Semua ini adalah ucapan Malia. Kemudian, Malia yang menggila langsung berdiri dan berseru tanpa memedulikan lukanya, "Matikan! Semua itu palsu! Janice fitnah aku!"Janice menegaskan, "Aku bisa menyuruh ahli untuk mengidentifikasi rekaman suara ini. Jadi, kita bisa buktikan ini memang suara Malia atau bukan."Tiba-tiba, seseorang menceletuk, "Aku juga bisa buktikan ucapan Janice memang benar."Orang itu adalah Amanda yang sebelumnya mendesak Janice untuk menyanjung Howard. Amanda melirik Bella yang gemetaran, lalu mendengus. Dia maju dan melanjutkan, "Aku punya bukti Malia sudah mengincar Pak Howard sejak awal. Sekarang kita lihat layar."Rekaman kamera pengawas yang digunakan Malia untuk membuktikan dirinya tidak bersalah diputar di layar. Tampak jelas Malia sengaja jatuh di depan Howard dan dia memandang Howard dengan penuh cinta. Bahkan, bukti ini diserahkan Malia dan lainnya.Semua orang paham setelah melihat bukti. Mereka sama sekali tidak kasihan pada Malia lagi.Malia tertegun. D
Seolah-olah baru melihat penyelamatnya, Howard buru-buru menimpali, "Iya, betul. Pantas saja aku nggak mengingat semua ini. Pasti Janice sengaja membuat aku mabuk saat acara makan itu dan memancingku berkata begitu. Mana bisa ini dijadikan bukti?"Hati Janice terasa berat. Bibirnya terbuka, tetapi tidak ada yang diucapkannya. Seolah-olah sesuatu yang tak terlihat sudah membekukan suaranya.Rencana Janice kurang matang. Dia sudah menduga Howard akan menyangkal, tetapi dia tidak menyangka pria itu akan menggunakan alasan seperti ini.Yoshua perlahan turun dari panggung dan menghampiri Janice. Dia mengulurkan tangan padanya dan berkata, "Janice, aku yakin kamu nggak mungkin mencuri. Pasti ada kesalahpahaman di sini. Percaya padaku, aku akan membantumu."Yoshua berpura-pura mengalah untuk menyerang. Janice memelototinya dengan marah, tetapi pria itu tetap tersenyum.Tatapan Yoshua menyapu wajah Janice. Ketika matanya akhirnya tertuju pada syal di leher gadis itu, dia sedikit mengernyit.Yo
Pasangan itu bergegas maju tanpa dihalangi siapa pun. Saat melihat Malia yang terduduk di lantai, mereka langsung melontarkan sumpah serapah."Anak sialan! Pantas saja kamu selalu susah ditemui, rupanya kamu melakukan hal seperti ini di luar! Memalukan sekali!" umpat wanita paruh baya itu sambil menjewer telinga Malia.Malia mengaduh kesakitan dan berkata dengan panik, "Bu, lepaskan aku, jangan bikin ribut di sini. Kita bicara di luar saja!""Buat apa keluar? Kamu nggak boleh ditiduri orang begitu saja. Adikmu masih menunggu dana darimu buat menikah! Sekarang kamu nggak berharga lagi. Pria ini harus tanggung jawab!" marah wanita paruh baya itu.Kemudian, wanita itu menoleh ke arah Howard dan melanjutkan dengan galak, "Ternyata kamu orangnya. Tua bangka sialan! Sudah setua ini, kamu masih berani main-main dengan gadis muda! Biar kuperingatkan, kalau kamu nggak beri kompensasi, kamu nggak akan kuampuni. Video ini sudah tersebar di internet!"Setelah itu, ayah Malia mengambil sabit yang d
Yoshua menghampiri Janice dengan raut muram. Sama seperti sebelumnya, dia berkata dengan nada terhina, "Janice, apa kamu juga mentertawakanku dalam hati? Pada akhirnya, lagi-lagi dia yang menang.""Yoshua, apa kamu selalu berprasangka buruk sama orang lain?" tanya Janice dengan dingin."Kamu ... kamu panggil aku apa?" ujar Yoshua. Dia tertegun menatap Janice."Yoshua," ulang Janice.Yoshua berucap, "Janice, jangan begini. Aku hanya ....""Waktu melihat syal di leherku, kamu berniat menggunakan masalah ini untuk menekan Paman, 'kan? Berhenti bilang kalau kamu menyukaiku, oke? Aku nggak tahan," potong Janice. Usai berkata begitu, dia langsung pergi.Sorot mata Yoshua menjadi sangat kelam. Dia mencekal pergelangan tangan Janice, mencegahnya pergi."Janice, jangan bicara seperti ini padaku. Kamu tahu gimana perasaanku padamu," ucap Yoshua.Janice berusaha melepaskan tangan Yoshua, tetapi cengkeraman pria itu malah kian erat. Masih ada banyak tamu yang berlalu-lalang. Berdebat dengan Yoshua
