“Jurus Cakar Api Beracun!”
Pemuda itu bersuara lantang sembari menghentakkan lengan kanannya. Jemarinya yang laksana ingin mencakar, mendarat tepat di dada Gao Tian lalu melakukan gerakan meremas.
Deps …!
“Ghukh …!”
Tidak dapat mengelak dari serangan lawan, serta-merta Gao Tian terpukul mundur. Sempat melangkah beberapa kali, akhirnya ia jatuh terjerembab di tanah. Gao Tian berusaha untuk bangkit namun dadanya terasa panas. Napasnya pun menjadi berat.
“Hufffth … hufffth …!” Gao Tian berusaha mengatur napas. Jika dia tidak dapat mengendalikan teknik pernapasannya, dirinya tidak dapat mengerahkan qi dengan baik.
Lawan melangkah mendekati Gao Tian dengan mengangkat dagu. Kedua tangannya bersilang di belakang.
“Kenapa, Gao Tian? Kamu baru menyadari bahwa dirimu tidak sekuat yang kamu kira? Kamu melakukan kesalahan. Mengapa berguru di Tujuh Bintang Kejora? Sekte itu hanya bagi mereka yang memiliki bakat kekuatan spiritual yang tinggi. Bukan untuk orang lemah seperti kamu!”
Seraya menyuarakan kalimat yang ia ucapkan belakangan, Liu Tong menaruh kakinya pada bahu kanan Gao Tian dan mendorong lawannya. Sehingga Gao Tian yang berusaha bangkit, kembali merebah di tanah.
“Xiao Mei, apa lelaki seperti dia pantas untuk menjadi kekasihmu?” tanya Liu Tong pada gadis yang berdiri agak jauh di belakangnya.
Yang ditanya terdiam sejurus, lantas berucap, “Sudah cukup, Liu Tong. Jangan hajar dia lagi. Takutnya nanti dia mati. Kau tidak mau bertanggung jawab atas kematian seseorang yang kemampuannya tidak setara dengan dirimu, bukan?”
“Hmh …!“ Liu Tong mendengus seraya tersenyum bangga. “Kau mendengarnya, bukan, Gao Tian? Kamu bahkan membutuhkan belas kasihan seorang wanita untuk bertahan hidup. Jika Xiao Mei tidak berkata demikian, aku mungkin sudah menghabisi nyawamu!”
Singkat cerita. Gao Tian merupakan murid sekte Tujuh Bintang Kejora, sekte yang dekat dengan keluarga Su, keluarga bangsawan kesatria kenamaan di bagian barat Negeri Pertama.
Su Xiao Mei, putri satu-satunya keluarga Su pun datang ke perguruan mereka untuk turut berlatih ilmu bela diri. Berawal dari Gao Tian yang sering ditugaskan gurunya untuk melayani Xiao Mei, mereka pun berkawan.
Tiga kali dalam seminggu terus bertemu dengan gadis itu selama satu bulan, sebagai laki-laki, mulai tumbuh perasaan kasih dalam diri Gao Tian terhadap Xiao Mei.
Entah bagaimana, terbersit kabar burung yang mengatakan bahwa mereka menjalin hubungan asmara. Desas-desus tersebut sampai ke telinga Liu Tong, murid sekte Amukan Penguasa Api yang tengah mendekati Xiao Mei. Sehingga, ia panas hati karenanya.
“N-no-nona … Su …” Gao Tian berbisik lemah. Dengan memegangi dada yang terasa panas dan sesak, ia memandang ke arah Xiao Mei yang menampakkan eskpresi dingin.
Sudah barang tentu, Xiao Mei menyangkali bahwa ia memiliki hubungan istimewa dengan Gao Tian. Emosi, hari itu Liu Tong menantang Gao Tian bertarung satu lawan satu.
Bermaksud membela diri karena merasa dirinya tak bersalah, Gao Tian yang tak memiliki kekuatan spiritual memberanikan diri menerima tantangan Liu Tong.
Konyol memang. Gao Tian berpikir: siapa tahu saja dengan bertarung dengan Liu Tong, ia dapat mempelajari ilmu spiritual. Sekarang, dia tergolek di tanah akibat serangan lawan.
“Liu Tong, biar aku berbicara dengan Gao Tian berdua saja,” pinta Xiao Mei.
“Silahkan, pujaan hatiku,” manis Liu Tong membalas.
Dengan langkah pasti, Xiao Mei mendekat ke arah Gao Tian yang setengah merebah di tanah. Pemuda itu tertunduk dengan memegangi dada.
“Gao Tian, mengapa kau menyebar berita bahwa kita telah menjadi sepasang kekasih?”
