Share

7. Kecurigaan

Author: KimJie
last update Huling Na-update: 2024-08-21 10:00:23

Dalam keadaan seperti ini. Pikiran dan hatinya masih dibutakan oleh cinta. Tentu saja dia tidak akan peduli dengan hal lain selain Natan. Gadis itu lebih memilih memilih mengutak-atik ponselnya. Kembali mencoba menghubungi sang kekasih.

"Apa?" tanyanya seperti malas untuk mendengarkan.

"Jutek amat sih? Gak penasaran dia bilang apa? Dia lumayan ganteng Lo, mirip Oppa yang lo suka." Bayu mendengus memeluk tubuhnya sendiri.

"Gak … gue lagi mikirin kak Natan, susah banget dihubungi."

Bayu pun menepuk jidatnya sendiri, tak habis pikir dengan temannya itu. "Hadehhh, bukannya mikirin bokap, lo malah mikirin pacar?"

"Ya gue mikirin bokap lah. Tapi gue lebih kepikiran pacar gue, nasib hubungan gue sama dia itu gimana? Apalagi Mama dan Paman berencana mau bawa gue ke luar negeri. Trus anak ini gimana?"

Pada usianya yang masih muda. Dianara sudah didatangkan dengan banyak masalah dalam hidupnya. Namun, semua itu juga tak lepas dari kesalahannya sendiri, karena dia yang ingin selalu bebas.

"Bener juga. Gue pikir, Lo harus kasih tau secepatnya deh Nara. Jangan biarkan masalah ini berlarut-larut. Kalau lo butuh bantuan, bilang aja."

"Iya, makasih ya Bay.” Raut wajahnya tampak sendu. “Gue seneng lo udah mau datang dukung gue. Gue nungguin kak Natan buat terus terang ke keluarga gue. Tapi gue sekarang gak tau dia ada di mana, gue gak tau harus gimana. Gue pasrah gimana nantinya aja. Kalau mama bener mau misahin gue dan kak Natan, gue mau kabur aja."

Bayu menegakkan tubuhnya. "Nekat amat sih, Lo? Pikirin dulu Nara, jangan gegabah ambil keputusan."

"Iya, gue tau. Tapi kalau keluarga gue tetap menentang hubungan kami. Gue terpaksa Bay."

"Jangan macam-macam! Ingat loh. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya."

Akankah Dianara mendengarkan nasihat Bayu. Dilihat dari karakternya yang keras kepala, Bayu menjadi tidak yakin bahwa Dianara akan patuh. Mengingat dengan kejadian yang sudah terjadi.

Bayu sebenarnya datang untuk menyampaikan sesuatu yang dia dapat dua hari lalu di rumah sakit. Ketika dia pergi menebus obat dan menyelesaikan biaya administrasi Dianara tempo hari. Dia didatangi seorang dokter, yang ternyata adalah orang yang membawa Dianara ke rumah sakit saat gadis itu pingsan di jalan.

Dokter itu menanyakan tentang Dianara. Lebih ke meminta informasi tentang gadis itu. Bayu merasa tidak berhak untuk memberikan identitas Dianara secara detail. Hanya mengatakan sebatas gadis itu adalah teman sekampusnya. Namun, dokter itu mengatakan pernah bertemu dengan Dianara sehari sebelum kejadian, saat di apotik. Dokter itu kelihatannya tertarik pada Dianara. Sebab itulah dia merasa perlu bicara langsung pada gadis itu. Tetapi, sepertinya Dianara tak berniat untuk mendengarkan.

Semua itu dapat dimaklumi. Dianara dihadapi dengan brbagao masaah. Dan kini Dianara tampak enggan untuk membahas hal itu. Bayu juga tak dapat banyak membantu. Dianara juga dikendalikan oleh keluarganya. Yang dapat dia lakukan sekarang hanyalah menjadi teman bicara gadis itu saja.

***

Sementara itu, di lantai bawah tempat Mama dan Tante Dianara berada. Kecurigaan mulai terlihat. Clarissa mulai melihat sesuatu yang beda dari diri Dianara. Hal ini pun langsung dibicarakan pada sang kakak ipar– Asmarini.

"Maksud kamu apa, Rissa?"

