Tertawa sendiri, dalam batinnya Xuanwu berkata-kata, “Gao Tian, mesti aku akui. Kamu memiliki persona yang menarik. Aku jadi penasaran. Siapa kau sebenarnya. Mampu membuka segelku, juga tidak mudah dirasuki. Sepertinya, kamu bukan orang sembarangan.”
Akhirnya Gao Tian telah tiba di Balai Riung Kejora Merah. Markas sekte Tujuh Bintang Kejora itu merupakan sebuah komplek bangunan besar yang lega.
Entah para guru. Yang jelas, murid-murid di sana telah mengetahui. Gao Tian menerima tantangan bertarung Liu Tong karena desas-desus hubungannya dengan Xiao Mei.
“Sudah bertarungnya, apakah kamu menang?” tanya murid senior yang menjaga gerbang pada Gao Tian.
“Sudah, Kak. Liu Tong bukanlah tandinganku,” jawab Gao Tian lugu.
“Hahaha …! Lagi pula, mengapa sok jagoan menerima tantangannya? Karena kamu tidak mau menanggung malu di hadapan Xiao Mei?” murid senior lain yang juga menjaga gerbang turut angkat bicara.
“Ti-tidak juga. Bukan itu alasan aku bertarung dengan Liu Tong,” sangkal Gao Tian.
“Halah …, pakai berkilah segala pula, kamu! Xiao Mei pasti ada di sana bukan? Karena, dia dekat dengan Liu Tong. Sekarang kamu tentu dipandang rendah oleh putri Su itu! Hahaha!”
Gao Tian sudah tahu. Dirinya akan menjadi bahan olok-olok para murid Tujuh Bintang Kejora. Dia berjalan dengan agak tertunduk. Setiap berjumpa murid-murid Tujuh Bintang Kejora, mereka mengatai dirinya.
“Bagaimana jagoan kita ini? Pergi dengan gagah tetapi kembali dengan menanggung malu.”
“Mengaku pacaranya Xiao Mei, tapi loyo seperti ini, payah!”
“Sadarlah, Gao Tian. Gadis ahli bela diri seperti Xiao Mei itu sudah pasti menyukai pemuda-pemuda yang kuat. Lihat dirimu. Menguasai ilmu spiritual saja tidak! Hahaha!”
Masih duduk memangku kaki kali itu dengan tegak, Xuanwu yang berada dalam diri Gao Tian mengetahui apa yang dialami host atau tuan rumahnya.
Baginya, wajar apabila Gao Tian menerima perlakuan seperti demikian. Dia telah mengetahui kisah Gao Tian dari sang host sendiri.
“Kamu tidak mau kita menghajar … siapa mereka semua itu, Gao Tian? Kawan-kawan, seniormu? Jangan takut. Kau sudah mampu mengerahkan kekuatan spiritualku sekarang,” Xuanwu melakukan kontak dengan Gao Tian.
“Sebetulnya ingin …,” jawab Gao Tian datar.
“Kalau begitu, ayo. Boleh aku membunuh yang paling menyebalkan?” Xuanwu mengajak dengan nada semangat tapi tidak serius.
“Mereka adalah suadara-saudara seperguruanku. Kita harus bersinergi, bekerjasama dan saling mendukung.”
“Aku tidak melihat mereka ingin bersinergi, bekerjasama dan mendukungmu,” timpal Xuanwu. Tatapan datarnya dalam, namun berkesan lesu. Karena, ia menganggap perkataan Gao Tian merupakan kesalahan.
“Sepertinya kau senang membunuh. Bukan begitu, Tuan Xuanwu?” tanya Gao Tian. Ia melangkah menuju ruang kesehatan untuk memeriksakan diri. Apakah ada cedera atau malah luka dalam yang ia derita akibat serangan Liu Tong.
“Sudah ku bilang, jangan sapa aku dengan sebutan: ‘tuan’. Kita sudah satu usia sekarang,” balas Xuanwu.
“Oh ya, maaf Tu—, euh, Xuanwu.”
“Gao Tian, kau akan mewarisi kekuatanku. Ilmu spiritualku itu unik. Salah satu syarat agar kamu dapat menguasainya, kamu …, ya, katakanlah paling tidak, mesti menumpahkan darah seseorang. Tentunya, mereka mestilah orang-orang jahat seperti tengkorak-tengkorak busuk itu tadi.”
Mimik Xuanwu tampak kocak sekejap. Sebab ia berdusta. Tumbal untuk memperdalam ilmu hitam tidak memandang korbannya. Orang baik, jahat, pria, wanita bahkan anak-anak semuanya bisa dijadikan sasaran.
Dia hanya mencari cara untuk membujuk Gao Tian secara halus agar mau untuk membunuh seseorang. Xuanwu mempelajari 9 kitab ilmu hitam. Karena sudah disegel sekian lama, Xuanwu khawatir pengerahan kekuatannya tersendat.