Dengan lesu Gao Tian menatap ke arah Xiao Mei melalui kelopak mata. Gadis itu memang cantik. Paras berdagu lebarnya memiliki mata berkesan jenaka yang teduh, seolah menyorot lugu begitu memikat.
“Ak … aku …, hosh … ti … tidak pernah, hosh … menyebut bahwa kita …, hosh … adalah … sepasang kekasih, Nona,” Gao Tian berucap lambat dengan tersenggal-senggal.
“Lalu mengapa kabar itu juga sampai ke telingaku?!” tanya Xiao Mei kebingungan sembari mengernyit.
“N-no-nona … Su …, hosh … a-aku … berkata yang sesungguhnya. Ak … aku sendiri …, hosh … ti-tidak tahu … hosh …, bagaimana bisa … kabar itu … tersebar.”
Sekarang Xiao Mei tertegun. Ia berjongkok agar bisa semakin mendekat pada orang yang sebelumnya berkawan dengan dia.
“Maafkan aku, Gao Tian. Aku tidak bisa membiarkan orang menganggap kita akan, atau, telah memiliki hubungan istimewa. Meski begitu, aku ingin berterimakasih untuk kebaikanmu. Sepertinya, aku tidak akan lagi berguru di sekte Tujuh Bintang Kejora,” ujar Xiao Mei.
“ak … hosh …, aku lah yang seharusnya … hosh … meminta maaf. Se … hosh … seandaikan aku … hosh …, aku telah … menyinggung perasaanmu.”
Bersuara dengan terbata-bata akibat serangan Liu Tong tadi, Gao Tian beranjak. Teknik yang dikerahkan Liu Tong terhadapnya membuat tubuh Gao Tian lemas. Sebisa mungkin ia memutar badan.
Ia merangkak dari hadapan Xiao Mei yang memandanginya dengan setengah merengut. Terus menyeret tubuhnya menjauh dari wanita muda itu, semampunya Gao Tian memaksa badannya bangkit berdiri.
Dengan membungkuk dan sempoyongan, dia melangkah terseok-seok. Sangking lemahnya, ia kembali terjerembab.
“Hei, apakah kamu mabuk, Gao Tian? Jalan yang benar …, jangan seperti orang teler seperti itu! Hahaha …!” ujar Liu Tong mentertawakan lawan. Xiao Mei pun mengajak dia untuk pergi dari tempat mereka berada.
Kembali bangkit dengan gemetaran, Gao Tian melanjutkan langkah. Ia terhuyung-huyung. Dalam hatinya, dia berkata-kata.
“Liu Tong … saat aku telah menjadi kuat nanti … kau adalah orang yang akan aku datangi pertama kali. Aku bersumpah … akan mengalahkan kamu dalam sekali pukul!”
Sesuai namanya, serangan Liu Tong membuat badan Gao Tian meriang rasanya. Napasnya mulai normal, namun persendiannya ngilu. Walau demikian, dia terus melangkah pelan-pelan.
Skraaakh …, jedar!
Petir menyambar dan guntur menggelegar. Gao Tian memandang ke arah langit. Awan mendung telah melingkupi kawasan tersebut.
“Dasar sial …, sudah dihajar oleh Liu Tong, aku akan kehujanan pula!” batin Gao Tian mengeluh.
Dari jalan utama, Gao Tian bisa melihat sebuah mulut gua kecil tidak jauh di sebelah kanannya. Gerimis mulai turun. Buru-buru walau tubuhnya nyeri jika ia melakukan gerakan mendadak, Gao Tian mendekati gua tersebut.
“Tepat pada waktunya!” lega Gao Tian dalam hati. Hujan turun dengan deras begitu dirinya tiba dalam mulut gua.
Terdiam sejenak merenungi nasib, Gao Tian memandang ke arah lorong dari gorong-gorong tempat ia berteduh tersebut.
Karena sakit hatinya terhadap Liu Tong yang tak terbalaskan dan sikap Xiao Mei, dia ingin menyendiri rasanya. Sehingga, Gao Tian memutuskan untuk memasuki gua itu lebih dalam.
“Aku juga penasaran. Apakah ada sesuatu di dalam sana …?”
