Share

6. Dirasuki Oleh Xuanwu

“Ap-apa …?!” Gao Tian spontan membalas ujaran Xuanwu.

Membuat mimik keheranan namun tetap tenang di tempat ia duduk, Xuanwu menyambut, “Aku bilang: bunuh … mereka … semua,” katanya lambat bemaksud memperjelas.

Untuk sejenak, Gao Tian memandangi lawan-lawannya yang tergolek. Dampak dari serangan ilmu spiritual yang terutama sudah pasti membuat tubuh seseorang terasa lemas. Disusul sakit-sakit pada tulang juga kepala, hingga keram pada titik yang terkena hantaman.

Jika kekuatan spiritual yang diterima lebih kuat dari yang dimiliki seseorang, mereka dapat pingsan seketika. Dalam pengerahan yang lebih tinggi, tentu saja bisa mematikan.

Tampak jelas, semua musuh Gao Tian sudah tidak berdaya. Keempat laki-laki bertata rias wajah tengkorak tersebut hanya mampu mengerang-ngerang setelah merasakan betapa kuatnya hantaman lawan.

“Mereka semua sudah tidak berdaya, Tuan Xuanwu. Sepertinya, aku tidak perlu membunuh mereka,” tentang Gao Tian lugu.

Seta-merta, Xuanwu yang masih duduk dengan pose seperti sebelumnya memutar bola mata. “Jika kamu tidak menghabisi mereka, khawatirnya akan mendatangkan masalah buatmu. Ayo, cepat. Bunuh mereka!” timpalnya cuek.

“Tidak, Tuan Xuanwu. Guruku mengajarkan: ilmu bela diri bukan untuk membunuh. Musuh yang sudah jera juga layak mendapat pengampunan. Jadi, aku tetap pada keputusanku. Aku tidak akan membunuh mereka.”

Sedari tadi menyentuh kening, jemari Xuanwu pindah ke dagu. Dia tengah berpikir. Istilahnya penyatuan ia dengan Gao Tian membutuhkan ritual pertumpahan darah. Singkat kata: ‘tumbal’. Karena, dia adalah Raja Iblis.

Tumbal merupakan syarat bagi seseorang untuk memperdalam ilmu hitam. Masalahnya, Xuanwu belum menyampaikan pada Gao Tian siapa dia sebenarnya. Sedangkan untuk menjadi lebih kuat, Gao Tian perlu menjalankan syarat tersebut.

“Mungkin aku sudah salah memilih ‘tuan rumah’. Apa mau dikata? Hanya anak ini yang bisa melepaskan aku dari segel iblis-iblis jahanam itu,” pikir Xuanwu. “Masa bodoh. Jika anak ini tidak mau …”

Sekonyong-konyong Gao Tian mematung. Dia tidak mengetahui. Pada sekujur tubuhnya muncul corak hitam yang membentuk simbol-simbol janggal persis dengan rajaman tinta.

Sebagian tanda itu memenuhi anggota tubuh tertentu, ada juga yang hanya membentuk garis melingkari tangannya. Tepat di tengah-tengah dahi Gao Tian muncul simbol hitam bagai melambangkan mata.

“…akulah yang akan melakukannya sendiri.”

Yang berkata-kata adalah Gao Tian. Tetapi, vokalnya berubah menjadi suara Xuanwu. Pupil Gao Tian yang berwarna hitam bertransformasi menjadi merah menyala. Seharusnya pendek, kuku jari-jemari Gao Tian seketika memanjang dan runcing.

Betul. Rupanya, Xuanwu memilih untuk merasuki raga Gao Tian dan bermaksud untuk mengendalikan tuan rumahnya secara penuh.

“Kalian bilang dari mana kalian berasal tadi …? Ah, ya. Gerombolan Bayangan Tengkorak. Kampungan sekali namanya. Pada masaku, tidak ada kelompok macam kalian begini. Jika ingin menjadi jagoan, kalian harus benar-benar kuat. Berani maju seorang diri.”

Sembari berceloteh, Xuanwu mendekat ke arah para calon korbannya yang memandang ke arah sosok Gao Tian dengan takut-takut. Xuanwu yang sedang merasuki Gao Tian terus bercerocos.

“Bocah ini enggan membunuh kalian. Lemah memang mentalnya. Tetapi dahulu kala, aku meminum darah musuh-musuhku. Bukan orang-orang seperti kalian. Melainkan, orang-orang kuat yang jauh lebih perkasa dibanding kamu-kamu ini.”

Musuh-musuh Gao Tian sudah ingin lari rasanya. Apa boleh buat, tubuh mereka lemas dan nyeri juga mengalami keram. Mereka belum mampu bangkit.

