Share

7. Menjalani Pemeriksaan Kesehatan

Tertawa sendiri, dalam batinnya Xuanwu berkata-kata, “Gao Tian, mesti aku akui. Kamu memiliki persona yang menarik. Aku jadi penasaran. Siapa kau sebenarnya. Mampu membuka segelku, juga tidak mudah dirasuki. Sepertinya, kamu bukan orang sembarangan.”

Akhirnya Gao Tian telah tiba di Balai Riung Kejora Merah. Markas sekte Tujuh Bintang Kejora itu merupakan sebuah komplek bangunan besar yang lega.  

Entah para guru. Yang jelas, murid-murid di sana telah mengetahui. Gao Tian menerima tantangan bertarung Liu Tong karena desas-desus hubungannya dengan Xiao Mei.

“Sudah bertarungnya, apakah kamu menang?” tanya murid senior yang menjaga gerbang pada Gao Tian.

“Sudah, Kak. Liu Tong bukanlah tandinganku,” jawab Gao Tian lugu.

“Hahaha …! Lagi pula, mengapa sok jagoan menerima tantangannya? Karena kamu tidak mau menanggung malu di hadapan Xiao Mei?” murid senior lain yang juga menjaga gerbang turut angkat bicara.

“Ti-tidak juga. Bukan itu alasan aku bertarung dengan Liu Tong,” sangkal Gao Tian.

“Halah …, pakai berkilah segala pula, kamu! Xiao Mei pasti ada di sana bukan? Karena, dia dekat dengan Liu Tong. Sekarang kamu tentu dipandang rendah oleh putri Su itu! Hahaha!”

Gao Tian sudah tahu. Dirinya akan menjadi bahan olok-olok para murid Tujuh Bintang Kejora. Dia berjalan dengan agak tertunduk. Setiap berjumpa murid-murid Tujuh Bintang Kejora, mereka mengatai dirinya.

“Bagaimana jagoan kita ini? Pergi dengan gagah tetapi kembali dengan menanggung malu.”

“Mengaku pacaranya Xiao Mei, tapi loyo seperti ini, payah!”

“Sadarlah, Gao Tian. Gadis ahli bela diri seperti Xiao Mei itu sudah pasti menyukai pemuda-pemuda yang kuat. Lihat dirimu. Menguasai ilmu spiritual saja tidak! Hahaha!”

Masih duduk memangku kaki kali itu dengan tegak, Xuanwu yang berada dalam diri Gao Tian mengetahui apa yang dialami host atau tuan rumahnya.

Baginya, wajar apabila Gao Tian menerima perlakuan seperti demikian. Dia telah mengetahui kisah Gao Tian dari sang host sendiri.

“Kamu tidak mau kita menghajar … siapa mereka semua itu, Gao Tian? Kawan-kawan, seniormu? Jangan takut. Kau sudah mampu mengerahkan kekuatan spiritualku sekarang,” Xuanwu melakukan kontak dengan Gao Tian.

“Sebetulnya ingin …,” jawab Gao Tian datar.

“Kalau begitu, ayo. Boleh aku membunuh yang paling menyebalkan?” Xuanwu mengajak dengan nada semangat tapi tidak serius.

“Mereka adalah suadara-saudara seperguruanku. Kita harus bersinergi, bekerjasama dan saling mendukung.”

“Aku tidak melihat mereka ingin bersinergi, bekerjasama dan mendukungmu,” timpal Xuanwu. Tatapan datarnya dalam, namun berkesan lesu. Karena, ia menganggap perkataan Gao Tian merupakan kesalahan.

“Sepertinya kau senang membunuh. Bukan begitu, Tuan Xuanwu?” tanya Gao Tian. Ia melangkah menuju ruang kesehatan untuk memeriksakan diri. Apakah ada cedera atau malah luka dalam yang ia derita akibat serangan Liu Tong.

“Sudah ku bilang, jangan sapa aku dengan sebutan: ‘tuan’. Kita sudah satu usia sekarang,” balas Xuanwu.

“Oh ya, maaf Tu—, euh, Xuanwu.”

“Gao Tian, kau akan mewarisi kekuatanku. Ilmu spiritualku itu unik. Salah satu syarat agar kamu dapat menguasainya, kamu …, ya, katakanlah paling tidak, mesti menumpahkan darah seseorang. Tentunya, mereka mestilah orang-orang jahat seperti tengkorak-tengkorak busuk itu tadi.”

Mimik Xuanwu tampak kocak sekejap. Sebab ia berdusta. Tumbal untuk memperdalam ilmu hitam tidak memandang korbannya. Orang baik, jahat, pria, wanita bahkan anak-anak semuanya bisa dijadikan sasaran.