Oleh karenanya, dia mesti menumpahkan darah. Supaya, kekuatan dari ilmu yang ia kuasai dapat lancar digunakan.
“Begitu rupanya. Kita bisa mencari orang jahat untuk dihabisi nyawanya …” Gao Tian berujar. Xuanwu langsung menyambar.
“Tadi kita berhadapan dengan 4 orang jahat, Gao Tian. Tapi kau memilih untuk melepaskan mereka. Mengampuni, katamu. Cih! Orang-orang tengik macam begitu malah kamu ampuni!” omel Xuanwu.
“Permisi, Dokter Lau. Aku ingin memeriksakan diriku,” ucap Gao Tian setelah dia tiba di ruang kesehatan.
“Ah, Gao Tian. Baik, baik. Kemarilah Nak,” sambut Dokter Lau, kepala tim medis Tujuh Bintang Kejora.
Sementara Gao Tian kembali berbicara pada Xuanwu. “Kau tadi tidak mengatakan bahwa membunuh para anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak merupakan syarat agar aku dapat menguasai ilmu spiritualmu, Xuanwu.”
“Saat kita menyatu, aku sudah menyampaikan bahwa kau harus menuruti semua instruksiku. Apakah kamu sudah lupa?” balas Xuanwu. Sebelah alisnya terangkat karena merasa gemas pada sang host.
Pada saat Gao Tian dan Xuanwu bercakap-cakap, mereka sedang melakukan kontak batin. Tidak ada yang tahu apalagi mendengar bahwa keduanya tengah berbincang.
Sehingga saat itu, Gao Tian menjalani pemeriksaan sedangkan Dokter Lau tak mengetahui ada entitas Raja Iblis di dalam diri muridnya.
“Aku lupa, Xuanwu,” kata Gao Tian singkat. Ia merasa konyol.
“Masa bodoh. Pokoknya, lain kali kita berhadapan dengan orang-orang jahat, jangan sia-siakan kesempatanmu untuk menghabisi mereka,” balas Xuanwu memastikan.
Pemeriksaan terhadap Gao Tian telah selesai. Salah satu murid Tujuh Bintang Kejora itu kembali beraktifitas.
Di perguruannya, selain berlatih fisik dan ilmu bela diri, Gao Tian memiliki tugas layakanya seorang pesuruh. Dia membersihkan seluruh ruangan, membawa barang atau peralatan yang dibutuhkan para guru dan murid-murid, hingga mencuci peralatan makan.
Dokter Lau keluar dari ruang kesehatan. Ia melangkah menuju ruangan guru besar yang terdapat di lantai atas dari Balai Riung Kejora Merah.
Di sana, Tan Guan Ming sang pemimpin sekte Tujuh Bintang Kejora tengah menerima beberapa murid. Setelah murid-murid itu dibubarkan, Dokter Lau menjumpai pimpinannya.
“Grand Master Tan,” sapa Dokter Lau dengan merapatkan kepalan dan telapak.
“Dokter Lau, silahkan masuk,” sambut Guan Ming.
Sang guru besar tidak sendirian di sana. Di dalam, ada beberapa staf perguruan Tujuh Bintang Kejora lain.
“Bagaimana, Dokter. Apakah kondisi murid-murid kita berada dalam kondisi prima? Olimpiade antar murid-murid sekte sebentar lagi tiba. Kita mesti memastikan mereka baik-baik saja,” tutur Guan Ming. Bibirnya yang terselubung kumis dan janggut panjang tersenyum.
“Sejauh ini, mereka semua sehat. Para muridlah yang mesti menjaga kondisi dengan baik sebelum perhelatan itu tiba,” sahut Dokter Lau.
“Baguslah kalau begitu. Master Yan, nanti jika harinya sudah dekat untuk berkompetisi, kurangi latihan fisik para murid yang akan turut serta dalam turnamen tersebut. Tambah porsi teknik mereka. Karena yang dibutuhkan nanti adalah kemampuan mereka menghadapi situasi.”
Guan Ming berkata pada Yan Jing, guru ahli teknis sekte Tujuh Bintang Kejora. Yan Jing yang bertubuh lebih tinggi dari semua orang di situ juga berbadan kekar menjawab, “Baik Grand Master.”
“Grand Master, sebenarnya tujuan aku datang kemari adalah karena ingin membicarakan sesuatu mengenai Gao Tian.”
