Di kursi kebesarannya, Xuanwu berucap. Ia masih duduk bergeming dengan gayanya yang santai. Senyum tipis miring menghiasi wajahnya.
Sedangkan dalam benaknya, Gao Tian terheran-heran. “Sudah barang tentu bukan aku yang melakukan hal barusan. Yang dapat berbuat seperti itu hanyalah …”
“Inilah saatnya bagimu untuk mempelajari ilmu spiritual, Gao Tian.”
Terjadi kontak antara Xuanwu dengan Gao Tian. Seolah, mereka dapat mengatur sendiri. Kapan saat bagi mereka berdua untuk saling berkomunikasi, kapan tidak. Sekarang suara Xuanwu terdengar dalam batin Gao Tian.
“Ap-apa yang harus aku lakukan, Tuan Xuanwu?” balas Gao Tian tanpa bersuara. Meski demikian, saat itu suara hatinya terhubung dengan si Raja Iblis.
“Untuk saat ini? Pokoknya, kerahkan saja ilmu bela dirimu yang … ya …, lumayan itu. Biar aku yang beraksi. Tapi, aku akan memberitahu apa yang mesti kamu lakukan. Apakah kau mengerti?” Xuanwu menjawab mengunakan suaranya yang tenang lagi dalam.
“Ba-baik. Aku paham.”
“Sekarang bersiaplah. Lawan-lawanmu sepertinya sudah bernafsu ingin menaklukkanmu.”
Apa yang dikatakan Xuanwu benar. Melihat apa yang terjadi dengan seorang kawan mereka, 3 anggota Bayangan Tengkorak yang lain telah bersiap-siap. Mereka mengambil kuda-kuda dan menggerak-gerakkan tangan.
“Gao Tian, aku akan mengalirkan kekuatan spiritualku padamu karena kamu belum mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Sementara kau menghadapi mereka, aku bakal mengajarimu cara mengerahkannya. Sehingga, tidak perlu menunggu aku memberikannya padamu.”
Usai Xuanwu berbicara padanya, Gao Tian dapat merasakan ada sensasi hangat yang mengisi bagian dalam tubuhnya. Begitu cepat, kehangatan itu berubah menjadi panas. Namun, dia sama sekali tidak merasa kegerahan.
“Mati kamu Bintang Kejora!” seru salah satu musuh Gao Tian geram. Lalu dalam sekali hentak, tubuhnya melesat ke arah musuh. Teman-temannya menyusul.
“Sini, biar ku hajar kau bocah laknat!”
“Akan ku cabut kepalamu dan mengirimkannya pada guru-gurumu …!”
Karena sekarang Gao Tian mendapat aliran kekuatan spiritual dari Xuanwu, ia bisa menyaksikan yang selama ini dirinya dengar dari guru-guru dan para seniornya.
Pancaran kekuatan ilmu spiritual seseorang hanya bisa dilihat oleh mereka yang juga memiliki atau menggunakan energi tersebut.
Dengan mata kepalanya, Gao Tian dapat melihat pendaran cahaya mengelilingi seluruh badan ketiga musuhnya. Warnanya berbeda-beda. Ada yang merah, hijau dan satu lagi kuning.
Cahaya kekuatan spiritual mereka meninggalkan bekas tatkala orang-orang itu bergerak. Biasnya mengiringi setiap pergerakan mereka.
“Aku harus melakukan apa yang aku bisa. Sisanya, itu adalah urusan Xuanwu,” pasti Gao Tian dalam hati.
“Heeaaah …!”
Salah seorang anggtoa Bayangan Tengkorak yang tiba lebih dulu di depan Gao Tian bersuara dan mengerahkan tinjunya pada dia.
Dest!
Gao Tian berhasil menepis agresi yang tertuju padanya. Dua musuh lain juga menyerang. Lagi-lagi, Gao Tian sukses menahan serangan-serangan keduanya.
