ya? Kamu terluka, tapi masih minum alkohol?"

"Ya, soalnya aku merasa nggak nyaman." Dagu Jason menempel dengan dahi Janice. Suaranya terdengar lelah.

Janice bisa merasakan hawa panas pada tubuh Jason. Setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya tetap bersimpati pada Jason. Dia menahan dada Jason dan berujar, "Kamu minum terlalu banyak. Aku bantu kamu telepon Pak Norman."

"Norman sudah pergi."

"Kalau begitu, aku telepon Vania saja. Dia pasti bisa merawatmu."

Janice tidak ingin melihat Jason. Dia mundur sedikit untuk menjaga jarak. Jason langsung menghalanginya dan menatapnya dengan tatapan suram.

"Perhatian sekali kamu."

Janice tahu pria ini menyindirnya. Dia menggigit bibirnya dan membalas, "Terima kasih atas pujianmu. Aku bantu ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ida Awan
panjangin babnya mb penulis, pendek bgt babnya
goodnovel comment avatar
Fuyoo
seru nih klo misal Vania ternyata hamidun anak Yoshua .........
goodnovel comment avatar
Endah Wati
mbok Yo kalau cintrong ngomong Jason, Vania mau dikemanakan,noh lagi Hamidun tunangan mu, anaknya siapa itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 210

    Hal ini membuat Jason teringat kembali pada ciuman tadi. Tatapannya menjadi makin suram.Janice tak kuasa merinding karena ditatap oleh Jason. Dia mendongak secara naluriah.Tatapan Jason menyapu wajah Janice, lalu akhirnya mendarat pada bibir ranumnya. Dia seolah-olah bisa merasakan masih ada kehangatan yang tersisa di sana. Dia tak kuasa menelan ludahnya."Mulutmu itu cuma bisa diam di situasi tertentu," ujar Jason.Napas hangat Jason mengenai wajah Janice. Janice tentu memahami maksudnya. Saat ini, Janice sontak terpikir pada sesuatu. Matanya dipenuhi amarah."Kamu bohong! Kamu nggak minum alkohol! Mulutmu nggak bau alkohol!""Pintar sekali, tapi ... sudah terlambat."Jason menunduk untuk menatap kaki mereka. Janice baru menyadari bahwa mereka telah masuk sejak tadi. Ketika dia menyadari hal ini, Jason sudah mengunci pintu dengan santai. Janice tidak mungkin bisa mengusirnya lagi."Berengsek!" Janice mengambil kunci pintu di atas lemari, lalu melemparkannya kepada Jason. Siapa sangk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 211

    Setiap tindakan Jason membuat Janice menegang. Entah sudah berapa kali dia menelan ludahnya saking gugupnya.Jason menyunggingkan bibirnya sambil melirik Janice dan bertanya, "Masih mau kuajari?"Begitu mendengarnya, Janice langsung tersadar dari lamunannya. Dia berpura-pura tenang sambil menyahut, "Nggak usah. Kamu sakit, aku seharusnya menjagamu.""Jangan bicara omong kosong." Jason memicingkan matanya.Janice menggigit bibirnya, lalu segera melepaskan kancing kemeja Jason. Terlihat otot yang kekar sekaligus proporsional, belum lagi sabuk Apollo yang membuatnya makin seksi.Janice menarik napas dalam-dalam dan mengalihkan pandangannya. Di sisi lain, Jason malah mendekatinya dan menggoda, "Cepat sekali kamu membuka kancing kemeja. Kamu pernah bantu siapa membuka kancing kemeja selain aku?"Tidak ada emosi apa pun pada ekspresi Jason, seolah-olah ini adalah sesuatu yang biasa. Namun, Janice malah makin gugup."Nggak ada," sahut Janice dengan suara rendah."Yoshua?" Jason seolah-olah ti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 212