Clarissa mengatakan bahwa dia curiga dengan tubuh Dianara yang seperti orang hamil. Asma sempat marah sesaat, walau itu tak dia tunjukkan, tapi dia sudah sedikit emosi dalam batinnya.

"Kakak perhatikan tubuh Dianara. Kelihatan beda kak," ucap wanita keturunan Italia itu dengan aksen yang beda.

"Dia memang sedang bernafsu makan. Tapi itu kan karena dia masih dalam masa pertumbuhan," bantah Asma berusaha sabar.

Dalam hatinya, kenapa Clarissa bisa lancang mengatakan hal itu. Apakah karena pergaulan putrinya sudah melampaui batas? Dia tidak pernah tau selama ini, bagaimana sang putri di luar sana. Dia juga sibuk dengan urusan organisasi dan yayasan yang dijalankan.

"Tidak kak, lihatlah di bagian-bagian tertentu. Seperti bagian dada dan belakangnya." Clarissa tetap pada pendiriannya, matanya tak salah menilai.

Asmarini jadi berpikir. Dua hari ini Dianara memang hanya di kamar saja. Yang mengantar makanan juga selalu ART rumah itu. Namun, setiap pagi dan malam dia masuk untuk melihat putri sematawayangnya itu. Dia memang melihat tubuh putrinya itu terlihat semakin subur. Pertumbuhannya sangat berbeda dari dua bulan yang lalu. Tapi Asma tak merasa curiga sama sekali, dia berpikir itu adalah hal yang wajar.

Setelah Clarissa berkata demikian. Asma akan kembali memastikan bahwa apa yang dimaksud oleh adik iparnya itu, salah. Tidak mungkin kan? Dianara sampai seperti itu. Jika memang benar, berarti dia sudah sangat gagal menjadi seorang ibu yang tak mampu menjaga anak gadisnya.

"Kak … kak Asma?" Clarissa menepuk pelan bahu sang kakak ipar.

Lamunannya buyar seketika. "Hmmm, iya Rissa?"

"Kakak baik-baik saja?" Clarissa sedikit khawatir. Asma memiliki riwayat penyakit jantung. Dia harus waspada setiap saat.

"Kakak gak kenapa-kenapa," jawabnya lirih.

"Maaf, kak. Saya tidak bermaksud lancang. Saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat."

"Gak apa-apa, Riss. Kamu gak salah, kakak yang kurang perhatian selama ini. Kita lihat nanti, mungkin kita harus melakukan tes secara diam-diam."

"Iya, kak. Lebih baik seperti itu."

Terlalu banyak kejutan akhir-akhir ini. Belum selesai dengan masalah suaminya yang sangat rumit. Setelah berita penangkapan sang suami dia juga mendapat masalah di yayasan. Sekarang Dianara juga membawa masalah baru. Entah bagaimana nasib keluarganya kelak?

***

Keesokan harinya, Dianara di bangunkan secara paksa oleh Asmarini dan Clarissa. Waktu yang tepat untuk melakukan tes kehamilan adalah di pagi hari. Hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat. Dalam keadaan setengah sadar, Dianara dibawa ke kamar mandi dan di suruh buang air kecil pada sebuah wadah kecil. Gadis itu menurut, matanya terlalu mengantuk untuk paham dengan apa yang dia lakukan. Kesadarannya belum bekerja dalam keadaan seperti itu.

Setelah selesai, Dianara meninggalkan kamar mandi dan menyerahkan wadah kecil itu pada sang Mama. Lalu dia kembali berbaring dan kembali hanyut dalam mimpinya. Kedua wanita itu pun melakukan niatnya semula.

Beberapa menit kemudian….

"Astaga … Dianara!" teriak Asma tiba-tiba. Terdapat dua garis di alat tes itu. Asma langsung syok dan terduduk lemas di lantai.

"Kak?" Clarissa ikut berjongkok di samping kakak iparnya.

Wanita paruh baya itu hampir pingsan akibat kenyataan di depan matanya. Sementara Dianara masih terbuai dalam mimpinya. Asma memegangi dadanya yang terasa sedikit sesak. Matanya menatap nanar anak perempuannya di atas kasur sana. Marah, tentu saja dia marah! Hal memalukan seperti ini kenapa bisa terjadi?

