Rachel kembali ke tempat tinggalnya dalam keadaan linglung.Begitu Rachel duduk, Elaine segera menyerahkan segelas air hangat ke tangan Rachel. "Rachel, kamu masih ingin terus bersabar? Pak Jason bahkan mengorbankan hubungan dengan ayahnya demi dia, bagaimana dengan kelak?"Mendengar perkataan itu, tangan Rachel yang memegang gelas pun mulai bergetar. Dia menundukkan kepala dan berkata, "Kalau Janice sudah pergi ke luar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Elaine langsung merasa kesal. "Kamu pikir semuanya akan berakhir kalau Janice sudah pergi ke luar negeri? Apa kamu lupa bisnis Keluarga Karim tersebar di berbagai negara? Perjalanan dinas bisa berlangsung dari sepuluh hari sampai setengah bulan. Kalau kamu nggak ada, siapa yang bisa menjamin apa yang akan terjadi?""Sudah cukup! Bibi, jangan bicara lagi," kata Rachel sambil meletakkan gelasnya dengan keras dan ekspresinya terlihat makin muram.Melihat situasi itu, Elaine mengernyitkan alis. Dia merasa agak kesal, tetapi dia tetap b
Anwar berdiri dengan tegap dan ekspresinya terlihat serius. "Bu Elaine, kalau kamu sudah berbicara seperti ini, kamu pasti punya rencana, 'kan?""Ya," jawab Elaine sambil tersenyum sinis.....Tiga hari kemudian.Saat pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan ulang, Janice melihat lima ikan emas di kantor Arya yang berenang dengan lincah.Melihat ikan-ikan itu, Arya menghela napas dan berkata, "Mau bawa satu buat masak dengan sambal?"Janice mencibir, "Kalau mau makan, kenapa nggak kamu dulu yang makan?""Aku nggak mau ribut dengan dia," jawab Arya dengan santai sambil menundukkan kepala dan memeriksa laporan medis.Janice tahu Arya adalah orang yang lembut hati. Saat menunggu Arya selesai memeriksa pasien, dia sempat mengobrol sebentar dengan perawat di luar dan baru tahu Arya pernah dikejar pasien yang terlalu percaya takhayul. Saat itu, Zion yang membantu Arya dan bahkan hampir ditikam.Landon juga pernah mengungkit Zion bukan hanya murid yang disponsori ayahnya, tetapi seorang yatim p
Setelah meninggalkan rumah sakit, Janice langsung naik taksi menuju cabang perusahaan Grup Luthan. Dia melihat jam tangannya karena Landon ada rapat yang berlangsung sekitar dua jam pada sore harinya. Dia datang tepat waktu, tetapi dia sengaja menunggu lima menit baru mengirim pesan pada Landon.[ Rapatnya sudah selesai? ]Hanya dalam beberapa saat, Landon langsung membalas.[ Hampir selesai. Ada apa? ]Janice membalas sambil tersenyum.[ Datang menjemput pacar pulang kerja. ]Setelah mengirim pesan itu, Janice mengirim fotonya dengan latar gedung perusahaan pada Landon.Melihat foto itu, Landon langsung membalas.[ Aku segera ke sana. ]Janice tersenyum saat melihat balasan pesan itu, lalu mengangkat kepalanya dan menikmati langit senja yang indah.Beberapa saat kemudian, Landon sudah keluar dari gedung. Dia langsung meraih tangan Janice untuk mengecek suhunya dan berkata, "Kenapa nggak tunggu di dalam?"Janice baru saja ingin menjawab, tetapi dia secara refleks menarik kembali tangan
Setelah itu, Janice melihat jam tangannya. "Sudah hampir waktunya, ayo kita naik ke lantai atas.""Ya," jawab Landon.Setelah itu, keduanya berbalik dan menuju eskalator. Namun, baru berjalan beberapa langkah, mereka sudah mendengar suara yang familier dari arah belakang."Kak Landon.""Pak Landon."Saat itu, Janice tidak menyangka bisa bertemu dengan Rachel dan Fiona di tempat ini.Rachel terlihat jauh lebih sehat daripada sebelumnya dan tetap ramah terhadap Janice.Namun, Janice yang merasa agak canggung hanya bisa tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Tepat pada saat itu, dia malah melihat tatapan Fiona yang meremehkan. Dia malas meladeni Fiona, sehingga dia pun menatap Landon yang berdiri di sampingnya.Landon mengernyitkan alis dan berkata, "Kamu baru agak sembuh, kenapa sudah keluar lagi?""Ini demi urusan acara pernikahan. Pengelola acaranya bilang dekorasi bunganya harus ditentukan sekarang, tapi Pak Jason mana mungkin mengerti hal seperti ini. Jadi, aku send
