Share

Kematian Dirman

    Dengan terbatuk dan napas tersengal, Pak Dirman mendorong gerobaknya menuju arah pulang. Tak dirasakannya sakit yang mendera tubuhnya, ia tersenyum bahagia karena hari ini mendapat rejeki sepotong daging. Ryu pasti akan sangat menyukainya. 

Sampai di persimpangan jalan, karena saking bersemangat mendorong gerobak, Dirman tidak mengetahui ada sebuah mobil yang melaju kencang. Dan tabrakan pun tak bisa dihindari. Ia terpental hingga membentur trotoar.

Sang pengemudi turun dan panik. Ia mendekati Dirman yang tergolek tak berdaya. Ia melihat sekeliling untuk mencari bantuan, tapi jalanan sepi karena lokasi ini termasuk jalanan yang jarang dilewati orang.

Dirman tersengal memandang si penabrak.

"Bapak, bertahanlah. Saya akan mencari bantuan." 

Lalu tiba-tiba terdengar suara decit mobil di belakang mereka. Keluarlah dua orang lelaki.

"Agatha! Apa yang terjadi?" seru seseorang diantaranya.

"Bagaimana kalian ada di sini? A-aku tidak sengaja menabraknya." Wanita si penabrak yang bernama Agatha panik.

"Biar Rio yang urus semua ini. Ayo kita pergi."

"Dean, aku ga bisa meninggalkannya begitu saja." Agtha menepis tangan Dean.

"Kalau orang ini mati, kamu bisa kena masalah," ucap Dean gusar.

Agatha tidak peduli, ia mendatangi Dirman dan membungkuk di depannya.

"Saya akan membawa bapak ke rumah sakit, bertahanlah."

Napas Dirman tersengal. Darah mengalir dari kepala menuju pelipisnya. Netranya berkaca menatap sesuatu yang menggantung di leher Agatha. Mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu.

"Agatha, ayo pergi. Please!" teriak Dean sambil menggamit lengannya.

Agatha mencoba berontak. Ia tetap berusaha berada disamping Dirman. Tidak sengaja jarinya menyentuh tangan Dirman, lalu dengan sisa kekuatan yang ada pada Dirman, digenggamlah tangan Agatha.

Agatha menoleh dan melepas paksa tangan Dean.

Dirman menatap mata Agatha lalu beralih ke kalung yang dikenakannya. Berulang kali ia melakukannya, hingga membuat Agatha bingung.

Dengan tidak sabar, Dean segera membopong Agatha dan memberi perintah pada Rio untuk mengurus semuanya.

Agatha berteriak dan mencoba melawan sekuat tenaga. Tapi ia kalah kuat. Dean segera memasukkannya dalam mobil, lalu langsung pergi begitu saja.

Sedangkan Rio memandang Dirman yang terus saja tersengal. Seringai muncul di senyumnya.

***

Ryu bersiul sepanjang jalan. Hari ini ia senang karena mendapat upah yang lumayan setelah angkat barang di pasar.

Sebagian uang yang di dapat hari ini akan ia tabung untuk membeli sepatu. Besok adalah hari kelulusannya di Sekolah Dasar. Dan ia akan menabung beli sepatu untuk masuk Sekolah Menengah Pertama agar tidak membebani bapaknya.

Ryu menapak sepanjang rel kereta api menuju rumahnya dengan riang. Di kejauhan, di lihatnya banyak orang berkumpul di depan rumahnya. Firasatnya langsung tidak enak. Ia berlari.

Sampai di depan rumah, ia tertegun melihat sebuah bendera kuning tertancap. Semua orang yang hadir memandangnya dengan iba.

Ia menerobos masuk, dan mendapatkan bapaknya sudah terbujur kaku. Tangisnya pecah, ia meraung memanggil bapaknya.

Simon memeluknya dari belakang, dan berusaha untuk menenangkannya. 

"Bapak ... Ryu dapat uang banyak untuk beli sepatu." Ryu tergugu di samping jenazah Dirman.

Simon memegang bahu Ryu, "sudah mau di makamkan. Biarkan bapak lu pergi."

"Bapak kenapa, Bang? Tadi pagi masih baik-baik saja," isak Ryu.

"Dia mengalami tabrak lari di dekat sawah ujung jalan sana. Udah, biarkan jenazahnya diangkat." Simon merapikan kain penutup jenazah. 

Dia banyak merogoh koceknya untuk membeli kain kafan dan membayar biaya penguburan Dirman. Tapi itu tidak masalah bagi dia, karena Dirman sudah seperti kakak kandung baginya.

Iring-iringan kecil pembawa jenazah menuju pemakaman. Tidak ada yang istimewa dan hanya dihadiri segelintir orang.

Pemakaman selesai, Ryu masih bersimpuh di tanah kubur bapaknya. Simon membiarkannya dan ia sedikit menjauh tapi tetap mengawasi.

Simon menyulut sebatang rokok dan menghembuskannya. Dia juga merasa sedih dan sangat kehilangan Dirman. Sekarang tanggung jawab Dirman pada Ryu ada di pundaknya.

Dia menghela napas, berat. Bukan karena ia tidak mau mengasuh Ryu. Tapi karena ia hanya tidak ingin Ryu menjadi seorang bajingan seperti dirinya. Ryu anak yang cerdas, sayang jika ia hanya akan berakhir sepertinya dan pemuda lain di kampung.

Simon hendak menghampiri Ryu dan membujuknya pulang, saat tidak sengaja netranya menangkap sosok lelaki yang sedang mengamati diam-diam di bawah pohon kamboja dekat pintu masuk makam.

Dengan sigap, ia  menghampiri lelaki itu. Tapi ternyata niatnya diketahui, dan orang itu lari. Simon mengejarnya, tapi lelaki itu segera masuk dalam sebuah mobil sedan hitam dan langsung tancap gas.

Simon hanya bisa memandang dengan tatapan curiga. Tapi ia masih sempat melihat plat mobil tersebut, dan menghapalnya di kepala.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Yuliza Armeli AZam
wah makin seru nih,rahasia apa dibalik liontin aghata
goodnovel comment avatar
Kiki Arfin Saputra
seruh aku baca sampai 1 jam
goodnovel comment avatar
Eriskamouchan22
kasihan Ryu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status