Asmarini bangkit. Dengan marah dia menghampiri Dianara. "Dianara! Bangun …!" teriaknya lagi.

Teriakan yang pertama tak berhasil membangunkan gadis itu. Kali ini gadis itu hanya mengeliat kecil. Asmarini kemudian mengguncangkan tubuh gadis itu dengan kasar.

"Dianara! Bangun!"

"Emm, ada apa sih, Ma?"

"Cepat bangun! Jelaskan apa ini?"

KimJie

Haiii reader ... Salam kenal Semoga kalian suka cerita ini ya... Follow me in Instagram @rameon_kimjie

| Like
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan untuk Mantan   17. Asal usul Aditya

    Aditya Pradana, Pria 29 tahun, berdarah campuran. Ayahnya asli Surabaya, Indonesia. Sedangkan Ibunya berasal dari Pulau Jeju, Korea Selatan. Pencampuran ras itu terlihat dari wajahnya yang putih, matanya kecil tanpa kelopak, bibir mungil dan hidung mancung khas Korea. Tapi ciri khas orang Indonesia-nya masih terlihat di struktur wajahnya. Sungguh perpaduan yang sempurna, tinggi dan tampan. Dia lahir di Surabaya, dan besar di Korea. Di usia lima belas tahun, Aditya dibawa ibunya pulang ke negara asal, negara empat musim itu. Aditya memiliki nama Korea– Jung Yeon.Kehidupannya sewaktu kecilnya sangatlah keras dan menderita banyak menderita. Ayahnya meninggal karena bunuh diri setelah mengalami depresiasi akibat bangkrut. Ibunya membesarkannya dengan usaha yang sangat keras. Berganti-ganti pekerjaan, menjadi pembantu dapur, tukang cuci piring, bahkan pernah jadi pengantar susu. Demi menghidupi putra satu-satunya, sang ibu rela bekerja lembur dan hanya tidur empat jam setiap hari.Semua i

  • Pembalasan untuk Mantan   16. Tujuan baru

    Widya tampak tersenyum puas seraya meletakkan ponselnya di meja. “Benar, dia sama sekali tidak penting.”Pria itu mendekat dan membungkuk di hadapan Widya. "Lalu, siapa yang penting sekarang?"Widya mengalungkan lengannya pada pundak Natan. "Ya kamu dong, Sayang. Aku udah bantuin kamu nyingkirin Dianara sombong itu. Jadi kamu yang terpenting buat aku." Dengan nada bicaranya yang manja."Kamu memang pintar. Polisi berpikir Dianara mati karena kecelakaan biasa. Mereka bodoh!" Satu kecupan kecil Natan mengenai bibir Widya. Kemudian di berdiri dan duduk di samping wanita itu."Salah dia sendiri kabur dari rumah. Dan kamu berhasil membuat alibi yang kuat, polisi gak curiga sama sekali." Sekarang Widya bergelayut manja di lengan pria itu."Benar, merepotkan jika mereka menyelidiki lebih lanjut. Untung keluarga Dianara juga bodoh!"Natan tertawa renyah dengan rasa kemenangan, menandakan dia puas akan hasil yang didapatkan. Harta, jabatan, kekuasaan. Tak ada lagi yang kurang sekarang. Menjadi

  • Pembalasan untuk Mantan   15. Pengkhianatan terbesar

    Hanya kesabaran yang wanita itu miliki kini. Meski semua keadaan semakin memburuk, dia bersyukur masih ada orang yang mau menemaninya. Kesedihan ini sama-sama mereka rasakan. Ketiganya kini pun larut dalam pikiran masing-masing. Rasa sedih, lelah, serta semua hal yang masih harus mereka hadapi.Bayu terus memperhatikan ibu sahabatnya itu. Meski baru beberapa kali bertemu, Bayu merasa tidak bisa mengabaikan begitu saja. Dia peduli pada Dianara, begitu pun juga keluarganya.Asmarini tampak sangat kelelahan. Keningnya dipijat berulang ulang."Kakak baik-baik saja? Sebaiknya kakak istirahat di kamar."Clarissa mendekat dan merangkul kakak iparnya itu. Dia pun memberitahu bayu untuk pulang terlebih dulu. Dia akan membawa Asmarini untuk beristirahat."Baiklah." Namun, ada sesuatu yang mengganjal di dirinya. "Jika Tante tidak keberatan, saya mau tau tentang perkembangan Dianara." Ya, tentu saja mengenai Dianara. Bayu sangat berharap bisa bertemu lagi dengan sahabatnya itu."Iya, saya akan kaba