Dia hanya mencari cara untuk membujuk Gao Tian secara halus agar mau untuk membunuh seseorang. Xuanwu mempelajari 9 kitab ilmu hitam. Karena sudah disegel sekian lama, Xuanwu khawatir pengerahan kekuatannya tersendat.

Oleh karenanya, dia mesti menumpahkan darah. Supaya, kekuatan dari ilmu yang ia kuasai dapat lancar digunakan.

“Begitu rupanya. Kita bisa mencari orang jahat untuk dihabisi nyawanya …” Gao Tian berujar. Xuanwu langsung menyambar.

“Tadi kita berhadapan dengan 4 orang jahat, Gao Tian. Tapi kau memilih untuk melepaskan mereka. Mengampuni, katamu. Cih! Orang-orang tengik macam begitu malah kamu ampuni!” omel Xuanwu.

“Permisi, Dokter Lau. Aku ingin memeriksakan diriku,” ucap Gao Tian setelah dia tiba di ruang kesehatan.

“Ah, Gao Tian. Baik, baik. Kemarilah Nak,” sambut Dokter Lau, kepala tim medis Tujuh Bintang Kejora.

Sementara Gao Tian kembali berbicara pada Xuanwu. “Kau tadi tidak mengatakan bahwa membunuh para anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak merupakan syarat agar aku dapat menguasai ilmu spiritualmu, Xuanwu.”

“Saat kita menyatu, aku sudah menyampaikan bahwa kau harus menuruti semua instruksiku. Apakah kamu sudah lupa?” balas Xuanwu. Sebelah alisnya terangkat karena merasa gemas pada sang host.

Pada saat Gao Tian dan Xuanwu bercakap-cakap, mereka sedang melakukan kontak batin. Tidak ada yang tahu apalagi mendengar bahwa keduanya tengah berbincang.

Sehingga saat itu, Gao Tian menjalani pemeriksaan sedangkan Dokter Lau tak mengetahui ada entitas Raja Iblis di dalam diri muridnya.

“Aku lupa, Xuanwu,” kata Gao Tian singkat. Ia merasa konyol.

“Masa bodoh. Pokoknya, lain kali kita berhadapan dengan orang-orang jahat, jangan sia-siakan kesempatanmu untuk menghabisi mereka,” balas Xuanwu memastikan.

Pemeriksaan terhadap Gao Tian telah selesai. Salah satu murid Tujuh Bintang Kejora itu kembali beraktifitas.

Di perguruannya, selain berlatih fisik dan ilmu bela diri, Gao Tian memiliki tugas layakanya seorang pesuruh. Dia membersihkan seluruh ruangan, membawa barang atau peralatan yang dibutuhkan para guru dan murid-murid, hingga mencuci peralatan makan.

Dokter Lau keluar dari ruang kesehatan. Ia melangkah menuju ruangan guru besar yang terdapat di lantai atas dari Balai Riung Kejora Merah.

Di sana, Tan Guan Ming sang pemimpin sekte Tujuh Bintang Kejora tengah menerima beberapa murid. Setelah murid-murid itu dibubarkan, Dokter Lau menjumpai pimpinannya.

“Grand Master Tan,” sapa Dokter Lau dengan merapatkan kepalan dan telapak.

“Dokter Lau, silahkan masuk,” sambut Guan Ming.

Sang guru besar tidak sendirian di sana. Di dalam, ada beberapa staf perguruan Tujuh Bintang Kejora lain.

“Bagaimana, Dokter. Apakah kondisi murid-murid kita berada dalam kondisi prima? Olimpiade antar murid-murid sekte sebentar lagi tiba. Kita mesti memastikan mereka baik-baik saja,” tutur Guan Ming. Bibirnya yang terselubung kumis dan janggut panjang tersenyum.

“Sejauh ini, mereka semua sehat. Para muridlah yang mesti menjaga kondisi dengan baik sebelum perhelatan itu tiba,” sahut Dokter Lau.

“Baguslah kalau begitu. Master Yan, nanti jika harinya sudah dekat untuk berkompetisi, kurangi latihan fisik para murid yang akan turut serta dalam turnamen tersebut. Tambah porsi teknik mereka. Karena yang dibutuhkan nanti adalah kemampuan mereka menghadapi situasi.”

Guan Ming berkata pada Yan Jing, guru ahli teknis sekte Tujuh Bintang Kejora. Yan Jing yang bertubuh lebih tinggi dari semua orang di situ juga berbadan kekar menjawab, “Baik Grand Master.”

“Grand Master, sebenarnya tujuan aku datang kemari adalah karena ingin membicarakan sesuatu mengenai Gao Tian.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status