Share

Bab 40

Author: Danira Widia
"Jason? Jason?" Di luar sana, suara Vania makin dekat.

Sekujur tubuh Janice menegang. Keringat terus bercucuran. Dia sangat panik memikirkan Vania akan memergoki mereka seperti ini.

Vania adalah wanita yang sangat licik dan pintar bersandiwara. Janice yakin Vania tidak mungkin melepaskannya begitu saja. Sementara itu, Jason selalu membela Vania. Dia tidak bisa menang dari mereka!

Janice menahan lengan Jason yang menjamah tubuhnya, lalu memohon, "Jangan begini. Yang kamu cintai adalah Vania."

Janice sedang memperingatkan Jason, berharap bisa membuat pria ini sadar. Siapa sangka, Jason bukan hanya tidak berhenti, tetapi memasukkan tangannya ke pakaian Janice. Sentuhannya sontak membuat Janice merinding.

Jason mendekati wajah Janice, lalu berbisik, "Panggilanmu itu terdengar sangat menggoda."

Janice merasa sangat malu. Di situasi terdesak ini, dia akhirnya menendang pintu. Suara benturan bergema di seluruh ruangan.

Vania pun berdiri di depan pintu. Dia mengetuk pintu dan bertanya, "Jason,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nani O Miteiru?
jujur. aku sengaja ngeskip beberapa chapter dan ternyata jason emang sebrengsek itu. oh astaga aku tidak sabar menunggu dia akan hancur sendirian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 41

    Janice menggigit bibirnya. Sebelum ciuman Jason mendarat, dia sontak berjinjit dan menggigit bekas gigitan itu.Jason sama sekali tidak merasa sakit. Dia hanya berdecak kesal karena terganggu. Meskipun lukanya berdarah lagi, Jason sama sekali tidak keberatan. Namun, saat berikutnya, Janice tidak menggigit lagi, melainkan mengisap darahnya.Mata Jason sontak terbelalak. Rupanya begitu. Janice melepaskan leher Jason, lalu berucap dengan marah, "Sebaiknya kamu pikirkan cara untuk menjelaskan kepada Vania."Jason menatap dirinya di depan cermin. Ketika melihat bekas gigitan itu, dia mengangkat alis dan bertanya, "Kamu manusia atau anjing?"Janice memalingkan wajahnya. Wajahnya tampak agak basah. Tatapannya dipenuhi tekad. Jason yang melihatnya merasa sangat tergoda. Dia menyeka lehernya, lalu memperingatkan dengan suara rendah, "Jauhi Yoshua."Janice tidak berbicara. Jason mengelus dada Janice dan hampir tidak bisa mengendalikan diri."Ya, aku sudah tahu." Janice memang tidak ingin melibat

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   #Bab 42

    Vania tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Jason, lehermu kenapa?"Begitu mendengarnya, Janice langsung bersemangat. Dia ingin melihat bagaimana Jason akan menghadapi pertanyaan wanita yang dicintainya itu.Janice diam-diam memandang ke depan, lalu melihat sepasang mata yang suram. Seketika, dia merasa terancam.Jason menatap Vania, lalu mengusap lehernya dengan santai sambil menyahut, "Nggak sengaja kebentur."Punggung Janice sontak terasa dingin. Pintu akhirnya ditutup. Dia bersandar dengan napas tak beraturan.Di luar kamar mandi, Vania tampak terkejut. Ini pertama kalinya Jason tidak menjawab pertanyaannya dengan serius."Ada masalah?" tanya Jason sambil menunduk. Rambutnya yang berantakan mengenai dahinya, membuatnya terlihat agak nakal."Nggak ada." Vania tersenyum patuh, lalu berbalik dan keluar.Suara langkah kaki yang tergesa-gesa menunjukkan betapa gusarnya dia. Dia yakin suara yang didengarnya tadi bukan ditimbulkan oleh Jason. Ada seseorang di dalam kamar mandi dan Jaso

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 43

    Janice kembali ke kampus. Dia menerima pesan dari Hamdan yang menyuruhnya untuk mengumpul draf desain. Janice pun segera menuju ke ruang kantor.Selain peserta dari tingkatan lain, ternyata ada Vania juga di sini. Sebenarnya setiap tingkatan hanya boleh diwakili satu kontestan. Namun, tingkatan mereka yang sudah hampir lulus ini justru mendapat dua kuota. Ini karena Jason punya kuasa besar.Janice maju. Sebelum dia berbicara, Hamdan sudah menegur, "Janice, cuma kamu yang belum kumpul drafnya. Jangan membuatku repot. Asal kamu tahu, Vania orang pertama yang kumpul.Vania tersenyum rendah hati mendengarnya. Janice tahu kelicikan Vania. Jika mereka berdebat, Vania akan mulai bersandiwara. Dia tidak ingin orang-orang melihat drama Vania.Janice berujar dengan tenang, "Maaf. Pak. Aku akan menunjukkannya sekarang."Janice membuka tasnya, lalu mengeluarkan buku gambarnya. Begitu dibuka, isinya kosong! Draf yang diselipnya di dalam hilang!Ketika Janice termangu, Vania sontak merebut buku gamb