  • Pembalasan untuk Mantan   14. Pemakaman Dianara

    Jelas sekali, Aditya memastikan dia berada di pihak yang dia inginkan."Tuan, saya masih dalam perjalanan ke rumah sakit sekarang. Dianara masih bisa diselamatkan. Saya juga seorang dokter."Gunawan melirik Bayu sesaat, dan melihat pria muda itu mengangguk. "Baik, segera bawa Dianara ke rumah sakit.""Bagaimana dengan rencana yang saya …?""Anak buah saya akan segera mengurusnya."Panggilan itu pun diakhiri. Gunawan dengan segera menyuruh anak buahnya bekerja. Dia memerintahkan untuk segera mencari pengganti Dianara di lokasi kejadian. Semua harus dilakukan secara cepat, sebelum polisi datang. Kemudian dia dan Bayu menyusul ke rumah sakit tujuan Aditya.Tak sampai satu jam. Anak buah Gunawan mendapat mayat pengganti yang kemudian diletakkan di dekat mobil Dianara yang terbakar. Mereka menyulut api, hingga mayat itu ikut terbakar bersama dengan mobil. Dengan begini, polisi akan sulit untuk mengidentifikasi.Seperti mendapat celah karena kerja polisi terbilang lambat dalam bekerja. Prose

  • Pembalasan untuk Mantan   13. Mengelabui Natan

    Clarissa menatap wajah wanita di sampingnya. Terlihat begitu jelas, kecemasan dan ketakutan darinya. Sang supir yang masih fokus menyetir mobil itu, tampak sesekali melirik ke kaca spion. Memastikan kondisi di belakangnya baik-baik saja."Kakak berpikir soal berita tadi, apa ada hubungannya dengan Dianara?"Dengan usapan kecil di bahu Asmarini, Clarissa mencoba menenangkan. "Kita belum tau kebenarannya, Kak. Mungkin berita itu dikirim karena iseng saja. Sebaiknya jangan menebak sesuatu yang belum pasti.""Kakak merasa sangat khawatir.""Saya juga khawatir, Kak. Tenangkan dulu diri kakak. Jangan berpikir yang bukan-bukan.""Baiklah."Mereka saling merangkul, saling memberi kekuatan. Apalagi yang bisa dilakukan di saat seperti ini.Waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Hampir satu jam perjalanan mereka ke rumah sakit tujuan. Lokasi yang diberikan Gunawan lumayan jauh dari kediaman mereka. Mereka kini berada di luar kota.Dengan terburu-buru Asmarini dan Clarissa berjalan menuju

  • Pembalasan untuk Mantan   12. Sebuah berita

    Body depan mobil sport merah itu membentur dinding jurang. Kaca bagian depan retak tak berbentuk. Tanpa ada jeda, mobil itu kembali meluncur melewati semak-semak dan bebatuan jurang. Goncangan yang hebat membuat tubuh Dianara terombang ambing membentur bagian atap dan bawah secara bergantian. Entah berapa banyak serpihan kaca yang menggores kulit halusnya. Mobil itu semakin meluncur ke bawah. Suara benturan terus menerus terdengar.BRAKK!! BRAKK!! BRAKK!!Dianara masih bertahan dengan sisa kesadarannya. Hingga akhirnya tubuhnya terasa melayang karena goncangan hebat dan perutnya terbentur setir mobil sangat keras. Tidak terbayangkan bagaimana kesakitan yang ia rasakan saat itu. Ditambah lagi tubuhnya yang remuk seakan kematian telah menanti di depan mata.BRAKKKKK!!!!Mobil itu pun berakhir terbalik di dasar jurang. Dengan kondisi yang sudah tak berbentuk.Namun Dianara masih mempertahankan sisa kesadarannya. Wajah, pelipis, kepala serta seluruh tubuh entah berapa kali sudah terbentur.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status