“Empat nyawa sekaligus. Itu lebih dari cukup untuk dijadikan tumbal. Bersiaplah. Aku akan mengirim kalian semua ke neraka,” ucap Xuanwu bernada dingin.

Rambut Gao Tian memanjang hingga ke pinggang. Sebagian terikat menggunakan sebuah aksesoris di atas kepala.

Laksana ditiup angin kencang, helaian rambut Gao Tian yang tergerai terangkat berkibar. Padahal, sedang tak ada embusan udara besar di tempat yang dikelilingi oleh pepohonan dan tanaman liar tersebut.

Lantas, sekujur tubuh Gao Tian diselimuti pancaran kekuatan mirip asap mengepul hingga ke ujung rambut. Namun kali itu, ada cahaya berpendar ungu mengelilinginya.

Apa yang mereka saksikan membuat para anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak panik. Keempatnya merangkak maupun beringsut semampunya guna menjauh dari Gao Tian. Xuanwu berucap.

“Kitab Ular Sakti Terkutuk, Teknik Pagutan Penakluk Langit Tingkat Ketiga: Taring Pembelah Sukma.”

“Tuan Xuanwu, cukup. Aku mohon, hentikan. Jangan bunuh mereka.”

“Apa …?!”

Pada kursi kebesarannya, Xuanwu mendongak tipis karena terperangah. Bagaimana tidak. Tiba-tiba, raga Gao Tian yang tengah ia ambil alih kembali menjadi normal dan berkata-kata padanya.

Jika saja Gao Tian tidak berpakaian, akan terlihat corak hitam membentuk simbol tertentu pada sekujur tubuhnya lenyap begitu saja.

Yang pasti, tanda pada dahi Gao Tian yang seolah menyimbolkan mata memudar begitu dia bersuara barusan.

Dalam hati, Xuanwu terbingung-bingung. “Ti-tidak mungkin … bagaimana bisa? Seharusnya anak dungu ini sedang berada dalam pengaruhku. Namun dengan begitu mudahnya dia mengambil alih kembali dirinya dariku!”

“Tuan Xuanwu, biarkan mereka pergi. Aku rasa kekuatan spiritualmu sudah membuat mereka kapok,” ucap Gao Tian lagi.

Mata Xuanwu yang membesar karena geram bergerak-gerak. Dia masih tidak habis pikir. Mengapa Gao Tian mampu menghilangkan pengaruhnya begitu mudah.

Mimik gusar Xuanwu mereda. Ia mengambil napas lalu kembali menjadi tenang. “Jika memang itu maumu, baiklah. Kita lepaskan mereka. Akan tetapi jika ada masalah karena kau membiarkan mereka lepas begitu saja, aku sarankan agar jangan lagi memberi mereka ampun.”

“Terima kasih, Tuan Xuanwu. Baik. Aku berjanji. Lain kali orang-orang ini berulah, kita akan mengentaskan mereka,” ujar Gao Tian kalem.

“Bagus. Jangan panggil aku dengan sebutan: ‘tuan’. Toh usia kita tidak terpaut terlalu jauh,” balas Xuanwu. Ia bangkit dari singgasananya, kemudian menuangkan arak dari guci yang berada pada meja di sebelah kiri kursinya, ke dalam sloki.

“Tapi … kau sudah berusia ratusan tahun,” kilah Gao Tian.

“Aku tak peduli. Aku dan kamu telah menyatu sekarang. Itu berarti kita menjadi satu usia.”

Seraya berdialog dengan Xuanwu mengenai perbedaan usia di antara mereka berdua, Gao Tian membalikkan badan, lalu beranjak dari tempat dirinya bertarung.

Senyum puas yang tipis saja terukir pada bibirnya. Dia senang karena berhasil membuat Xuanwu tidak membunuh empat anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak itu.

Xuanwu menghabiskan araknya dalam sekali teguk. “Ahhh …!” katanya mendesau rendah tanda sebenarnya dia masih merasa kesal terhadap Gao Tian.

Terdiam, sorot mata Xuanwu begitu tajam karena dongkol. Dirinya sama sekali tidak menyangka. Gao Tian ternyata masih bisa membalikkan situasi walau ia sudah merasuki pemuda tersebut.

Sebetulnya, Xuanwu juga tidak bisa merasuki Gao Tian terus-menerus. Paling lama, dia dapat tinggal dalam diri pemuda tersebut selama dua jam. Setelah itu, kesadaran si tuan rumah akan tergugah.

Kembali ke tahtanya, Xuanwu duduk dengan punggung tertekuk. Dia memangku kaki. Tahu-tahu saja, Xuanwu terkekeh. “Huehehehe … hehehe … hahahaha …!”

  

  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status