Begitu Dokter Lau menyelesaikan kalimatnya, para guru sekte Tujuh Bintang Kejora memandang ke arah dia. Ada salah satu guru yang menatap Dokter Lau lekat-lekat.Pria tersebut mengenakan sebuah selendang biru yang membelit lehernya beberapa kali hingga nyaris menyelubungi wajah dan menutupi dada. Itupun, syalnya tersebut masih menyisakan juntaian panjang.Sang guru duduk dengan seenaknya. Sebelah kakinya terangkat, tergantung pada tumpuan tangan. Gayanya kelihatan seperti tengah bermalas-malasan. Sorot matanya memandangi Dokter Lau tak bersemangat.“Apa benar Gao Tian bertarung dengan salah satu murid Amukan Penguasa Api?” tanya Guan Ming.“Gao Tian berkelahi?”Seorang perempuan yang memiliki postur tubuh jangkung berisi bertanya. Dia adalah Tsui Ga Bo, pimpinan komisi disiplin dan keamanan sekte Tujuh Bintang Kejora.“Kabar yang tersebar di kalangan para murid begitu. Aku mendengarnya tadi pagi,” tenang Guan Ming menjawab bawahannya.“Betul, Grand Master. Baru saja Gao Tian menjumpaik
“Lantas, bagaimana kalau salah satu anggotanya ternyata adalah seorang siluman?” tanya Zi Qi. Ia menatap Guan Ming seraya menenggelamkan dagunya ke balik syal yang dirinya kenakan.Gunung Perak merupakan sebuah gunung yang terdapat di wilayah paling utara dari penghujung kawasan barat Negeri Pertama.Banyak yang meyakini, Gunung Perak merupakan pusat kerajaan siluman. Itulah mengapa, orang-orang datang ke sana dengan membawa sesajen demi dianugerahi ilmu spiritual atau kekayaan secara cuma-cuma, mendapat jimat, wejangan, hingga menyerahkan diri untuk menjadi siluman.Desa Siluman yang Zi Qi sebut tadi hanyalah sebuah julukan yang disematkan bagi sebuah kawasan pemukiman yang terdapat di kaki gunung itu.Pemukiman di sana digunakan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan hal-hal tersebut sebagai persinggahan sementara mereka. Itulah mengapa, tempat itu dinamai Desa Siluman.Sembari meracik teh, Guan Ming menjawab pertanyaan bawahannya. “Seseorang menjadi jahat karena latar belakangnya.
Terlintas pemikiran kotor dalam kepala Xuanwu. Pada masanya, sosok si Raja Iblis dipuja-puja oleh kaum hawa. Parasnya sangat tampan. Bentuk wajah tirusnya memiliki hidung lancip. Rambut Xuanwu memanjang indah mencapai pinggang dan dihiasi aksesoris mahal. Dia seorang lelaki bermuka manis. Bahkan bisa dibilang, parasnya itu sudah menjurus ke arah cantik. Ilmu hitam bisa mempengaruhi sisi buruk orang yang mendalaminya dari segi mental, laksana candu. Tidak mengherankan jika dahulu kala, banyak wanita yang jatuh dalam pelukan Xuanwu. Itulah kenapa, ia disebut juga sebagai: ‘Iblis Gairah’. Karena, mampu membuat perempuan manapun memasrahkan keperawanannya pada dia. Belum lagi, mematahkan hati mereka yang tidak ia kehendaki. “Aku tidak bisa mengadali Gao Tian bahwa sebagai syarat agar dia bisa mengerahkan ilmu spiritualku, ia mesti meniduri seorang wanita. Dia anak baik-baik. Bisa-bisa, si dungu ini curiga terhadapku. Tetapi mungkin aku bisa mengajarinya untuk tebar pesona, merayu …”
Xuanwu melakukan kontak dengan Gao Tian. Telah mengucurkan keringat karena sedari tadi mesti memanggul dua bakul tumpukan batu dari satu tempat ke tempat yang lain, perkataan Xuanwu tentu membuat dirinya dongkol.“Kau setuju karena yang menjatuhkan hukuman bagiku adalah wanita idamanmu?”Sambil membalas apa yang diucapkan Xuanwu melalui kontak batin mereka, Gao Tian menatap keki pada kakak angkatannya yang berlagak bak seorang mandor.“Tidak, bukan begitu. Aku serius. Pagi-pagi kamu sudah membersihkan perguruan dilanjut latihan fisik. Sekarang kau membantu pembangunan pengembangan institut. Nanti sore kamu akan kembali bersih-bersih dan latihan fisik lagi. Bagus,” papar Xuanwu diakhiri memuji.“Bagus kenapa? Supaya aku lelah dan akan merengek pada Master Tsui untuk minta dipijat dan kau senang karena bisa disentuh-sentuh oleh beliau?” keluh Gao Tian. Dia beranjak untuk membawa tumpukan batu selanjutnya.“Ide yang bagus. Pada saat perempuan sakti nan seksi itu memijatmu, tolong izinkan
