PROSES REVISI Adam Adrellina Van, sosok Putra Mahkota yang kehilangan Ayah dan Ibunya justru dijadikan kambing hitam atas kasus pemberontakan melawan kekaisaran Vanrize. Tahta Kaisar yang suci direnggut dengan licik oleh Jean yang tak lain pamannya sendiri. Adam dikucilkan dan ditindas sebagai aib kekaisaran oleh para rakyat. Hal itu membuat dirinya bertekad untuk membalaskan dendam. Kekuatan adalah segalanya, Adam terpaksa menjalin kontrak dengan Iblis agar bisa memutar waktu dan merebut kembali tahta kekaisaran. "Dengan pedang ini, aku akan menjadi Kaisar terkuat di seluruh dunia!"
더 보기“Ya Dewa! Darah keluar dari mulut Permaisuri dan Kaisar!” teriak pelayan yang melihat kejadian itu. Seluruh mata orang yang berada di istana tertuju pada apa yang dimaksud pelayan tersebut.
“A-apa yang terjadi?” ucap Adrellina, sang permaisuri.
“Ad-Adrell . . . .” Kaisar jatuh terbaring di lantai setelah mengeluarkan banyak darah.
Dalam sekejap pesta itu senyap sampai suara jatuhnya Kaisar dan Permaisuri memecahkan heningnya. Teriakan saling bersahutan membuat suasana ricuh.
“Tutup semua akses keluar istana! Jangan sampai ada orang yang kabur! Tahan pelayan itu!” titah Panglima perang kekaisaran dengan sigap.
“Ayahanda! Ibunda!” Putra mahkota berlari mendekat ke arah Ibundanya yang sudah pucat.
“S-saya tidak tahu, saya hanya mengantarkan minuman!” kata si pelayan tadi. Pelayan tersebut gemetaran tak karuan, merasa malam ini akan menjadi malam terakhirnya.
Aula istana ricuh karena kejadian itu. Tabib istana segera memeriksa keadaan kaisar dan permaisuri di tempat.
“Mohon maaf, yang mulia putra mahkota. Kaisar dan permaisuri … sudah tidak bernyawa,” lirih tabib yang menggemparkan seluruh aula istana.
“Ti-tidak! Tidak mungkin!” ucap Adam dengan air mata yang berlinang. Adam menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang berharap semua ini hanya gurauan.
Semua orang di sana terdiam mendengar berita duka tersebut. Putra Mahkota yang terbujur kaku dengan air mata yang tak henti-hentinya jatuh menjadi pemandangan paling menyedihkan di hari pengangkatannya sebagai Putra Mahkota.
Malam itu kekaisaran Vanrize tengah merayakan pesta untuk pengangkatan Adam menjadi Putra Mahkota. Yurize dan Adrellina selaku Kaisar dan Permaisuri hanya memiliki Adam sebagai putra tunggal mereka dan satu-satunya penerus dari Kekaisaran ini.
“Segera bawa Kaisar dan Permaisuri. Tangkap pelayan itu!” titah Penasihat Kaisar.
Para ksatria kekaisaran mengepung seluruh aula istana, sebagian menahan pelayan yang kini menangis tak berdaya. Putra Mahkota yang pingsan memperkeruh suasana, semua anggota keluarga kekaisaran dan para bangsawan tidak diperkenankan meninggalkan istana sebelum terlepas dari dugaan pembunuhan ini.
“Ke mana perginya Tuan Jean?” tanya Penasihat Kaisar.
“Lapor, Tuan Jean pergi keluar untuk bertemu dengan Brahmana Yang Agung satu jam yang lalu,” jawab prajurit itu.
“Pergi ke Brahmana? Untuk apa?” gumam Penasihat Kaisar.
“Mohon maaf, Penasihat Kaisar, saya tidak mengetahui alasan pastinya,” jawab prajurit itu lagi. Penasihat tersebut menyuruhnya pergi dan dengan segera memerintahkan untuk membawa pelayan itu ke penjara bawah tanah.