Saat Janice masih sedang menatap tiket film, pemeran utama wanitanya tiba-tiba berteriak. Tangannya langsung bergetar karena terkejut, ponselnya akhirnya terjatuh ke lantai dan layarnya langsung mati. Sialnya, ponselnya malah terjatuh tepat di samping kaki orang di sebelahnya.Janice meminta maaf dengan pelan. "Maaf, bisakah kamu geser kakimu sedikit? Ponselku jatuh, sebentar saja."Orang itu tidak menjawab, tetapi kakinya yang panjang bergeser sebentar.Janice segera jongkok karena tidak berani berlama-lama dan meraba lantai untuk mencari ponselnya. Namun, keadaan di dalam bioskop sangat gelap, tangannya akhirnya tidak sengaja menyentuh kaki orang itu. Dia tidak berani mengangkat kepala karena merasa canggung.Namun, orang itu tiba-tiba menggerakkan kakinya dan mencondongkan tubuh ke arah Janice, lalu bertanya, "Perlu aku bantu mencarinya?"Begitu mendengar suara itu, Janice langsung mengangkat kepalanya. Wajah orang terlihat samar karena keadaan di dalam bioskop gelap, tetapi sepasan
"Siapa yang ingin minum bekas kamu?" kata Janice, lalu sengaja mengeluarkan teh susu lainnya yang masih belum dibuka dan menggoyangkannya di depan Jason dengan maksud menantang.Tepat pada saat itu, layar menjadi terang sejenak, sehingga Janice melihat Jason sedang tersenyum. Dia langsung bertanya-tanya mengapa Jason tersenyum.Saat Janice meminum teh susu miliknya, pasangan di sampingnya berbisik."Film dan teh susu untuk pasangan, hari ini kamu senang, 'kan?""Senang, tapi film ini sangat menjijikkan. Bajingan mana yang sudah merekomendasi film ini untuk pasangan?"Saat mendengar teh susu pasangan, Janice secara refleks melihat gelas di tangannya dan tangan Jason. Pantas saja Jason tersenyum, ternyata ini adalah minuman untuk pasangan. Saat membeli kupon minuman di daring, dia hanya tahu minuman ini adalah menu terbaru dan tidak memperhatikan desain gelasnya. Dia segera meletakkan teh susunya.Jason tidak menonton film, melainkan menatap gelas dari teh susu itu. Dia mendekati Janice
Saat Jason menggenggam pergelangan tangan pria itu dengan makin erat, pria itu langsung kesakitan sampai keringatnya mengalir dengan deras.Wanita itu tidak tega melihatnya segera berkata, "Maaf, tadi aku yang nggak sengaja menyenggol Nona ini."Jason menatap wanita itu dengan dingin. "Ternyata kamu bisa minta maaf?"Ekspresi wanita itu terlihat merasa bersalah karena dia tahu siapa yang sebenarnya bersalah. Namun, melihat Janice hanya seorang diri, dia pun membiarkan pacarnya menyalahkan Janice."Bukan minta maaf padaku, tapi ke ...."Jason berhenti sejenak saat melihat Janice mengernyitkan alis, lalu melanjutkan, "Minta maaf padanya."Wanita itu langsung menoleh ke Janice, lalu berkata dengan tulus, "Maafkan aku. Bisa tolong suruh pacarmu melepaskan pacarku?"Melihat banyak orang yang memperhatikan mereka dan khawatir akan menimbulkan masalah, Janice memperingatkan, "Bermain-main di tangga sangat berbahaya, kelak lebih berhati-hati saja."Begitu mendengar perkataan itu, ekspresi Jaso
"Pak Jason, jangan pakai trik seperti ini lagi. Yang palsu tetap palsu, nggak akan pernah jadi asli. Aku sudah bukan anak kecil lagi," lanjut Janice, lalu langsung melempar bunga itu ke tempat sampah.Mendengar perkataan itu, Jason langsung tertegun.Sementara itu, Janice langsung berlari ke taksi. Setelah masuk ke dalam mobil dan melihat sosok Jason yang makin menjauh di luar jendela, dia mengalihkan pandangannya dengan tenang."Nona? Nona? Ada apa?"Saat mendengar suara sopir, pikiran Janice yang melayang baru fokus kembali.Sopir kembali bertanya, "Mau ke mana? Aku sudah tanya berkali-kali.""Maaf," kata Janice, lalu segera memberi tahu alamat tujuannya. Setelah itu, dia kembali melihat ke luar jendela dan melamun.Beberapa saat kemudian, sopir itu kembali berkata, "Nona, kenapa kamu linglung seperti ini? Ponselmu sudah berdering sejak tadi."Janice langsung melihat ponselnya dan ternyata telepon itu dari Landon."Janice, kamu sudah pulang?" tanya Landon."Masih di taksi."Setelah m
"Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar
Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t
"Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika
Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise
Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti
Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg
Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep
Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu
Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se