Share

BAB 7 - Mimpi?

Yang mulia … Yang mulia ….”

Panggilan dari seseorang yang memanggil Adam membuatnya terbangun dari mimpi menyeramkannya.

“Hah!” Adam terlonjak kaget ketika di depan matanya ada Cerrish, ajudan pribadi Adam.

“Ada apa Yang Mulia? Keringatmu banyak sekali, apakah kamu bermimpi buruk?” tanya Cerrish.

Adam menghela napasnya dengan teratur dipandu oleh Cerrish, kepalanya berat sekali. Pikiran alam bawah sadarnya masih memproses apakah selama ini dia hanya bermimpi? Atau justru kali ini dia benar-benar mengulang waktu?

“Cerrish, hari apa ini?” tanya Adam.

Ajudan yang dibuat binggung oleh majikannya itu mau tak mau hanya bisa menjawab, “Sekarang hari Senin, hari di mana Yang Mulia akan diangkat menjadi Putra Mahkota.”

Setelahnya napas Adam tercekat. Tidak! Entah yang sebelumnya terjadi adalah mimpi atau kenyataan, Adam tidak akan pernah mau untuk mengulangnya.

“Di mana Ayahanda dan Ibunda?” tanya Adam.

“Kaisar dan Permaisuri sedang berada di singgasana untuk mengatur pesta yang akan berlangsung malam ini,” jawab Cerrish.

Adam segera bangkit dari kasurnya, dengan masih menggunakan pakaian tidur dia berlari dengan kencang menuju singgasana. Kakinya berpacu dengan cepat seolah tak akan ada hari esok. Adam mengabaikan panggilan Cerrish yang menyuruhnya untuk berganti pakaian dulu sebelum bertemu dengan Kaisar dan Permaisuri.

“Ayahanda … Ibunda … aku berharap semuanya hanya mimpi,” ucap Adam.

Sampai pada ruang singgasana, semua mata tertuju pada Adam yang tiba dengan napas tersenggal-senggal.

“Adam?” panggil Yurize, Kaisar.

Semuanya menatap bingung pada Adam yang justru termenung melihat Adrellina dan Yurize masih berdiri tegak di depannya. Adam segera mendekat ke arah Kaisar dan Permaisuri tanpa memedulikan pandangan orang lain.

“Adam, ada apa denganmu? Apakah kamu tidak tahu sedang berada di mana?” tanya Adrellina mempertanyakan kesopanan Adam.

Acuh pada perkataan Adrellina, Adam beralih memeluk Ayahanda dan Ibundanya dengan air mata yang sudah jatuh. Semuanya bingung, sampai Kaisar menyuruh semua orang untuk keluar dari ruang singgasana karena tingkah Adam yang aneh.

“Hey, Adam … ada apa denganmu?” tanya Yurize.

“Nak, mengapa kamu menangis? Apa ada hal yang membuatmu sakit?” tanya Adrellina menjadi khawatir.

Adam menggelengkan kepalanya pertanda tidak. Dia semakin memeluk erat kedua orang tuanya, Adam masih tidak mengerti pada apa yang sudah terjadi. Namun, yang Adam yakini dia akan menyesal jika tidak memeluk kedua orang tuanya sekarang.

“Tidak … aku tidak apa-apa. Aku hanya … senang kalian baik-baik saja,” kata Adam mengusap air matanya.

Yurize dan Adrellina Nampak tidak mengerti apa yang Adam katakan. Memangnya mereka berada di mana sampai Adam mengkhawatirkan keselamatan Kaisar dan Permaisuri kekaisaran Vanrize?

“Ayahanda dan Ibunda tidak mengerti. Apa kamu benar baik-baik saja?”

Senyuman Adam menjawab pertanyaan tersebut.

“Apakah malam ini akan diadakan pesta untuk pengangkatanku?” tanya Adam memastikan.

“Iya! Ayahanda dan Ibunda sedang mempersiapkannya secara sempurna untuk malam nanti. Kamu pasti akan senang!” kata Adrellina semangat.

Rasanya Adam ingin menabrakkan kepalanya di dinding agar tidak membayangkan kejadian mengerikan yang dia lihat di mimpinya. Bagaimana ekspresi Yurize dan Adrellina yang meregang nyawa dan bagaimana darah keluar dari mulut mereka. Sungguh, Adam akan berusaha agar hal itu tidak pernah terjadi.

“Terima kasih karena telah mempersiapkannya begitu megah untukku. Tapi ayahanda … ibunda, bolehkah aku meminta untuk tidak menghidangkan minuman anggur nanti?” kata Adam.

Minuman itu adalah cikal bakal Adam kehilangan kedua orang tuanya. Adam pastikan malam ini tidak ada yang akan meminum itu.

“Hmm? Kenapa? Anggur adalah ciri khas sebuah pesta, lagipula kita adalah kekaisaran dengan penghasil anggur terbaik. Tidak mungkin kita tidak menyajikan anggur di pesta nanti,” balas Yurize menentang permintaan Adam.

Bukan tanpa sebab tetapi alasan apa yang harus dia berikan jika anggur tidak disajikan?

Adam cemas, andai ayahnya tahu jika minuman yang membuat kekaisaran vanrize Makmur juga minuman yang menorehkan sejarah kelam bagi Vanrize.

“Aku mohon Ayahanda … aku tidak ingin menjumpai anggur saat pesta pengangkatanku nanti. Aku hanya minta itu, tolong kabulkanlah!” mohon Adam.

Adrellina yang melihat Adam begitu memohon ikut membujuk Yurize juga, entah bagaimana alasannya nanti Adam tidak mau tahu anggur itu harus lenyap.

“Baiklah, aku akan memikirkan caranya nanti.” Yurize menyerah, biarlah dia yang akan berpikir untuk mengganti anggur dengan yang lain.

“Terima kasih!”

“Adam, kamu jangan mengalihkan pembicaraan ya! Setelah pesta ini kamu harus mendapat pembelajaran tambahan mengenai kesopananmu itu!” tukas Adrellina yang membuat Adam tertawa tak berdosa.

“Hehe, baik Ibunda!”

Lekas setelahnya, Adam pergi meninggalkan singgasana karena persiapan pesta yang belum selesai. Dia berjalan menuju kamarnya untuk bersiap dengan rasa khawatir, apakah Adam akan siap jika harus mengulang penderitaan yang sama? Bagaimana jika yang dialaminya bukan mimpi? Bagaimana jika dia memang mengulang waktu dan akan menjumpai lagi kematian Ayahanda dan Ibundanya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status