LOGIN"Kamu sudah bangun? Kamu nggak apa-apa, 'kan?" Suara Senia terdengar seperti mencoba-coba, jelas karena khawatir Anwar mendengar percakapannya dengan Anshon.Anwar perlahan menopang tubuhnya, lalu berkata dengan tegas, "Tuangkan segelas air untukku."Senia tersenyum tipis. "Baiklah, kebetulan aku baru dapat teh bagus. Aku buatkan secangkir supaya kamu lebih segar ya. Sebentar lagi kita harus ikut upacara leluhur."Anwar tak menjawab, hanya duduk di tepi tempat tidur sambil merapikan pakaiannya. Senia pun tersenyum kikuk, lalu berbalik untuk membuat teh.Karena pikirannya penuh, sendok teh di tangannya jatuh ke lantai. Senia hendak menunduk untuk mengambilnya.Janice yang bersembunyi di kolong tempat tidur, segera menyadari gerakan itu. Dia mengepalkan tangan. Jika terpaksa, dia harus mengambil tindakan.Anwar sepertinya mengetahui apa yang akan terjadi. Dia langsung menurunkan kedua kakinya dari tempat tidur. Posisinya menutupi Janice dengan pas.Dia mengulurkan tangan dan menahan Seni
Kalau begitu, pria itu pasti adalah dokter jantung itu, Anshon. Keduanya bahkan lebih lengket daripada pasangan yang sedang kasmaran.Setelah mengobrol dua kalimat, mereka langsung berciuman. Kalau tidak, ya saling menyentuh.Andai Janice tidak tahu identitas mereka, dia pasti akan percaya bahwa keduanya benar-benar saling mencintai."Gimana dengan orang tua itu?" tanya Anshon."Baru saja minum obat. Kalau nggak, aku takut dia nggak kuat ikut upacara leluhur. Jangan sampai dia merusak urusan besar Yosep," jawab Senia."Tenang saja. Setelah Yosep menyelesaikan semuanya, kita tinggal jalankan rencana. Biarkan Jason dan Anwar berselisih, lalu pada akhirnya semua orang akan mengira Jason yang membuat Anwar meninggal karena marah. Apalagi Yosep belakangan ini sudah begitu rajin mengurus Anwar. Semua orang melihatnya."Saat berbicara, Anshon mengangkat tangan dan mencubit dagu Senia.Senia belum kehilangan akal sehatnya. Dia menepiskan tangan Anshon. "Jangan begitu, Anwar masih di dalam hala
Janice tersenyum. "Aku juga nggak mau menyulitkan kalian. Gimana kalau kalian menemani kami jalan-jalan sebentar?"Baru setelah itu para pelayan membiarkan mereka lewat.Janice memasukkan si kecil ke stroller, lalu mendorongnya perlahan keluar. Di luar memang seperti yang dikatakan para pelayan. Semua orang sedang sibuk.Janice bertanya, "Jason di mana? Sibuk juga?""Tuan Jason dan Tuan Zachary sedang berada di aula leluhur. Acara hari ini diserahkan Tuan Anwar kepada Tuan Yosep untuk diurus." Saat mengatakan ini, pelayan muda itu malah terlihat bangga.Janice meliriknya sekilas dan mendapati bahwa gadis itu masih sangat muda. Kedua tangannya bahkan lebih halus daripada Janice sendiri, sama sekali tidak seperti seorang pelayan.Begitu menunduk, terlihat sepasang sepatu kulit domba kecil di kakinya. Meskipun gaji para pelayan Keluarga Karim memang tidak rendah, mustahil bagi mereka untuk memakai sesuatu yang mencolok begitu saat bekerja.Janice sengaja bertanya, "Kenapa aku nggak lihat
"Bu Janice, cara apa yang kamu maksud?" tanya Seto.Janice menoleh ke arah Jason, lalu berkata, "Adikku masih belum menyembahyangi leluhur. Anak-anak Keluarga Karim biasanya akan melakukan ritual itu setelah seratus hari, dipersembahkan pada leluhur dan dicatat di silsilah keluarga. Sebelumnya tertunda karena lahir prematur. Sekarang jamuan sudah selesai digelar, berarti hal ini juga sudah saatnya dilakukan.""Ini adalah urusan besar bagi Keluarga Karim. Karena Yosep gencar menyebarkan kabar kondisi Anwar sangat baik, dia nggak mungkin bisa menghindari acara ini. Kalau dia menolak, malah akan menimbulkan kecurigaan."Jason menganggukkan kepala dengan setuju. "Aku akan menyuruh orang menyebarkan kabar bahwa kondisi Anwar sedang kurang baik. Yosep pasti akan memaksa Anwar sendiri yang memimpin upacara pemujaan leluhur untuk mematahkan rumor itu."Seto menganggukkan kepala, lalu menggelengkan kepala lagi dan berkata dengan bingung, "Bukankah Yosep memberi Pak Anwar pil itu agar Pak Anwar
Janice tahu jika Yosep dan Verica berhasil berkuasa, hal pertama dilakukan mereka pasti menyingkirkan Jason. Orang yang benar-benar perusak hidup orang lain justru yang paling bertahan hidup.Jason yang menangkap ekspresi Janice pun menggigit bibirnya, lalu berkata dengan tenang, "Kami sudah menemukan titik terobosan.""Titik terobosan apa?" tanya Janice."Dokter jantung, Anshon," jawab Jason yang langsung menyebutkan nama asing itu begitu saja.Janice menatap Jason dengan curiga.Jason melanjutkan, "Kamu masih ingat Vinka pernah bilang ada seorang dokter di sisi Senia? Itu dia.""Dia dokter jantung, jadi ...."Saat itu, Janice tiba-tiba memiliki sebuah dugaan yang sangat berani.Jason pun menganggukkan kepalanya. "Tim medis Anwar sudah diganti jadi orang-orangnya Anshon. Lagi pula, namanya kebetulan juga tercantum di data pil itu. Kemungkinan besar, dia adalah salah satu anggota lab itu."Mata Janice membelalak. "Pantas saja dia bisa mendapatkan pil dari lab itu."Jason menambahkan, "
Janice melirik Jason, lalu mencibir, "Ternyata kamu menyerahkan pil itu ke sini."Setelah mengatakan itu, Janice menundukkan kepala dan membaca tulisan di laporan itu. Selama hidupnya, ini pertama kali dia berhadapan dengan istilah yang sama sekali tidak dikenalnya. Istilah-istilah ilmiah di pil itu seolah-olah adalah bahasa dari langit."Apa maksudnya?" tanya Janice sambil menoleh ke arah Seto dengan canggung.Seto menjelaskan, "Rekan-rekan di lab bilang ini adalah pil yang bekerja pada otak.""Nggak masuk akal. Anwar kan punya masalah dengan jantung, kenapa harus minum pil untuk otak?" tanya Janice yang tidak mengerti."Pil ini akan memengaruhi otak dan memicu pelepasan ... zat tertentu yang membuatmu merasa sangat bersemangat. Bahkan tubuh pun nggak akan merasa sakit. Secara keseluruhan, efeknya membuat seseorang merasa senang dan nyaman. Tapi, ini sebenarnya menguras tubuh," kata Seto."Kedengarannya seperti racun," kata Janice.Seto menganggukkan kepala. "Kamu benar. Rekan-rekan d