    Kenapa Jason tidak pernah mengatakannya? Pikiran Janice menjadi kacau. Pertama perubahan Yoshua, sekarang rahasia Jason. Sebenarnya siapa yang tulus dan hanya berpura-pura?Janice memandang luka-luka itu, lalu menggigit bibirnya dan bertanya, "Paman, ayahmu sering menghukummu seperti ini?""Aku nggak bodoh," timpal Jason dengan tidak acuh."Kalau begitu, kapan saja kamu akan dihukum seperti ini?""Kalau ada yang nggak pakai otaknya waktu bertindak."Janice tahu Jason mengatakan dirinya. Jason yang begitu licik seharusnya tahu cara melindungi diri sendiri. Lantas, kenapa dia ....Ketika Janice masih merenung, Jason tiba-tiba menoleh dan memanggil, "Janice.""Hm?" "Sudah cukup pegangnya?"Begitu mendengarnya, Janice sontak tersadar dari lamunannya. Dia mendapati satu tangannya masih mengelus punggung Jason.Janice buru-buru menarik tangannya, lalu menunduk dan mencari obat di kotak P3K. "Eee ... kamu memang berdarah, tapi cuma robek sedikit. Aku oleskan obat. Tapi, aku bukan dokter prof

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 213

    Janice terperangah. Namun, akal sehatnya segera menyadarkannya. Dia dan Jason? Itu tidak mungkin!Sekarang, tidak ada anak ataupun paksaan pernikahan di antara mereka. Yang ada hanya kebencian! Apalagi, Vania tidak membawa anaknya kabur.Sekujur tubuh Janice terasa dingin, seolah-olah jatuh ke lubang es. Dia menggigit bibirnya sebelum berkata, "Paman, kalimat seperti ini seharusnya diucapkan untuk pacarmu. Aku bantu kamu perban lukamu. Kalau ada waktu, pergi cari pacarmu."'Temui Axel, putra kesayanganmu untuk yang terakhir kalinya. Mungkin, dia sudah jadi gumpalan darah,' batin Janice.Ketika mengetahui Vania ingin menggugurkan kandungannya saat itu, Janice hanya terkejut tanpa bersimpati sedikit pun. Makanya, dia tidak berniat mengabari Jason. Tidak ada gunanya bagi Janice sekalipun Jason menghentikan Vania.Lagi pula, anak jahat itu memang seharusnya menjadi genangan darah yang masuk ke selokan. Anak itu sama jahatnya dengan ibunya. Karena kesehatan Janice kurang baik, dia terus men

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 214

    Setelah mendengar pertanyaan Janice, para rekan kerja juga merasa penasaran."Ya. Kamu sakit apa? Kalau penyakit menular yang lagi viral itu, nggak mungkin sembuh secepat ini.""Selain itu, kamu nggak terlihat seperti orang sakit. Rona wajahmu sangat bagus."Vania buru-buru menunduk. Namun, dia segera menyunggingkan senyuman tenang. "Bukan penyakit parah, cuma demam biasa. Jason yang terlalu berlebihan. Dia khawatir aku kenapa-napa, makanya terus menjagaku.""Dia terus menjagamu?" Janice menatap Vania dengan tatapan ragu.Setelah mendengarnya, Vania sontak menjadi berminat. Dia bergegas datang ke hadapan Janice, lalu pura-pura tidak sengaja meraba kalungnya."Ya, dia sayang sekali padaku. Dia nggak bisa melihatku sakit. Kamu cemburu ya? Cepat cari pacar kalau begitu. Tapi, seharusnya nggak ada pria seperti Jason di dunia ini."Nada bicaranya terdengar lembut, tetapi tatapannya yang tertuju pada Janice dipenuhi ejekan, seolah-olah mengatakan bahwa kecemburuan Janice tidak ada gunanya ka

