"Berdasarkan hasil penyelidikan saat ini, memang nggak ada bukti yang bisa membuktikan Nyonya Verica dan Nona Leah terlibat dalam kejahatan," kata Seto.Mendengar perkataan itu, Janice merasa agak gelisah. "Apa ketiga komputer yang dibawa Pak Bayu sudah diperiksa? Nana mungkin nggak ada jejak sama sekali.""Ada, di dalamnya ada beberapa set buku kas. Nama Nyonya Verica dan Nona Leah hanya muncul di buku kas resmi, semua itu adalah usaha sah Keluarga Azhara untuk menutupi hal-hal tertentu," jelas Seto."Bagaimana dengan galeri seninya Leah? Semuanya terjadi di dua lantai di bawah galeri seni, Leah nggak mungkin nggak tahu," kata Janice."Bayu bilang dia selalu mengusir Leah setiap kali melakukan tindakan itu. Kami sudah mendapatkan catatan perjalanan Leah di luar negeri dan memang benar begitu," jawab Seto sambil meletakkan catatan perjalanan Leah di hadapan semua orang.Janice dan Chelsea langsung mengambil catatan itu dan memeriksanya. Tercatat jelas catatan keluar dan masuknya Leah b
Saat tiba di kantor polisi, Janice terlihat linglung dan seluruh pikirannya hanya dipenuhi percakapan dengan Jason di mobil."Berdasarkan bukti yang ada, nggak ditemukan bukti yang berkaitan langsung dengan tindakan kriminal yang dilakukan Verica dan Leah," kata Jason."Nggak mungkin! Bayu membawa begitu banyak komputer, mana mungkin sama sekali nggak ada jejak di dalamnya," kata Janice."Memang nggak ada," kata Jason lagi."Bagaimana dengan kesaksian dari Sissy dan yang lainnya?" tanya Janice."Hanya ada di rekaman video. Leah dan Verica bersikeras bilang mereka nggak tahu tentang kejahatan yang dilakukan Bayu dan ayahnya. Mereka selalu mengira Sissy adalah orang yang dikirim Bayu sebagai eksekutor," jawab Jason.Ini sungguh konyol, tetapi hal konyol itu memang sedang terjadi. Karena tidak ada bukti langsung, Verica memanggil tim pengacara agar dia dan Leah bisa dibebaskan dengan jaminan. Selain tidak boleh meninggalkan Kota Pakisa, mereka terlihat seperti orang yang tidak bersalah.J
Saat mengungkit Janice dan putrinya, tatapan Jason menunjukkan kelembutan yang belum pernah dilihat Bronton sebelumnya. Sejak kecil, Jason tidak pernah begitu lembut. "Sudahlah, terserah kamu saja. Tapi, urusan Keluarga Azhara ini harus diselesaikan dengan baik. Kali ini banyak orang yang terlibat, takutnya mereka akan diam-diam bersekongkol untuk balas dendam padamu."Jason bangkit dan berkata, "Aku tahu. Kalau begitu, kami pergi dulu.""Tehnya saja belum habis, kamu sudah mau pergi? Apa dia benar-benar nggak bisa lepas darimu?" tanya Bronton dengan kesal."Aku yang nggak bisa lepas darinya," kata Jason.Bronton sudah lanjut usia. Saat mendengar kata-kata yang menggelikan itu, dia pun melambaikan tangan untuk segera mengusir Jason pergi.....Saat Janice sedang asyik berbincang dengan Anna, tiba-tiba, ada tangan yang menyentuh pinggangnya dan membuatnya terkejut.Jason menghela napas. "Sepertinya aku datang di waktu yang salah, kamu sama sekali nggak mengkhawatirkanku."Janice menepuk
Begitu Jason mengikutinya masuk ke ruang teh, Bronton langsung berkata, "Kamu benar-benar mau menikahinya? Kalian berdua sama sekali nggak cocok.""Jadi, aku cocok sama siapa? Vania? Rachel? Bukankah mereka orang yang kalian anggap cocok? Tapi, kalian ada tanya aku cocok atau nggak?" kata Jason yang langsung mengungkapkan isi hatinya dengan tegas, tanpa memedulikan yang lainnya.Bronton ragu sejenak saat melihat reaksi Jason, tetapi dia tetap merasa Janice tidak cocok. "Meskipun kami setuju, Keluarga Karim juga nggak akan membiarkanmu menikahinya. Kamu sudah susah payah sampai duduk di posisi ini, kamu mau semua orang menudingmu?"Jason duduk dengan tegak sambil memutar cincin di jarinya. "Kalau aku sampai begitu mudah ditekan karena mereka menudingku, berarti aku juga nggak akan tahan lama duduk di posisi ini."Ucapan itu langsung membuat Bronton terdiam. Dia menghela napas, lalu duduk dan menuangkan teh untuk masing-masing. "Kamu sudah dewasa, aku nggak bisa mengontrolmu lagi. Tapi,
"Bagus bagus. Nenek peluk dulu," kata Anna.Vega juga menyukai Anna, sehingga dia sama sekali tidak canggung. Dia langsung merangkul leher Anna, bahkan mendekat untuk mencium Anna.Anna langsung tertawa, "Cepat masuk. Jangan berdiri di luar, nanti anak-anak kedinginan.""Baik," jawab Jason sambil mengulurkan tangannya dan hendak menggendong Vega kembali.Namun, Anna menggendong dengan satu tangan dan satu tangannya lagi menarik Bronton untuk masuk ke dalam rumah. "Dasar pria tua aneh. Nanti mana ada anak-anak yang berani dekat denganmu lagi. Cepat masuk.""Perhatikan aturannya," kata Bronton sambil berdecak.Janice menahan tawanya, tetapi Jason tiba-tiba menggenggam tangan Janice. "Kalau ingin makan, makan saja. Kalau nggak ingin, kita pulang dan makan di rumah.""Aku nggak begitu rapuh, nggak apa-apa," jawab Janice yang sudah bisa menebak semua ini sejak awal. Dia bukan orang yang bisa disukai semua orang, apalagi statusnya memang sedikit canggung. Dia merasa wajar saja jika Bronton t
Mendengar suara itu, senyuman Janice mulai berubah. Saat mengangkat kepalanya, dia melihat sepasang suami istri lanjut usia berdiri di sana sambil saling menopang. Meskipun rambut mereka memutih, aura mereka tetap menonjol.Yang pria berdiri dengan tegap.Sementara itu, yang wanita tersenyum dengan lembut dengan garis halus di sudut matanya menambah kesan ramah dan menandakan pengalaman hidup yang matang. Benar-benar kecantikan yang tak terkalahkan oleh waktu. Dia menepuk tubuh suaminya dengan lembut dan berkata, "Dasar keras kepala. Saat nggak lihat Jason, setiap hari selalu memikirkan Jason."Setelah mengatakan itu, wanita itu menatap Janice dari atas ke bawah dengan tatapan yang lembut dan tidak ada penilaian sedikit pun. "Cantik sekali, pantas saja Jason selalu memikirkanmu ....""Bibi," sela Jason dengan canggung.Mendengar panggilan itu, Janice segera melangkah maju dan memberi salam dengan sopan. "Pak Bronton, Nyonya Anna."Mendengar panggilan Janice, bibinya Jason, Anna, langsu