Sebelum itu, “Periksa semua barang bawaan para bangsawan yang hadir, lakukan pengecekan rutin saat memulangkan bangsawan, perketat keamanan dan awasi Yang Mulia Putra Mahkota!” titah Penasihat Kaisar.
“Siap!”
-
Di penjara bawah tanah, pelayan itu terduduk dengan lemas, wajahnya yang pucat menandakan dia begitu ketakutan.
“Katakan! Siapa yang menyuruhmu!” ucap Penasihat dengan nada dingin.
Dia tahu pasti, pelayan tidak mungkin mengambil resiko besar dengan membunuh kaisar dan permaisuri. Pasti ada dalang dibalik rencana keji ini.
“S-saya benar-benar tidak tahu, Tuan Penasihat yang agung! Saya hanya disuruh mengantarkan minuman oleh kepala dapur!” katanya dengan menggigil.
“Bawa kepala dapur ke sini!” titah Penasihat dengan tegas.
“Baik!”
Sang panglima perang sekaligus ajudan sang Kaisar merasa gagal dalam melaksanakan tugasnya. Bagaimana bisa dia membiarkan kaisar dan permaisuri tergeletak berdarah-darah di depannya tanpa bisa melakukan apa-apa?
“Sebenarnya, racun apa yang digunakan si pembunuh? Bagaimana bisa efeknya bisa sesingkat itu?” tanya Panglima pada Penasihat.
“Entahlah, aku yakin dalangnya bukan orang sembarangan.”
Cukup lama beberapa prajurit pergi untuk menjemput kepala dapur, mereka akhirnya kembali menghadap kedua petinggi itu. Namun, mereka tidak membawa apa pun.
“Mana kepala dapur?” tanya Panglima.
“Mohon maaf, Panglima! Saat kami sampai di dapur, Kepala dapur . . . sudah tewas bunuh diri!” lapor salah satu prajurit.
Semua orang di sana terkejut, situasi ini semakin rumit karena kasus bunuh diri kepala dapur. Sang Penasihat memegangi kepalanya pusing, lantas bagaimana caranya dia menangkap dalang sebenarnya?
“Bereskan mayatnya, bawa semua orang di dapur dan suruh mereka menghadapku!”
“Baik!”
-
Dalam ruangan pemeriksaan tabib, terbaring kaisar dan permaisuri dengan tubuh yang membiru. Adam memaksa tabib untuk mengupas tuntas alasan dibalik meninggalnya kaisar dan permaisuri.
“Mohon ampun Yang Mulia Putra Mahkota, hamba benar-benar belum pernah menemui pasien yang terkena racun dengan efek secepat ini. Kemungkinan membirunya tubuh mendiang kaisar dan permaisuri dikarenakan bunga terlarang yang sudah dilarang tumbuh di wilayah selatan. Namun, setahu saya bunga itu bekerja secara lambat dengan perlahan membusukkan organ dalam si korban. Kemungkinan ada campuran bahan lain yang membuat efek bunga ini berlangsung dengan cepat,” jelas Tabib Istana.
Adam sudah sadar dari pingsannya dan segera untuk menemui lagi jasad Ayahanda dan Ibundanya. Sejujurnya dia masih tidak percaya akan kejadian yang terjadi. Yurize dan Adrellina masih tertawa bersamanya beberapa jam yang lalu, sulit rasanya untuk menerima kenyataan jika kini mereka terbujur kaku tanpa nyawa.
“Bagaimana mungkin . . . mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Bukankah minuman itu minuman yang sama? Lantas mengapa hanya Ayahanda dan Ibunda saja?” racau Adam tak karuan.
“Tabib! Katakan! Apa yang harus kulakukan? Perlukah aku membawa ramuan? Apa masih sempat untukku menyelamatkan mereka?! Katakan tabib! Aku akan melakukan semuanya!” teriak Adam kacau.
Penampilannya urakan, air mata menetes tak henti-henti, jiwanya terguncang. Dia putra tunggal dari Yurize dan Adrellina, ditinggal secara tiba-tiba begini membuat Adam ingin ikut mati. Tidak ada yang bisa menolongnya saat ini. Adam hancur di sini sendirian.
