LOGINJanice tahu jika Yosep dan Verica berhasil berkuasa, hal pertama dilakukan mereka pasti menyingkirkan Jason. Orang yang benar-benar perusak hidup orang lain justru yang paling bertahan hidup.Jason yang menangkap ekspresi Janice pun menggigit bibirnya, lalu berkata dengan tenang, "Kami sudah menemukan titik terobosan.""Titik terobosan apa?" tanya Janice."Dokter jantung, Anshon," jawab Jason yang langsung menyebutkan nama asing itu begitu saja.Janice menatap Jason dengan curiga.Jason melanjutkan, "Kamu masih ingat Vinka pernah bilang ada seorang dokter di sisi Senia? Itu dia.""Dia dokter jantung, jadi ...."Saat itu, Janice tiba-tiba memiliki sebuah dugaan yang sangat berani.Jason pun menganggukkan kepalanya. "Tim medis Anwar sudah diganti jadi orang-orangnya Anshon. Lagi pula, namanya kebetulan juga tercantum di data pil itu. Kemungkinan besar, dia adalah salah satu anggota lab itu."Mata Janice membelalak. "Pantas saja dia bisa mendapatkan pil dari lab itu."Jason menambahkan, "
Janice melirik Jason, lalu mencibir, "Ternyata kamu menyerahkan pil itu ke sini."Setelah mengatakan itu, Janice menundukkan kepala dan membaca tulisan di laporan itu. Selama hidupnya, ini pertama kali dia berhadapan dengan istilah yang sama sekali tidak dikenalnya. Istilah-istilah ilmiah di pil itu seolah-olah adalah bahasa dari langit."Apa maksudnya?" tanya Janice sambil menoleh ke arah Seto dengan canggung.Seto menjelaskan, "Rekan-rekan di lab bilang ini adalah pil yang bekerja pada otak.""Nggak masuk akal. Anwar kan punya masalah dengan jantung, kenapa harus minum pil untuk otak?" tanya Janice yang tidak mengerti."Pil ini akan memengaruhi otak dan memicu pelepasan ... zat tertentu yang membuatmu merasa sangat bersemangat. Bahkan tubuh pun nggak akan merasa sakit. Secara keseluruhan, efeknya membuat seseorang merasa senang dan nyaman. Tapi, ini sebenarnya menguras tubuh," kata Seto."Kedengarannya seperti racun," kata Janice.Seto menganggukkan kepala. "Kamu benar. Rekan-rekan d
Bahkan ada orang di kantor polisi itu yang menunjukkan arah untuk Janice dengan ramah. "Pak Jason pergi ke kantornya Pak Seto.""Baik, terima kasih," kata Janice sambil tersenyum, lalu berbalik. Dalam sekejap ekspresinya pun berubah menjadi serius. Dia mengangkat tangan dan hendak mengetuk pintu begitu tiba di depan pintu kantor Seto, tetapi dia malah mendengar suara Jason dari dalam."Sembunyikan dulu masalah ini," kata Jason.Janice tertegun dan bertanya-tanya mengapa harus disembunyikan. Dia sebenarnya ingin menurunkan tangannya, tetapi malah tidak sengaja menyentuh pintu."Siapa?"Seto baru saja selesai bertanya, tetapi pintu sudah dibuka Jason. Begitu melihat Janice, dia langsung tercengang sejenak.Janice langsung bertanya terlebih dahulu, "Masalah apa yang harus disembunyikan?""Bu Janice? Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Seto yang terlihat terkejut."Berarti aku nggak boleh datang?" tanya Janice sambil menatap kedua pria itu.Seto menggigit bibirnya dengan canggung, lalu meno
"Panduwinata?"Mendengar perkataan itu, Janice langsung teringat pada kakak-adik Keluarga Panduwinata. Ternyata memang benar, dia langsung melihat video Jesslyn yang menangis tersedu-sedu begitu membuka ponselnya.Janice melihat apa yang dikatakan Jesslyn benar-benar membalikkan fakta. Apa yang sebenarnya terjadi, dia sendiri paling tahu jelas. Dia tidak menyangka kakak beradik Keluarga Panduwinata ini masih berani bertindak sembarangan, padahal Jason sudah mengetahui segalanya. Dia meraih ponselnya dan hendak menelepon, tak disangka Jason malah menelepon terlebih dahulu. "Jason ....""Itu atas perintahku. Jangan khawatir," sela Jason."Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Janice yang tidak mengerti."Senia dan Yosep sudah nggak bisa duduk diam lagi. Kalau Vinka nggak melakukan sesuatu, akan mudah terbongkar," jelas Jason."Tapi, kalau sudah begitu, bagaimana denganmu?" tanya Janice lagi."Aku akan berputar-putar dulu, memancing Yosep untuk memperlihatkan dirinya," jawab Jason.Janice ber
Jason berpikir padahal Janice tidak melakukan apa pun, tetapi pada akhirnya justru Janice yang harus menanggung seluruh noda yang dibawa oleh orang itu. Dia pun memusatkan pikirannya selama beberapa detik, lalu berkata, "Ayo jalan.""Ya. Vinka baru saja kirim pesan bilang ingin menemuimu," kata Norman."Kembali ke kantor," perintah Jason.....Grup Karim.Jason baru saja duduk beberapa saat, Vinka sudah masuk."Pak Jason," sapa Vinka."Mereka mencarimu?" tanya Jason.Vinka langsung menatap Jason dengan ekspresi seolah-olah berkata tidak ada yang bisa disembunyikan dari Jason. "Ya. Tapi ....""Tapi apa?" tanya Jason langsung."Mereka mengubah pikiran mereka sebelumnya. Mereka berharap aku bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat membesarkan masalahnya," jawab Vinka sambil menatap Jason dengan tatapan yang tidak tahu harus mengambil keputusan apa.Jason memutar cincin di jarinya. Dia menebak alasan Yosep dan Senia mengubah rencana pasti ada hubungannya dengan beberapa orang di lapa
"Kalau memang nggak ingin menyinggung kedua pihak, dia nggak akan bergosip," kata Jason."Jadi, kenapa kamu sengaja menunggu mereka mengatakan hal-hal seperti itu?" tanya Janice yang masih belum begitu mengerti.Jason berkata, "Apa pun yang dilakukan Yosep, semuanya nggak akan berjalan begitu mulus karena kata-kataku tadi. Pada saat itu, siapa yang akan panik?""Tentu saja Yosep," jawab Janice langsung. Namun, pada detik berikutnya, dia langsung mengerti Jason ingin membuat Yosep kehilangan kendali dan menjadi kacau. Kebetulan, itu juga memberi mereka waktu untuk melakukan penyelidikan. Begitu memikirkan soal penyelidikan, kepalanya langsung terasa berat karena terlalu banyak hal yang harus diperiksa sampai tidak tahu harus mulai dari mana.Saat Janice sedang berpikir, ponsel Jason bergetar. Dia melirik layar ponselnya, lalu berkata, "Janice, aku ada urusan yang harus segera ditangani. Aku antar kamu pulang dulu.""Nggak perlu, di depan sana mudah untuk cari taksi. Kamu pergi urus peke