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 215

    Setengah jam kemudian, staf kafe itu memasuki studio dengan membawa kantong kertas. Demi menjaga sopan santun, seorang rekan kerja memberikan kopi pertama kepada Vania. "Vania, kamu minum dulu. Rasanya benaran enak lho!"Vania menatap cangkir kopi di depannya dengan gugup. Dari sudut matanya, dia bisa melihat Janice sudah mengambil kopinya dan menyesap dengan ekspresi puas. "Hm ... enak sekali."Vania hanya bisa menyesap dengan perlahan. Setelah menahannya di dalam mulut untuk sesaat, dia baru menelannya. "Ya, memang enak."Seorang rekan kerja yang tidak menyukai Vania tiba-tiba menyindir, "Kenapa cuma minum sedikit? Kamu nggak suka kopi pilihan kami ya?"Vania selalu mempertahankan citra anggun dan ramah. Makanya, dia punya banyak penggemar di internet. Di kehidupan lampau, dia mengelabui orang-orang yang tidak tahu kebenarannya sehingga banyak yang berdiri di pihaknya.Namun, kini jika Vania berani menunjukkan kebenciannya sedikit saja, para rekan kerjanya akan langsung menyebarkan m

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 216

    Menurut tebakan Janice, itu mungkin bukan anak Jason. Makanya, Janice mencari tahu tentang teman pria Vania. Sayangnya, belum ada perkembangan apa pun sampai sekarang. Namun, Janice makin yakin saat melihat Vania begitu takut.Selama empat hari selanjutnya, Vania selalu merias diri dengan cantik dan menghilang tiba-tiba. Sementara itu, Janice selalu membuntutinya dan mendengar rintihan kesakitan. Menurut dokter, sepertinya aborsi Vania gagal.Vania bertahan dua hari lagi sebelum akhirnya tidak tahan dan meminta izin mencari dokter. Ketika melihat ini, Janice pun ikut keluar dengan alasan harus mengantar barang.Vania mencari dokter yang meresepkannya obat sebelumnya. Supaya tidak ada yang melihat, dia memilih jam siang saat rumah sakit sedang sepi.Namun, sebelum memasuki ruangan, Vania tiba-tiba menerima panggilan. Dia sontak terperangah. "Apa katamu? Kamu yakin? Oke, aku sudah tahu."Vania menggertakkan giginya sambil mengakhiri panggilan. Ketika menurunkan tangannya, dia berbalik da

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 217

    Edrick sedang bersiap-siap untuk konsultasi sore, tetapi ekspresinya terlihat sangat gugup. Seorang dokter kebetulan lewat dan meliriknya. "Dokter Edrick, kenapa nggak pergi makan siang ini? Aku juga nggak melihatmu di ruanganmu tadi. Kamu ke mana?"Edrick terkejut. Barang di tangannya sampai jatuh. Dia tersenyum canggung dan menyahut, "Aku ke ruang operasi tadi untuk buat persiapan.""Kamu masih perlu membuat persiapan untuk operasi kecil?" Di zaman sekarang, aborsi tanpa rasa sakit ini tidak bisa disebut sebagai operasi lagi."Pasien agak takut, jadi aku ngobrol sebentar dengannya." Edrick masih tersenyum, tetapi dahinya berkeringat. Dokter itu pun tidak curiga dan hanya mengangguk sebelum berjalan pergi.Pada saat yang sama, Janice meninggalkan kerumunan. Dia bergegas mengikuti Vania. Vania sedang lemas sehingga baru meninggalkan gedung rumah sakit.Demi membuktikan spekulasinya, Janice mempercepat langkah kakinya. Namun, sebelum mendekat, tiba-tiba seorang pria menarik lengan Vania

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 760

    [ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 759

    Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 758

    Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 757

    "Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 756

    Setelah bertemu dengan pemilik penginapan, Janice mengatakan bahwa dia ingin menginap dulu di penginapan tersebut.Pemiliknya tampak ketakutan karena insiden bunuh diri wanita sebelumnya. Melihat Janice datang sendirian, tatapannya pada Janice terlihat aneh. Bukan karena nafsu, melainkan karena takut Janice mati di penginapannya tanpa ada yang tahu.Pemilik penginapan pun berbaik hati mengajak Janice tinggal di properti lain miliknya yang tidak dekat dengan pantai.Saat memberikan kunci, dia bahkan menasihati, "Kamu masih muda dan cantik, harus bisa move on. Di dunia ini masih banyak pria."Janice sudah berkali-kali menjelaskan bahwa dia tidak ada niat bunuh diri, tetapi si pemilik tetap tak percaya.Keesokan harinya, setelah Janice menandatangani kontrak sewa, dia baru percaya bahwa Janice memang serius menyewa tempat itu. Dia bahkan bersikap sopan dan mengajak Janice sarapan bersama.Setelah sarapan, Janice mulai menjelajah layaknya seorang turis. Saat waktu di luar negeri sudah sama