“Mohon maaf Yang Mulia, racunnya sudah menyebar dengan cepat dan menyerang inti saraf dari Kaisar dan Permaisuri. Saya tidak bisa menghidupkan orang yang sudah mati,” jelas Tabib Istana.
“Tidak . . . aku tidak mau seperti ini,” isak Adam.
Sang Tabib turut merasakan rasa sakit yang diderita Adam, kehilangan orang tua adalah hal yang paling menyakitkan. Apalagi mengetahui orang tuanya dibunuh walaupun menyandang gelar Kaisar dan Permaisuri.
“Pembunuh … siapa dia?! Berani-beraninya melakukan hal yang kejam seperti ini!” racau Adam.
Adam bangkit dengan amarah yang menggebu-gebu, “Prajurit! Cepat cari orang yang membunuh orang tuaku! Cari sampai dapat! Akan kubunuh mereka!” titah Adam dengan bengisnya.
Kilatan amarah, benci dan dendam terpancar sangat nyata dalam bola matanya. Aura dari anggota kekaisaran membuat para prajurit bergidik ngeri. “Si-siap, yang mulia putra mahkota!”
Penyambutan Adam dari kembalinya dia dari Denara disambut dengan baik oleh para rakyat, Adam membagikan buruannya pada para rakyat. Daging-daging berkualitas dan bahan pangan melimpah yang dia dapatkan dari Denara membuat rakyat memuja-mujanya.“Terima kasih, Yang Mulia!”“Dimuliakanlah dirimu!”“Hidup Kaisar masa depan!”“Segala keberuntungan memihakmu Yang Mulia!”Seruan-seruan terima kasih rakyat menggema di sepanjang jalan kembalinya Adam menuju istana. Dia nampak senang karena pembagian kecil itu bermakna besar pada mereka yang membutuhkan. Mengingat di masa lalu, para rakyat yang berada di pusat kekaisaran justru tidak mendapatkan hidup yang Sejahtera karena kekejaman bangsawan.Adam telah sampai di istana setelah menyapa para rakyatnya. Segera dia disambut dengan Jean yang menampilkan senyum cerahnya.“Bagaimana perburuanmu Adam? Aku sempat heran mengapa kamu pergi jauh-jauh ke Denara hanya untuk berburu, tetapi sepertinya tujuanmu tercapai. Apakah ada hal bahagia di sana?” tan
Jilid : Masa kini Adam Di langit Vanrize yang cerah, Adam memandang hamparan taman megah yang tampaknya miliknya, tetapi ia tahu dengan pasti bahwa milik itu adalah milik Kaisar Jean yang masih menduduki posisi dengan sah. Meskipun kekuasaan Adam tumbuh, ia tahu ia masih jauh dari cukup kuat untuk menggulingkan Jean dalam waktu dekat. Namun, ada kesempatan yang harus dimanfaatkannya dengan bijak. “Aku tidak boleh tergesa-gesa, kesempatan memutar waktu ini tidak akan datang dua kali. Kontrak yang aku jalani dengan Iblis itu pun entah akan menguntungkanku sampai kapan,” gumam Adam pada dirinya sendiri. Dia berusaha bangkit dari kegagalan dan kebodohannya di masa lalu. Saat ini, Adam tidak akan melonggarkan sedikitpun kewaspadaannya. Bersama dengan orang-orang kepercayaannya nanti, Adam akan memimpin Kekaisaran ini lebih baik dari siapa pun. “Selamat pagi, Yang Mulia,” sapa Cerrish di ambang pintu kamar Adam. Adam tersenyum pada pengawalnya. "Selamat pagi, Cerrish! Kamu nampak segar h
Adam terduduk sendiri di ruang gelap, matahari yang menyinari kamar yang seharusnya indah ini sekarang hanya memberikan bayangan kepada penghuni ruangan yang penuh dengan keputusasaan. Buih-buih air mata mengisi matanya, mengingatkannya pada momen-momen pahit yang terus-menerus terulang dalam ingatannya.Dia adalah Pangeran Adam Adrellina Van, sang Putra Mahkota. Dahulu, hidupnya diwarnai dengan kemewahan dan kehormatan. Tapi sekarang, dia terjebak dalam kekacauan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Rakyatnya telah memberontak, dan mereka menyalahkan Adam sebagai dalang di balik pemberontakan di wilayah utara.Adam terisak pelan, mencoba menelan pil pahit ketidakadilan yang menghantamnya. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Bagaimana dia, yang pernah dicintai oleh rakyatnya, bisa berakhir sebagai pihak yang dicaci maki dan ditolak begitu keras?Kembali ke saat dia didemo oleh seluruh rakyat, itu adalah momen yang tak terlupakan. Mereka menghina dan mencemoohnya, melemparkan kata-k