Pertarungan tak seimbang terjadi. Ilmu bela diri Gao Tian berada di atas rata-rata. Sayang selama ini dia tidak memiliki ilmu spiritual. Tapi kini, semuanya berbeda.
Para pria tersebut dapat menyaksikan. Tubuh Gao Tian layaknya mengembuskan bayangan hitam mirip asap mengepul tipis. Tiap kali ia bergerak, asap itu meninggalkan sisa di udara.
Benturan mereka juga membuat cahaya energi maupun asap milik Gao Tian seperti terpencar singkat ke udara, lalu menghilang. Semua musuhnya bertanya-tanya.
“Seperti apa ilmu spiritual yang dimiliki anak ini?”
“Apakah dia termasuk murid-murid tingkat tinggi di Tujuh Bintang Kejora? Sebab sepertinya, bocah ini cukup tangguh!”
“Mungkinkah dia lebih kuat dari kami berempat?”
Bertarung cermat dengan mengelak dan menangkal barulah balas menyerang musuh-musuhnya, Gao Tian mampu membuat para anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak lengah.
Dhuast!
Salah satu dari 3 laki-laki dengan wajah dirias bak tengkorak itu terkena serangan tendangan Gao Tian. Akibatnya, tubuhnya melayang di udara dan jatuh ke tanah.
Bugh!
Dhuak!
Dua serangan tinju menggunakan tangan kanan dan kiri Gao Tian mendarat pada wajah dan dagu 2 lawannya. Nasib mereka sama seperti kawannya barusan. Mereka terlempar dan roboh.
Ternyata, musuh yang berusaha menyerang Gao Tian pertama kali telah bangkit. Dia ikut menyerang lawan mereka.
Bhuast!
Lagi-lagi, tendangan Gao Tian berhasil melumpuhkan musuh. Lelaki yang sebelumnya juga menyerang dirinya tersebut kontan jatuh terbanting.
“Hhhh …!”
Seraya menghela napas, Xuanwu berganti posisi. Dia menaruh jemari tangan kanannya di kening. Gestur dan ekspresinya terlihat seperti seseorang yang merasa jemu usai menyaksikan aksi Gao Tian. Lantas, ia berkata-kata.
“Baiklah Gao Tian, sekarang aku ingin kau mengerahkan qi milikmu. Kumpulkan hingga kamu menyentuh puncak dari kekuatanmu. Sementara itu, rasakan emosimu. Amarah, mungkin kesedihan. Perih, atau bahkan sakit. Termasuk, sakit hatimu.”
Seraya berucap demikian, Xuanwu membuat mimik bak merasa menang, di satu sisi terkesan licik. Sebab, bukan seperti itu cara mengerahkan ilmu spiritual.
Apa yang dinstruksikan Xuanwu adalah karena dia adalah seorang Raja Iblis. Kekuatan ilmu spiritualnya berbeda dengan orang biasa.
Pada umumnya, kekuatan spiritual seseorang datang dari pengerahan qi yang menyerap unsur-unsur di sekeliling. Tanah, air, udara, cahaya atau api. Mirip memang. Hanya, agak lain.
Sang iblis melanjutkan, “Gunakan itu untuk melawan, menghancurkan seluruh unsur yang terdapat di sekelilingmu. Bayangkan kamu merusak …, menghancurkan tanah, menghentikan embusan angin. Menentang arus aliran air dan memadamkan cahaya.”
Ya, kekuatan spiritual Xuanwu bukan memanfaatkan elemen-elemen tersebut. Sebaliknya, dia memanfaatkan sisi kelam manusia untuk melawannya. Dengan kata lain, ilmu milik Xuanwu adalah apa yang dikenal orang dengan sebutan: ‘ilmu hitam’.
Sementara Gao Tian hanya bisa menuruti seluruh perkataan entitas yang telah menyatu dengan dirinya. Terutama, karena dia baru saja mengalami kegetiran.
