Suami Sofia hanya bisa menggeleng, lalu menatap Janice dengan agak canggung. "Aku nggak tahu dia ketemu siapa. Terus terang saja, perusahaanku lagi ada masalah. Aku takut dia khawatir, jadi aku nggak berani kasih tahu."Janice merasa bingung. Dia mengamati pria itu, lalu langsung berkata, "Nggak mungkin Sofia nggak tahu. Hari ini dia datang padaku minta bantuan untuk kenalin kamu ke Jason. Dia juga bilang rumah baru kalian bakal disegel.""Pak Jason? Aku cuma pemilik perusahaan rintisan kecil, mana berani bicara kerja sama dengan Pak Jason? Selain itu, dari mana datangnya kabar rumah bakal disegel? Jangan-jangan dia salah paham?"Jadi, memang bukan pria ini yang menyuruh Sofia datang padanya.Janice berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menunggu sampai Sofia sadar. Dia menoleh ke Arya dan bertanya, "Obat ini berpengaruh ke janin nggak?""Untuk saat ini belum bisa dipastikan. Kita tetap harus observasi beberapa waktu," jawab Arya hati-hati.Janice merasa curiga dan bertanya lagi, "Dok
Leah awalnya hanya berniat melihat ponsel Kayla sekilas, tetapi pandangannya langsung terpaku. "Kayla, apa yang ingin kamu katakan?""Nona Leah, studio kita ini nggak butuh orang yang mengandalkan jalur belakang, 'kan?" tanya Kayla."Ya," jawab Leah."Apalagi karyawan yang memiliki masalah moral, 'kan?" tanya Kayla lagi."Ya," jawab Leah lagi."Aku rasa karya ini hanya kamu yang pantas memilikinya," kata Kayla yang menyerahkan ponselnya sambil tersenyum.Namun, Leah tidak menerima ponselnya, hanya tersenyum. "Kayla, aku terima niat baikmu. Ada beberapa orang yang memang nggak seharusnya berada di sini.""Aku tahu Nona Leah adalah orang yang cerdas," kata Kayla sambil mengangkat kepalanya dengan penuh percaya diri.Leah berkata dengan nada yang lembut, "Kayla, kamu juga orang yang cerdas. Di bawah sedang ramai, harusnya bisa tambah sedikit keributan lagi, 'kan?"Kayla terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Benar."....Di rumah sakit.Setelah pemeriksaan awal, dokter langsung me
Mendengar perkataan itu, reken-rekan kerja yang berdiri di belakang Janice pun tidak bisa menahan rasa penasaran mereka lagi.Melihat semua rekan makin mendekat, Janice hanya bisa mengulurkan tangannya untuk menarik Sofia. Sebenarnya, jika Sofia tidak datang mencarinya, dia juga berencana mencari waktu untuk berbicara dengan Sofia. Namun sekarang, dia harus fokus pada pekerjaannya terlebih dahulu baru bisa membantu temannya menyelesaikan masalah.Melihat Sofia masih mengenakan kalung hadiah darinya, Janice berusaha menahan diri dan menenangkannya dengan sabar. "Sofia, aku nggak akan mengusirmu. Ayo kita duduk dulu dan bicara baik-baik."Seolah-olah emosinya terguncang, Sofia malah langsung menangis. "Nggak bisa tunggu lagi. Janice, tolong bantu aku. Aku akan segera menikah, tapi mereka mau menyegel rumahku. Aku tahu kamu dan Pak Jason ....""Sofia, sudah cukup!" teriak Janice secara refleks. Seperti yang dikatakan Jason, ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan hubungan mereka ka
Janice masih mengingat kebaikan Sofia padanya, sehingga dia tentu saja merasa khawatir. Bagaimanapun juga, Sofia akan segera menikah, ini seharusnya masa bahagia Sofia.Jason berkata, "Suaminya memang cukup kompeten, tapi terlalu terburu-buru sampai terjebak. Dengan kondisinya sekarang, nggak ada yang mau ambil risiko rugi lima tahun ke depan untuk menambal kekurangan dananya."Mendengar kondisi suami Sofia begitu parah, Janice berpikir sejenak. "Berarti ada orang yang sengaja mendesak Sofia untuk datang mencariku? Jadi, Sofia bisa tahu hubunganku dan Pak Landon juga karena ada yang memberitahunya?""Ya. Kamu mau bantu dia?" tanya Jason."Bukan. Jumlah kerugiannya begitu besar, aku mana sanggup membantunya. Paling-paling nanti aku kasih amplop pernikahannya lebih tebal saja," jawab Janice."Aku bisa, asal kamu buka mulut ...."Namun, sebelum Jason selesai berbicara, Janice menyela, "Nggak perlu. Ini urusanku dengan Sofia, kamu nggak perlu terlibat. Jumlahnya mungkin nggak berarti apa-a
Janice tahu dia tidak mungkin bisa menyembunyikan apa pun dari Jason. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya menceritakan semua keanehan Sofia pada Jason."Kamu bilang dia tahu Landon adalah tunanganmu?" tanya Jason."Ya," jawab Janice sambil menganggukkan kepala."Besok Landon akan membatalkan pertunangan," kata Jason sambil mengernyitkan alisnya dan ekspresinya terlihat kesal."Apa itu intinya?" kata Janice sambil menatap Jason.Jason menundukkan kepala dan mendekati wajah Janice, lalu menyipitkan mata dan berkata, "Aku memang dari dulu nggak suka dia."Janice menepuk dada Jason. "Aku sedang serius."Jason berkata dengan tenang, "Kamu bilang suaminya teman sekamarmu mau kerja sama dengan Grup Karim?"Janice mengingat kembali nama perusahaan di kartu nama itu. "Ya, namanya Perusahaan Horizon.""Janice, kamu tahu ada berapa banyak perusahaan di Kota Pakisa yang mau bekerja sama dengan Grup Karim? Selain bisnis keluarga dan perusahaan besar, aku nggak pernah mendengar tentang Perusahaan
"Nggak apa-apa. Aku hanya merasa Sofia agak aneh," jawab Janice. Dia sudah tiga tahun tidak bertemu dengan mereka, sehingga hanya bisa menebak-nebak dengan halus.Layla mengernyitkan alisnya. "Memang. Sebenarnya aku dan Mona juga sudah lama nggak bertemu dengannya. Sebelumnya dia tiba-tiba menghubungiku dan bertanya apa aku masih berhubungan denganmu, dia ingin makan bareng.""Apa? Jadi, reuni kali ini bukan usulmu ya?" tanya Janice dengan terkejut."Memang usulku. Saat dia bilang begitu, aku pikir kita memang sudah lama nggak bertemu. Bagus juga kalau kita kumpul-kumpul. Lagi pula, dia sudah akan menikah, nanti akan susah bertemu lagi," jelas Layla sambil menggelengkan kepala.Janice bertanya lagi, "Kenapa bisa susah?""Kamu nggak tahu ya? Aturan di keluarga suaminya Sofia sangat ketat, bahkan sepatu yang dipakainya saat masuk rumah pun harus ada sulaman bunga tertentu. Menurutmu, apa dia masih bisa sering keluar rumah setelah menikah?" jawab Layla."Sofia memang polos, tapi dia juga