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 755

    Pada suatu liburan musim panas, Ivy tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas. Kebetulan saat itu Janice jatuh sakit parah. Pengobatannya menghabiskan banyak uang.Ivy menangis sepanjang malam. Sebelum fajar menyingsing, dia sudah menggandeng Janice berdiri di pinggir jalan tol menunggu kendaraan.Dia bahkan bersumpah tak akan membiarkan siapa pun menemukan mereka. Namun, setelah kabur seminggu, lokasi mereka terdeteksi karena tempat penginapan.Zachary pun menjemput mereka pulang. Kalau diingat sekarang, Janice ingin tertawa.Saat sedang tenggelam dalam kenangan, sebuah bus besar berhenti di depannya. Katanya ada pemeriksaan sebelum masuk tol, tetapi orang-orang di sekitar sudah naik dan memasukkan barang ke dalam bagasi.Janice sendiri tak punya tujuan tertentu. Yang penting bisa membawanya keluar dari Kota Pakisa.Dia menarik masker dan ikut naik ke dalam bus. Setelah membayar, dia memilih tempat duduk kosong secara acak.Tak disangka, penumpang dalam bus itu cukup ramai meskipun ha

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 754

    Rachel mencengkeram baju Jason seolah-olah menggenggam cahaya terakhir dalam hidupnya. Sampai akhirnya, Jason perlahan menunduk dan mendekatinya.Air mata berlinang di wajah Rachel, seberkas harapan terpancar dari tatapannya. Rachel yakin, Jason tidak akan meninggalkannya begitu saja.Namun, detik berikutnya, hatinya seakan-akan tenggelam ke dalam danau es.Jason menggenggam tangannya, melepaskannya satu per satu. Suaranya datar, dingin seperti es. "Aku akan menemanimu sampai akhir. Hanya itu. Itu adalah utangku padamu."Rachel menatap tangannya yang terlepas perlahan. Air matanya jatuh makin deras. Dia tak sanggup menerima. Benar-benar tak sanggup.Karena tahu hidupnya tidak akan lama lagi, dia makin terobsesi pada apa yang benar-benar dia inginkan. Sekarang, satu-satunya yang dia pedulikan hanyalah Jason.Mau itu egois, mau itu obsesi, dia hanya ingin Jason tetap bersamanya. Dengan tidak rela, Rachel kembali menarik Jason dan akhirnya mengucapkan alasan sebenarnya kenapa Jason bersed

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 753

    Sebelum dia sempat berbicara, lengannya sudah lebih dulu dicengkeram erat oleh pria itu. Dengan suara benturan keras, sepanci sup hangat yang baru saja matang langsung tumpah.Tatapan Jason tajam, jemarinya menegang, matanya merah, auranya penuh kemarahan dan niat membunuh. "Kenapa kamu harus mencarinya?"Rachel mendongak dengan kesakitan, menatap pria yang mengerikan itu dengan air mata mengalir. "Jarang sekali aku melihatmu sepanik ini. Kamu marah? Kalau marah, lampiaskan saja padaku!"Melihat air matanya, Jason seperti melihat kutukan yang memaksanya melepaskan cengkeramannya. Namun, Rachel malah menangis semakin keras. Dia melangkah pelan, ingin mendekatinya.Jason justru mundur dua langkah, menghindari sentuhannya. Mata hitam legamnya redup, seperti tenggelam dalam kabut yang hening, memandang Rachel seperti menatap laut tanpa gelombang.Rachel terisak-isak. "Kamu bahkan nggak mau marah padaku? Kenapa kamu rela melakukan apa saja demi dia?""Kakakku bantu Janice cari apartemen, la

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status