Amarahnya terhadap Liu Tong juga merasa kehilangan sosok Xiao Mei membuat ia dengan mudah berbuat seperti yang Xuanwu sampaikan padanya.
“Aku … dapat merasakannya, Tuan Xuanwu. Kemarahan, kesedihan, sakit. Terutama …, sakit hatiku.”
Ucapan Gao Tian mengundang senyum Xuanwu jadi lebih melebar. Sekarang ekspresinya terlihat senang. Ia menanggapi Gao Tian.
“Bagus, Gao Tian. Ternyata kau adalah seseorang yang mampu belajar dengan cepat. Sekarang, kembali bersiap. Lihat, lawan-lawan kita sudah bangkit kembali,” Xuanwu mengingatkan. “Kalahkan … mereka … semua …!” tandasnya kalem sekaligus tegas.
Memang benar. Keempat pria yang berasal dari Gerombolan Bayangan Tengkorak yang telah dibuat terjungkal oleh Gao Tian sudah kembali berdiri dan membangkitkan kekuatan mereka.
Tanpa ragu, kali itu Gao Tianlah yang berinsiatif untuk menyerang semua musuhnya terlebih dahulu. Mengerahkan teknik meringakan tubuh, dia menghampiri lawan-lawannya yang terkesiap.
Set!
Kombinasi pukulan-pukulan Gao Tian mendera lawan. Untuk yang kedua kali mereka semua terempas dan kembali jatuh tak berdaya.
Sorot mata Xuanwu yang duduk ditahtanya menampakkan rasa heran juga antusias. Terdiam sejurus, dia berkata pada Gao Tian.
“Bagus … bagus, Gao Tian. Sekarang, bunuh mereka semua …!”
“Ap-apa …?!” Gao Tian spontan membalas ujaran Xuanwu.Membuat mimik keheranan namun tetap tenang di tempat ia duduk, Xuanwu menyambut, “Aku bilang: bunuh … mereka … semua,” katanya lambat bemaksud memperjelas.Untuk sejenak, Gao Tian memandangi lawan-lawannya yang tergolek. Dampak dari serangan ilmu spiritual yang terutama sudah pasti membuat tubuh seseorang terasa lemas. Disusul sakit-sakit pada tulang juga kepala, hingga keram pada titik yang terkena hantaman.Jika kekuatan spiritual yang diterima lebih kuat dari yang dimiliki seseorang, mereka dapat pingsan seketika. Dalam pengerahan yang lebih tinggi, tentu saja bisa mematikan.Tampak jelas, semua musuh Gao Tian sudah tidak berdaya. Keempat laki-laki bertata rias wajah tengkorak tersebut hanya mampu mengerang-ngerang setelah merasakan betapa kuatnya hantaman lawan.“Mereka semua sudah tidak berdaya, Tuan Xuanwu. Sepertinya, aku tidak perlu membunuh mereka,” tentang Gao Tian lugu.Seta-merta, Xuanwu yang masih duduk dengan pose sep
Tertawa sendiri, dalam batinnya Xuanwu berkata-kata, “Gao Tian, mesti aku akui. Kamu memiliki persona yang menarik. Aku jadi penasaran. Siapa kau sebenarnya. Mampu membuka segelku, juga tidak mudah dirasuki. Sepertinya, kamu bukan orang sembarangan.”Akhirnya Gao Tian telah tiba di Balai Riung Kejora Merah. Markas sekte Tujuh Bintang Kejora itu merupakan sebuah komplek bangunan besar yang lega. Entah para guru. Yang jelas, murid-murid di sana telah mengetahui. Gao Tian menerima tantangan bertarung Liu Tong karena desas-desus hubungannya dengan Xiao Mei.“Sudah bertarungnya, apakah kamu menang?” tanya murid senior yang menjaga gerbang pada Gao Tian.“Sudah, Kak. Liu Tong bukanlah tandinganku,” jawab Gao Tian lugu.“Hahaha …! Lagi pula, mengapa sok jagoan menerima tantangannya? Karena kamu tidak mau menanggung malu di hadapan Xiao Mei?” murid senior lain yang juga menjaga gerbang turut angkat bicara.“Ti-tidak juga. Bukan itu alasan aku bertarung dengan Liu Tong,” sangkal Gao Tian.“H