Dalam kegelapan malam, di luar gerbang istana Vanrize, Adam bersiap untuk pertempuran besar yang akan menentukan nasib Vanrize. Dia berdiri bersama Zenon dan pasukan iblisnya, yang siap untuk membantunya melawan pasukan Jean yang kuat.Adam melihat ke arah Zenon dan berkata, "Waktunya kita memulai ini. Kita harus merebut kembali istana dan mengakhiri pemerintahan tirani Jean."Zenon mengangguk dan menggerakkan tangannya. Dengan cepat, pasukan iblisnya meluncur ke dalam kegelapan, menuju pasukan Jean yang berjaga di sekitar istana. Mereka muncul secara tiba-tiba, menyerang dari segala arah, dan pertempuran pun pecah.Suara teriakan, benturan senjata, dan hujan panah mengisi udara saat dua kekuatan bertempur dengan sengit. Adam memimpin pasukannya, pedangnya berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia merobek masuk ke dalam barisan pasukan Jean, berjuang dengan penuh semangat dan tekad."Demi Vanrize yang bebas!" teriak Adam, menginspirasi pasukannya.Zenon, dengan kekuatan iblisnya, membawa
Dalam kegelapan hutan yang penuh misteri, Adam dan para pengikutnya bersembunyi, merencanakan serangan besar-besaran untuk merebut kembali tahta yang sah dari tangan Jean. Mereka tahu bahwa hanya dengan tindakan tegas dan keberanian mereka dapat menghentikan tirani Jean dan mengembalikan keadilan ke Vanrize yang terhimpit oleh kekuasaannya.Kegelapan malam memenuhi hutan, hanya diterangi oleh gemerlap api unggun kecil yang mereka nyalakan untuk memasak dan memanaskan diri. Adam duduk di antara para pengikutnya, wajahnya yang penuh tekad memancarkan keyakinan."Kita harus bertindak cepat," ujar Adam dengan tegas. "Jean semakin kuat dengan setiap hari yang berlalu, dan kita tidak bisa membiarkan tiran ini terus merajalela di tahta yang seharusnya menjadi milik kita."Para pengikutnya yang tersisa mengangguk setuju. Mereka telah melewati banyak rintangan dan risiko, dan semangat mereka tidak pernah pudar."Kami telah berhasil meyakinkan banyak bangsawan untuk bergabung dalam perjuangan k
Dalam persembunyian mereka di hutan yang gelap, Adam dan para pendukung terakhirnya merencanakan langkah selanjutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat dan bijaksana, karena Jean tidak akan tinggal diam.Adam, dengan rasa tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, memimpin pertemuan ini. "Kita memiliki bukti bahwa surat perintah suksesi kekaisaran yang digunakan oleh Jean adalah palsu. Kita harus membawanya kepada bangsawan-bangsawan yang masih memiliki keraguan terhadap pemerintahannya."Mereka merencanakan untuk melakukan perjalanan diam-diam ke beberapa kota di Vanrize untuk bertemu dengan bangsawan-bangsawan yang setia kepada Adam dan yang menolak tunduk pada Jean. Mereka akan membawa bukti tentang surat perintah palsu tersebut dan mencoba meyakinkan mereka untuk bergabung dalam perjuangan mereka.Selama perjalanan mereka, mereka harus tetap waspada terhadap mata-mata Jean yang mungkin mengintai di setiap sudut. Mereka bergerak dengan hati-hati, me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글