Gao Tian melangkah berhati-hati karena dirinya enggan sial untuk yang kesekian kali. Dia menelusuri lorong gua yang landai.“Ah, ya. Siapa tahu, di sini aku menemukan sebuah pedang sakti …, atau pisau, tongkat sekalipun tak mengapa. Asal bisa membuat diriku memiliki kekuatan yang dahsyat. Sehingga, aku dapat membutikan pada Xiao Mei bahwa aku—”Turun mengulir dua kali, Gao Tian tiba pada dasar gua. Ia terdiam, tatkala melihat ada sebuah undakan dengan batu layaknya nisan tertanam di atasnya.“I-ini … makam …?”Dalam hatinya Gao Tian bertanya-tanya. Penasaran, ia terus mendekat pada makam yang ada di hadapannya.Tidak ada ukiran atau tulisan apapun pada batu yang tampak seperti nisan yang sudah sumbing di beberapa bagian karena dimakan oleh waktu itu.“Siapa orang yang dimakamkan di sini? Orang kayakah ... atau, seorang pendekar! Mungkin saja, di dalamnya terdapat …”Belum juga Gao Tian selesai mengucapkan kata-katanya, dia merasa kepalanya berat dan disergap oleh kantuk yang sangat. S
Aneh, pikir Gao Tian saat mendengar perkataan Xuanwu. Tetapi sekali lagi, dia masih ragu perjumpaannya dengan lelaki itu riil. Namun, dia berucap singkat.“Baik, Tuan Xuanwu.”Jawaban Gao Tian membuat Xuanwu kembali tersenyum sangat tipis. Selanjutnya, mereka melakukan apa yang diminta oleh lelaki dengan rambut panjang molek tertata dengan aksesoris cantik tersebut.Keduanya bertukar piring. Lengan mereka telah terbelit satu sama lain. Sebelum saling menenggak darah, Xuanwu kembali berkata.“Bersiaplah untuk menjadi yang terkuat, Gao Tian.”“Terima kasih untuk bantuanmu, Tuan Xuanwu,” balas Gao Tian.Bagai sudah saling tahu, dengan kompak Gao Tian dan Xuanwu menuangkan darah yang berada dalam piring mereka ke dalam mulut.Sebetulnya apa yang mereka lakukan adalah budaya wajar bagi dua orang yang tidak memiliki hubungan apapun, ingin menjalin sumpah persaudaraan.Xuanwu berujar dalam hati. “Anak bodoh. Dia mau melakukan apa saja demi menjadi kuat. Jika penyatuan ini gagal, dia bisa mat
Empat orang berpakaian hitam juga merias wajah mereka melesat dari pohon ke pohon. Dua diantaranya mendarat dekat Gao Tian dan lanjut berlari kencang ke arah dia.“Minggir, bocah!”Buk!Buk!Salah satu dari orang berkedok itu mendorong Gao Tian. Sehingga, tubuhnya tersontong dan yang satu lagi menabraknya.Bluk!Serta-merta, baik Gao Tian dan orang yang beradu dengannya terjatuh. Gao Tian masih terbaring di tanah, sedangkan pria yang bertabrakan dengannya langsung bangkit.“Anak berengsek, kau menghalangi jalanku!”Tanpa bersuara, Gao Tian mengeluh. Alangkah tidak beruntungnya dia hari itu. Setelah dihajar oleh Liu Tong hingga meriang, dia nyaris kehujanan.Tidak cukup sampai di situ, dirinya hampir saja terkubur dalam sebuah gua. Kini, sekelompok orang membuat ia kembali terjerembab di tanah.Kembali bangkit berdiri, Gao Tian berucap, “Maafkan aku, paman-paman. Aku tidak melihat …”“Kau taruh di mana matamu itu, hah …?!” bentak orang yang dibuat jatuh oleh Gao Tian, tanpa menunggu la
Di kursi kebesarannya, Xuanwu berucap. Ia masih duduk bergeming dengan gayanya yang santai. Senyum tipis miring menghiasi wajahnya.Sedangkan dalam benaknya, Gao Tian terheran-heran. “Sudah barang tentu bukan aku yang melakukan hal barusan. Yang dapat berbuat seperti itu hanyalah …”“Inilah saatnya bagimu untuk mempelajari ilmu spiritual, Gao Tian.”Terjadi kontak antara Xuanwu dengan Gao Tian. Seolah, mereka dapat mengatur sendiri. Kapan saat bagi mereka berdua untuk saling berkomunikasi, kapan tidak. Sekarang suara Xuanwu terdengar dalam batin Gao Tian.“Ap-apa yang harus aku lakukan, Tuan Xuanwu?” balas Gao Tian tanpa bersuara. Meski demikian, saat itu suara hatinya terhubung dengan si Raja Iblis.“Untuk saat ini? Pokoknya, kerahkan saja ilmu bela dirimu yang … ya …, lumayan itu. Biar aku yang beraksi. Tapi, aku akan memberitahu apa yang mesti kamu lakukan. Apakah kau mengerti?” Xuanwu menjawab mengunakan suaranya yang tenang lagi dalam.“Ba-baik. Aku paham.”“Sekarang bersiaplah.