Begitu Dokter Lau menyelesaikan kalimatnya, para guru sekte Tujuh Bintang Kejora memandang ke arah dia. Ada salah satu guru yang menatap Dokter Lau lekat-lekat.Pria tersebut mengenakan sebuah selendang biru yang membelit lehernya beberapa kali hingga nyaris menyelubungi wajah dan menutupi dada. Itupun, syalnya tersebut masih menyisakan juntaian panjang.Sang guru duduk dengan seenaknya. Sebelah kakinya terangkat, tergantung pada tumpuan tangan. Gayanya kelihatan seperti tengah bermalas-malasan. Sorot matanya memandangi Dokter Lau tak bersemangat.“Apa benar Gao Tian bertarung dengan salah satu murid Amukan Penguasa Api?” tanya Guan Ming.“Gao Tian berkelahi?”Seorang perempuan yang memiliki postur tubuh jangkung berisi bertanya. Dia adalah Tsui Ga Bo, pimpinan komisi disiplin dan keamanan sekte Tujuh Bintang Kejora.“Kabar yang tersebar di kalangan para murid begitu. Aku mendengarnya tadi pagi,” tenang Guan Ming menjawab bawahannya.“Betul, Grand Master. Baru saja Gao Tian menjumpaik
“Lantas, bagaimana kalau salah satu anggotanya ternyata adalah seorang siluman?” tanya Zi Qi. Ia menatap Guan Ming seraya menenggelamkan dagunya ke balik syal yang dirinya kenakan.Gunung Perak merupakan sebuah gunung yang terdapat di wilayah paling utara dari penghujung kawasan barat Negeri Pertama.Banyak yang meyakini, Gunung Perak merupakan pusat kerajaan siluman. Itulah mengapa, orang-orang datang ke sana dengan membawa sesajen demi dianugerahi ilmu spiritual atau kekayaan secara cuma-cuma, mendapat jimat, wejangan, hingga menyerahkan diri untuk menjadi siluman.Desa Siluman yang Zi Qi sebut tadi hanyalah sebuah julukan yang disematkan bagi sebuah kawasan pemukiman yang terdapat di kaki gunung itu.Pemukiman di sana digunakan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan hal-hal tersebut sebagai persinggahan sementara mereka. Itulah mengapa, tempat itu dinamai Desa Siluman.Sembari meracik teh, Guan Ming menjawab pertanyaan bawahannya. “Seseorang menjadi jahat karena latar belakangnya.
Terlintas pemikiran kotor dalam kepala Xuanwu. Pada masanya, sosok si Raja Iblis dipuja-puja oleh kaum hawa. Parasnya sangat tampan. Bentuk wajah tirusnya memiliki hidung lancip. Rambut Xuanwu memanjang indah mencapai pinggang dan dihiasi aksesoris mahal. Dia seorang lelaki bermuka manis. Bahkan bisa dibilang, parasnya itu sudah menjurus ke arah cantik. Ilmu hitam bisa mempengaruhi sisi buruk orang yang mendalaminya dari segi mental, laksana candu. Tidak mengherankan jika dahulu kala, banyak wanita yang jatuh dalam pelukan Xuanwu. Itulah kenapa, ia disebut juga sebagai: ‘Iblis Gairah’. Karena, mampu membuat perempuan manapun memasrahkan keperawanannya pada dia. Belum lagi, mematahkan hati mereka yang tidak ia kehendaki. “Aku tidak bisa mengadali Gao Tian bahwa sebagai syarat agar dia bisa mengerahkan ilmu spiritualku, ia mesti meniduri seorang wanita. Dia anak baik-baik. Bisa-bisa, si dungu ini curiga terhadapku. Tetapi mungkin aku bisa mengajarinya untuk tebar pesona, merayu …”