“Ha …?!”Benar apa yang dikatakan kakak kelas Gao Tian. Bakul yang dibawa oleh si adik angkatan jebol. Dengan polosnya, Gao Tian melongo memandangi bebatuan yang berserakan di tanah.“Sudah ku bilang, jangan kau membawa terlalu banyak batu, Gao Tian … lihat, bakulmu sekarang rusak dasar anak bebal!”Senior Gao Tian langsung bereaksi. Diiringi mimik gusar, ia melangkah mendekat pada Gao Tian yang kikuk karena melakukan kesalahan.“Ma-maaf, Kak Hwan Ching. Biar aku mengambil bakul baru dan memasangnya lagi,” sambut Gao Tian.“Kamu memang tidak berguna, Gao Tian! Kamu tidak layak untuk berada di sekte Tujuh Bintang Kejora. Untung saja Grand Master berbelas kasihan padamu. Keberadaanmu di sini seperti noda bagi sekte ini, tahu tidak …?!”Xuanwu yang masih duduk di kursi kebesarannya memandang tajam ke arah pemuda yang berbicara pada Gao Tian tersebut.Dia tidak tahu apa yang dirasakan Gao Tian. Tapi bahkan ia sendiri saja menilai kata-kata siswa tingkat akhir itu sangatlah berlebihan.Tua
Gaya bertarung Gao Tian sama dengan Tan Guan Ming. Sekira musuh belum mengerahkan teknik yang membahayakan, Gao Tian hanya mengelak dan menangkis. Tetapi begitu musuh lengah atau meninggalkan celah setitik saja … Dhuest, dhuest, dhuest! Melihat pertahanan Hwan Ching terbuka, Gao Tian melepaskan kombinasi pukulan. Badan Hwan Ching terkena dua serangan cepat Gao Tian, begitu juga pipi kirinya. Dia memlilih mundur. “Hanya segitu tenagamu, Gao Tian? Pantas saja kau tidak memiliki ilmu spiritual. Memukul saja lemah begitu!” ejek Hwan Ching. Padahal, dirinya was-was. Ia tidak mengetahui Gao Tian mewarisi cara bertarung guru besar mereka. “Aku tidak ingin bertarung denganmu, Kak. Sekali lagi aku minta maaf. Bagaimana kalau kita akhiri saja pertarungan kita sehingga aku bisa kembali bekerja,” ucap Gao Tian merendah. “Banyak cakap kau!” Keki karena Gao Tian berhasil mendaratkan serangan terhadap dia, Hwan Ching tidak mau mengalah. Dia segera me
Di tempat dirinya berada, Xuanwu yang duduk pada kursi kebesarannya menggerakkan sebelah tangan dengan telapak terbuka. Wajahnya membentuk ekspresi terkejut yang jenaka tanda riang.“Pintar juga kamu, Gao Tian. Betul, betul! Minta pada dewi kestaria ini untuk digojlok setiap hari. Sehingga, kamu menjadi lebih kuat lagi. Tidak lupa, kamu juga harus mencari masalah. Supaya aku bisa mengagumi kecantikan surgawinya setiap saat!” Xuanwu berceloteh.Permintaan Gao Tian itu mengundang Fenglei yang berdiri di belakang kiri dia memandang ke arahnya. Hwan Ching terheran-heran. Adik kelasnya itu terkena sangsi. Tapi, malah dengan suka hati melakukannya.Ga Bo tidak langsung bereaksi. Ia menatap Gao Tian seperti biasa. Penuh kasih sayang, namun tetap tegas. Ia tengah berpikir.“Anak manis ini malah meminta untuk menjalani sangsinya lebih lama. Apakah …, dia mendapati. Dengan bekerja keras dan olah fisik yang tinggi, kemampuan spiritualnya ban
Pekerja dengan jambang tebal pada sebagian wajahnya juga mengenakan topi bambu berkata pada Gao Tian.“Terima kasih atas pujiannya, Paman. Semua itu karena didikan para guru kami di sini,” ucap Gao Tian.Mungkin karena dirinya baru saja bisa mengerahkan ilmu spiritual tanpa bimbingan guru-gurunya, dia tidak menyadari.Agak mengeherankan apabila pekerja sipil seperti laki-laki itu membicarakan kekuatan spiritual. Karena, hanya mereka yang juga memiliki ilmu spirituallah yang mampu melihat pancaran energi spiritual orang lain.Berarti seharusnya dari kata-kata dia, ahli bangunan tersebut dapat melihat seperti apa pancaran kekuatan milik Gao Tian.“Apakah kamu mengetahui, mengapa ia disebut dengan: ‘kekuatan spiritual’?” si ahli bangunan bertanya.Saat itu, baik para pekerja maupaun Gao Tian sedang beristirahat. Sudah dari pagi mereka mulai bekerja. Ga Bo telah menyampaikan pada Gao Tian bahwa muridnya itu menggantikan peran murid yang biasanya menjadi pengawas pekerjaan secara bergantia