“Ap-apa …?!” Gao Tian spontan membalas ujaran Xuanwu.Membuat mimik keheranan namun tetap tenang di tempat ia duduk, Xuanwu menyambut, “Aku bilang: bunuh … mereka … semua,” katanya lambat bemaksud memperjelas.Untuk sejenak, Gao Tian memandangi lawan-lawannya yang tergolek. Dampak dari serangan ilmu spiritual yang terutama sudah pasti membuat tubuh seseorang terasa lemas. Disusul sakit-sakit pada tulang juga kepala, hingga keram pada titik yang terkena hantaman.Jika kekuatan spiritual yang diterima lebih kuat dari yang dimiliki seseorang, mereka dapat pingsan seketika. Dalam pengerahan yang lebih tinggi, tentu saja bisa mematikan.Tampak jelas, semua musuh Gao Tian sudah tidak berdaya. Keempat laki-laki bertata rias wajah tengkorak tersebut hanya mampu mengerang-ngerang setelah merasakan betapa kuatnya hantaman lawan.“Mereka semua sudah tidak berdaya, Tuan Xuanwu. Sepertinya, aku tidak perlu membunuh mereka,” tentang Gao Tian lugu.Seta-merta, Xuanwu yang masih duduk dengan pose sep
Tertawa sendiri, dalam batinnya Xuanwu berkata-kata, “Gao Tian, mesti aku akui. Kamu memiliki persona yang menarik. Aku jadi penasaran. Siapa kau sebenarnya. Mampu membuka segelku, juga tidak mudah dirasuki. Sepertinya, kamu bukan orang sembarangan.”Akhirnya Gao Tian telah tiba di Balai Riung Kejora Merah. Markas sekte Tujuh Bintang Kejora itu merupakan sebuah komplek bangunan besar yang lega. Entah para guru. Yang jelas, murid-murid di sana telah mengetahui. Gao Tian menerima tantangan bertarung Liu Tong karena desas-desus hubungannya dengan Xiao Mei.“Sudah bertarungnya, apakah kamu menang?” tanya murid senior yang menjaga gerbang pada Gao Tian.“Sudah, Kak. Liu Tong bukanlah tandinganku,” jawab Gao Tian lugu.“Hahaha …! Lagi pula, mengapa sok jagoan menerima tantangannya? Karena kamu tidak mau menanggung malu di hadapan Xiao Mei?” murid senior lain yang juga menjaga gerbang turut angkat bicara.“Ti-tidak juga. Bukan itu alasan aku bertarung dengan Liu Tong,” sangkal Gao Tian.“H
Begitu Dokter Lau menyelesaikan kalimatnya, para guru sekte Tujuh Bintang Kejora memandang ke arah dia. Ada salah satu guru yang menatap Dokter Lau lekat-lekat.Pria tersebut mengenakan sebuah selendang biru yang membelit lehernya beberapa kali hingga nyaris menyelubungi wajah dan menutupi dada. Itupun, syalnya tersebut masih menyisakan juntaian panjang.Sang guru duduk dengan seenaknya. Sebelah kakinya terangkat, tergantung pada tumpuan tangan. Gayanya kelihatan seperti tengah bermalas-malasan. Sorot matanya memandangi Dokter Lau tak bersemangat.“Apa benar Gao Tian bertarung dengan salah satu murid Amukan Penguasa Api?” tanya Guan Ming.“Gao Tian berkelahi?”Seorang perempuan yang memiliki postur tubuh jangkung berisi bertanya. Dia adalah Tsui Ga Bo, pimpinan komisi disiplin dan keamanan sekte Tujuh Bintang Kejora.“Kabar yang tersebar di kalangan para murid begitu. Aku mendengarnya tadi pagi,” tenang Guan Ming menjawab bawahannya.“Betul, Grand Master. Baru saja Gao Tian menjumpaik
“Lantas, bagaimana kalau salah satu anggotanya ternyata adalah seorang siluman?” tanya Zi Qi. Ia menatap Guan Ming seraya menenggelamkan dagunya ke balik syal yang dirinya kenakan.Gunung Perak merupakan sebuah gunung yang terdapat di wilayah paling utara dari penghujung kawasan barat Negeri Pertama.Banyak yang meyakini, Gunung Perak merupakan pusat kerajaan siluman. Itulah mengapa, orang-orang datang ke sana dengan membawa sesajen demi dianugerahi ilmu spiritual atau kekayaan secara cuma-cuma, mendapat jimat, wejangan, hingga menyerahkan diri untuk menjadi siluman.Desa Siluman yang Zi Qi sebut tadi hanyalah sebuah julukan yang disematkan bagi sebuah kawasan pemukiman yang terdapat di kaki gunung itu.Pemukiman di sana digunakan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan hal-hal tersebut sebagai persinggahan sementara mereka. Itulah mengapa, tempat itu dinamai Desa Siluman.Sembari meracik teh, Guan Ming menjawab pertanyaan bawahannya. “Seseorang menjadi jahat karena latar belakangnya.