Xuanwu melakukan kontak dengan Gao Tian. Telah mengucurkan keringat karena sedari tadi mesti memanggul dua bakul tumpukan batu dari satu tempat ke tempat yang lain, perkataan Xuanwu tentu membuat dirinya dongkol.“Kau setuju karena yang menjatuhkan hukuman bagiku adalah wanita idamanmu?”Sambil membalas apa yang diucapkan Xuanwu melalui kontak batin mereka, Gao Tian menatap keki pada kakak angkatannya yang berlagak bak seorang mandor.“Tidak, bukan begitu. Aku serius. Pagi-pagi kamu sudah membersihkan perguruan dilanjut latihan fisik. Sekarang kau membantu pembangunan pengembangan institut. Nanti sore kamu akan kembali bersih-bersih dan latihan fisik lagi. Bagus,” papar Xuanwu diakhiri memuji.“Bagus kenapa? Supaya aku lelah dan akan merengek pada Master Tsui untuk minta dipijat dan kau senang karena bisa disentuh-sentuh oleh beliau?” keluh Gao Tian. Dia beranjak untuk membawa tumpukan batu selanjutnya.“Ide yang bagus. Pada saat perempuan sakti nan seksi itu memijatmu, tolong izinkan
“Ha …?!”Benar apa yang dikatakan kakak kelas Gao Tian. Bakul yang dibawa oleh si adik angkatan jebol. Dengan polosnya, Gao Tian melongo memandangi bebatuan yang berserakan di tanah.“Sudah ku bilang, jangan kau membawa terlalu banyak batu, Gao Tian … lihat, bakulmu sekarang rusak dasar anak bebal!”Senior Gao Tian langsung bereaksi. Diiringi mimik gusar, ia melangkah mendekat pada Gao Tian yang kikuk karena melakukan kesalahan.“Ma-maaf, Kak Hwan Ching. Biar aku mengambil bakul baru dan memasangnya lagi,” sambut Gao Tian.“Kamu memang tidak berguna, Gao Tian! Kamu tidak layak untuk berada di sekte Tujuh Bintang Kejora. Untung saja Grand Master berbelas kasihan padamu. Keberadaanmu di sini seperti noda bagi sekte ini, tahu tidak …?!”Xuanwu yang masih duduk di kursi kebesarannya memandang tajam ke arah pemuda yang berbicara pada Gao Tian tersebut.Dia tidak tahu apa yang dirasakan Gao Tian. Tapi bahkan ia sendiri saja menilai kata-kata siswa tingkat akhir itu sangatlah berlebihan.Tua
Gaya bertarung Gao Tian sama dengan Tan Guan Ming. Sekira musuh belum mengerahkan teknik yang membahayakan, Gao Tian hanya mengelak dan menangkis. Tetapi begitu musuh lengah atau meninggalkan celah setitik saja … Dhuest, dhuest, dhuest! Melihat pertahanan Hwan Ching terbuka, Gao Tian melepaskan kombinasi pukulan. Badan Hwan Ching terkena dua serangan cepat Gao Tian, begitu juga pipi kirinya. Dia memlilih mundur. “Hanya segitu tenagamu, Gao Tian? Pantas saja kau tidak memiliki ilmu spiritual. Memukul saja lemah begitu!” ejek Hwan Ching. Padahal, dirinya was-was. Ia tidak mengetahui Gao Tian mewarisi cara bertarung guru besar mereka. “Aku tidak ingin bertarung denganmu, Kak. Sekali lagi aku minta maaf. Bagaimana kalau kita akhiri saja pertarungan kita sehingga aku bisa kembali bekerja,” ucap Gao Tian merendah. “Banyak cakap kau!” Keki karena Gao Tian berhasil mendaratkan serangan terhadap dia, Hwan Ching tidak mau mengalah. Dia segera me