"Kita bicarakan di dalam," sahut Jason."Nggak perlu, nggak ada yang bisa dibahas di antara kita," ujar Janice dengan keras kepala.Jason menurunkan rokoknya dan mendekat dengan langkah pelan. Sosoknya perlahan terlihat lebih jelas, tetapi dia belum sepenuhnya meninggalkan kegelapan.Jason berhenti di tengah koridor yang terang dan gelap. Kontras itu menonjolkan fitur wajahnya yang memesona. Dia mendongak, menunjukkan sorot matanya yang dalam.Jason seperti binatang yang tertidur, tetapi selalu siap menerkam mangsanya. Biarpun Janice ingin berlagak kuat, tatapan Jason tetap membuatnya refleks menelan ludah.Jason melirik arlojinya dan berkata, "Tetanggamu akan pulang kerja dalam beberapa menit. Kamu yakin mau bicara di sini?""Dari mana kamu tahu?" tanya Janice terkejut."Aku akan tahu kalau aku mau," sahut Jason dengan tenang.Begitu kata-kata itu terlontar, terdengar bunyi lift turun. Sepertinya seseorang di lantai bawah baru menekan tombol lift. Jantung Janice sontak berdebar kencan
Leher Janice terasa sakit. Kali ini Jason menggigitnya dengan kuat, seolah-olah sedang menghukumnya.Namun, Janice tidak berani bersuara. Dia hanya menarik napas dalam-dalam dan mengepalkan tangan untuk menahan rasa sakit itu.Tiba-tiba, Jason mengurai kepalan tangan Janice dan mengaitkan jari-jari mereka. Gigitan di lehernya juga menjadi lebih lembut.Janice tertegun selama beberapa detik, lalu ketukan tetangga di pintu segera menyadarkannya. Dia meronta dan berkata, "Lepaskan aku.""Syal," ucap Jason."Sudah kubuang," balas Janice."Janice, kamu tahu apa akibatnya kalau bohong padaku," bisik Jason dengan penuh intimidasi."Di dalam tas," ucap Janice dengan suara pelan.Kebohongannya yang terbongkar membuat leher Janice sedikit memerah. Bekas gigitan Jason menjadi lebih kentara dan menggoda. Dia terlihat menawan dengan kelopak mata terkulai dan bibir mengerucut.Janice menggeser tubuhnya dengan canggung, tetapi Jason menahan pinggangnya dengan erat."Jangan gerak," ujar Jason. Hangat
Dengan bukti kuat bahwa Howard telah memfitnah lebih dulu, tindakan kecil Malia dan Vania langsung dapat dijelaskan tanpa ragu. Akun Janice tiba-tiba dipenuhi komentar dari para netizen yang bersimpati.[ Kak, dengar-dengar kamu sahabat baik Malia. Kamu dikhianati ya? Jangan main sama dia lagi. ][ Aku coba susun kembali kronologinya. Kalau nggak ada orang yang bekerja sama dari dalam dengan Pak Howard, nggak mungkin batu safir itu bisa diganti. Kamu harus hati-hati. ][ Kak Janice, aku sebenarnya sudah lama mau bilang, Malia sering bertemu dengan Vania secara diam-diam. Kamu harus lebih waspada. ]Melihat komentar-komentar ini, Janice hampir tersenyum. Jason yang duduk di sebelahnya meletakkan cangkir tehnya dan bertanya dengan nada datar, "Kamu kelihatannya senang banget?"Janice langsung menyembunyikan senyumnya. Dia hampir lupa bahwa Jason masih ada di sini. Mengingat betapa Jason melindungi Vania, dia khawatir pria itu akan berpikir bahwa dialah yang sengaja memfitnah Vania."Jaso
Kepala pelayan memandang Anwar dengan raut bingung. Dia bertanya dengan ragu, "Bukannya kita baru saja menarik orang-orang yang mengawasinya? Dia nggak main trik untuk hamil dan juga nggak mengejar-ngejar Tuan Jason.""Jason adalah anakku, aku mengenalnya. Dia berbohong," jawab Anwar dengan tegas.Kepala pelayan langsung mengangguk. Hanya saja, dia menimpali dengan ragu, "Di pesta perayaan Grup Hariwan hari ini, ada beberapa rumor yang tersebar. Katanya, ada yang lihat Tuan Yoshua saling tarik-menarik secara mencurigakan dengan Janice."Anwar mendengus dingin sebelum berucap, "Saat dia pertama kali datang ke Keluarga Karim, aku sudah nggak suka sama dia. Ternyata dia memang pembuat onar."Kepala pelayan membungkuk, lalu bertanya dengan suara pelan, "Kalau Janice ...."Anwar memicingkan mata dengan tajam, lalu berujar dengan dingin, "Lakukan seperti yang sudah aku instruksikan sebelumnya.""Baik, Tuan," balas si kepala pelayan.....Keesokan paginya, Janice terbangun dan bingung sesaat.
Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti
Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg
Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep
Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu
Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se
[ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la
Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop
Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl
"Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can