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 44

    Ketika Janice hendak kembali ke asrama, tiba-tiba Norman menghalanginya dan berkata dengan sopan, "Nona, Pak Jason menunggumu di mobil. Tanganmu harus diperiksa."Janice tersenyum sinis. "Bukannya dia senang kalau tanganku lumpuh? Dia nggak perlu repot-repot membuatku didiskualifikasi dari kompetisi lagi, 'kan?"Norman tidak memahami maksud Janice. Dia hendak membujuk, "Nona, Pak Jason ....""Kalau dia senggang, suruh dia temani pacarnya saja. Jangan sampai hubungan mereka retak nanti. Aku masih punya urusan. Dah!" Janice langsung berjalan melewati Norman.Namun, Norman buru-buru mengadang lagi. "Pak Jason menunggumu di mobil." Hanya perkataan singkat, tetapi mengandung ancaman.Janice tahu Norman akan terus mengganggunya jika dirinya menolak. Dia menarik napas sebelum berucap, "Ya sudah."Norman mengangguk, memberi isyarat tangan mempersilakan. Janice mengikutinya naik ke mobil. Ketika naik, dia tidak memperhatikan ada sosok yang menghampiri dengan senang di sekitar sana. Namun, begit

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 45

    Jason berdiri di pinggir jendela dan membuka jendela. Dia menyodorkan sebatang rokok kepada temannya, lalu menyalakan rokoknya.Dokter itu menerima, tetapi tidak merokok. Dia menatap Jason sambil bertanya, "Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa kamu sampai menemaninya? Kamu saja nggak menemani Vania saat dia terluka. Aku pernah melihatmu keluar dari bangsal lain pagi-pagi. Kamu menemani wanita itu?""Ya." Jason mengiakan.Dokter itu terkesiap. Dia buru-buru mendekat, lalu melihat bekas merah di leher Jason. Awalnya dia tidak percaya, tetapi sekarang dia melongo. Jason? Cupang? Mustahil!Jason dan Vania berpacaran tiga tahun. Jangankan cupang, dokter itu bahkan tidak pernah melihat mereka bergandengan tangan.Jason dan dokter ini adalah teman SMA. Karena kurang pintar dalam jurusan keuangan, dia memilih jurusan kedokteran. Alhasil, dia mendapati jurusan kedokteran jauh lebih mengerikan. Kini, selain menjadi dokter rumah sakit, dia juga dokter pribadi Jason. Dia tahu betul kondisi fisik Ja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 46

    Vania memandang Janice dengan mata berkaca-kaca sambil berkata, "Maaf, Janice. Kamu duluan saja. Aku bisa tahan kok."Vania menggigit bibir. Air mata terus berlinang. Tatapannya terus melirik ke arah Jason. Janice pun maju. Tiba-tiba, sebuah tangan menahan bahunya. Terlihat cincin merah yang berbahaya itu."Biarkan Vania masuk dulu," ucap Jason dengan dingin. Janice pun menoleh menatapnya.Vania menatap Jason dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu berujar, "Terima kasih, Jason. Aku ... agak lemas. Apa kamu bisa bantu aku?"Jason maju dan menggendong Vania ke ruang pemeriksaan. Janice hanya bisa melihat pintu pelan-pelan tertutup. Sementara itu, Vania menoleh dan tersenyum kepada Janice.Jason tidak pernah berubah. Pria ini selalu memprioritaskan Vania. Janice sontak membuang daftar pemeriksaan itu ke tong sampah, lalu berjalan pergi.Tangannya sudah sembuh sejak awal. Janice membalut perban hanya untuk menipu Malia dan Vania. Dia melakukan pemeriksaan juga untuk mengelabui Jason. Namu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 47

    "Kalau kalian nggak percaya, coba cubit pipiku," sahut Janice sambil mengunyah daging.Salah satu teman hendak mencubit, tetapi teman lainnya segera menahannya."Janice, terima kasih sudah datang. Dulu kamar kita sangat sempit. Kita sampai iri dengan kamar mahasiswi lain.""Ya. Kamu juga terus bersama Malia. Padahal, Malia itu ... hais ....""Lupakan saja. Ayo, kita makan," sela teman yang satu lagi.Janice menatap mereka, lalu tersenyum sambil berkata, "Aku tahu kalian mau bilang apa. Aku seharusnya berterima kasih pada kalian.""Eh? Kenapa?" Teman-teman Janice kebingungan mendengarnya."Aku memercayai orang yang salah, tapi kalian masih mau mengajakku makan. Terima kasih," ucap Janice. 'Terima kasih juga karena kalian membantuku di kehidupan lampau.'"Baguslah kalau kamu sadar. Malia membuat kunci duplikat kamar kita. Dia sering datang saat kamu nggak ada. Dia bilang kamu mengizinkannya, jadi kami nggak berani melarangnya.""Selain itu, dia selalu pura-pura menyedihkan dan miskin. Du

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 48

    Janice menatap teman terakhir. Teman itu panik dan bertanya, "Gimana denganku?""Kamu ... terserah kamu." Janice merasa pusing. Kepalanya sontak membentur meja karena sudah mabuk. Ketika melihat ini, ketiga teman itu pun tergelak."Aku baru tahu Janice bukan cuma cantik, tapi juga lucu.""Kalau bukan karena Malia, mana mungkin Vania jadi primadona kampus?""Eh, sudah jam 8.30 malam. Cepat balik ke asrama."Ketiga teman itu memapah Janice pulang. Janice bersandar di tubuh mereka. Dia tidak kehilangan kesadaran. Dia merasa sangat nyaman bersama mereka.Mereka mengobrol dan bercanda dengan bahagia. Angin musim gugur yang seharusnya dingin menjadi hangat.Tiba-tiba, salah satu teman mendongak dan berseru, "Wah! Bintang malam ini indah sekali!"Janice dan lainnya pun ikut mendongak. Langit malam ini terlihat sangat terang karena bulan dan bintang. Jika dilihat dari dahan pohon, bulan dan bintang seolah-olah tergantung di dahan. Sepasang mata bintang dan mulut bulan sabit, dedaunan terlihat

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status