Malam ini Ellena dan keluarga suaminya akan mengadakan makan malam bersama. Malam ini juga Keysa berencana akan menginap di rumah milik Ellena tentunya rencana itu tanpa sepengetahuan dan juga tanpa izin dari si empunya rumah.
"El tamunya sudah datang. Cepat siapkan makan malamnya!" teriak Widya menyuruh menantunya untuk melayani mereka.Meski darah di ubun-ubun Ellena hampir pecah. Sebisa mungkin ia menahan emosinya. Untung saja Rara datang tepat waktu. Ia datang lebih awal karena kabar dari El sahabatnya yang juga membuatnya ikut geram."El, suara mak lampir, tuh!" Rara dan El sedang bersantai di taman belakang."Biar saja. Biar tenggorokannya putus sekalian.""Mampus dong kalau putus.""Itu keinginan ku kalau mungkin bisa terjadi. Ya, sudah bantu aku menyiapkan makan malam mereka, Ra!" El mengajak Rara untuk menyiapkan makan malam keluarganya."Tunggu, El." Rara beranjak dari kursi goyang yang ia duduki. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu dari sana."Apa itu, Ra?" tanya El yang penasaran dengan barang yang dibawa oleh sahabatnya tersebut."Aku tidak ikhlas sama kelakuan mereka sama kamu. Mereka sudah kamu pungut dan kamu pelihara tapi kelakuan mereka sama kamu justru sebaliknya," geram Rara yang ia tunjukkan pada El."Kamu gila? Apa ini nggak bahaya? Kalau mereka mampus bagaimana?""Bagus kalau mereka mampus sekalian. Tapi, kamu tenang saja. Obat ini cuma untuk pelajaran biar mereka sedikit kapok."Dua orang sahabat itu segera melangkah menuju dapur. Masakan yang sudah selesai mereka olah segera mereka susun di atas meja makan berwarna putih berbahan marmer."Loh, Ra kamu ada di sini juga?" Keysa yang terkejut melihat keberadaan Rara."Tentu saja. Aku di sini di undang pemilik rumah sendiri." Rara tersenyum miring sambil melanjutkan membantu El menata makanan."El, siapkan kamar untuk Keysa karena Keysa mau menginap di sini. Kebetulan besok pagi-pagi sekali aku dan Keysa ada perjalanan dinas keluar kota selama beberapa hari." El tidak menolak. Toh semua ini ia lakukan untuk menyenangkan mereka sebelum semuanya merasakan balasan yang sepadan seperti yang di rasakan oleh Ellena.Rara sudah diberitahu semuanya oleh El. Gadis itu memilih diam dan duduk manis di sebelah sahabatnya.Saat makan makan di mulai."El, ambilkan aku sop iganya dong!" Keysa bak seorang putri yang meminta untuk dilayani.El tidak menolak tapi tatapan tajam dan emosi ditunjukkan oleh Rara atas kelakuan sahabat yang satunya itu."Ma, aku juga besok kebetulan mau pergi menjenguk keluarga mas Kevin. Mas Kevin juga sudah izin cuti dari perusahaan." Tamara bersuara."Kok, bisa kebetulan sekali sih. Mama juga mau ada acara sama teman-teman arisan mama. El, kamu nggak apa-apa kan di rumah sendiri." El menanggapinya dengan anggukan.'Dasar parasit! Kalian kira aku bodoh! Aku tahu kalian semua sudah bersekongkol di belakangku.'Ketika acara makan telah usai. Tamara dan Kevin---suaminya segera berpamitan. Anak dan menantu Widya itu hanya numpang makan di rumah orang."Sayang, kamu istirahat saja dulu. Besok pejalan kalian pasti melelahkan. Meja dan peralatan makan biar El saja yang bereskan soalnya El sudah terbiasa karena tidak ada pekerjaan lain. Iya, kan El?Widya menyuruh Keysa. Sementara El hanya tersenyum samar justru Rara yang seolah tidak terima dengan perlakuan Widya pada menantunya sendiri."Benar kata mama, Key. Biar El saja yang bereskan. Kamu kan tamu di rumah ini." Bara mendukung ibunya bukan memihak pada istrinya sendiri.Usai semua tamu berpamitan pulang. Mereka masuk ke kamar masing-masing."Mas, kamu kenapa?" tanya El penasaran karena melihat suaminya yang bolak balik keluar kamar kecil."Aku juga nggak tahu, El. Perut aku tiba-tiba mules banget."'Syukur in kamu!' El menertawakan suaminya dalam hati.El dan Rara sengaja bersekongkol. Keduanya sengaja memberikan obat pencahar pada minuman Bara dan juga Keysa.Di dalam kamar tamu. Keysa berkali-kali menghubungi nomer kekasihnya namun nihil karena ponsel milik Bara telah dimatikan oleh istrinya dan nomer Bara juga berhasil disadap oleh Ellena."Dasar perempuan gatal. Rasakan saja sedikit pembalasanku ini. Percuma tidak akan ada orang yang menolong mu." El sengaja mengganti kunci kamar tamu agar El tidak bisa keluar kamar pun sebaliknya Bara tidak bisa mengunjungi gundiknya yang sedang berada di kamar tamu. Tidak lupa serbuk gatal sudah El taburkan di atas ranjang yang ditempati oleh Keysa dan bisa dibayangkan selain menderita sakit perut akibat obat pencahar ditambah lagi gatal-gatal yang saat ini sedang menyerang kulitnya yang tidak pernah telat perawatan klinik kecantikan menggunakan uang milik Ellena.Iya, Ellena tahu aneh hal itu karena tempat perawatan kecantikan Keysa adalah tempat biasa El juga melakukan perawatan sebelum dirinya disibukkan untuk mengurus rumah, suami, dan juga ibu mertuanya."Lepas! Lepaskan aku!" Bara di seret oleh pihak keamanan rumah sakit yang sebelumnya sudah dihubungi oleh Abi. Sebelum dibawa ke kantor polisi, terlebih dahulu pria tersebut diamankan di kantor keamanan pihak rumah sakit."Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Abi yang sudah berada di sebelah ranjang yang ditempati oleh Ellena.Ellena menggeleng ke arah pria tersebut. "Syukurlah kamu datang tepat waktu. Pria itu masih berambisi untuk merebut seluruh harta warisan milikku." Tangan El mengulurkan lembaran kertas yang tadi dibawa oleh Bara.Abi mengambil kertas tersebut dari tangan Ellena dan mulai mengamati setiap tulisan yang tertera di atas kertas tersebut."Ini surat kuasa untuk pengalihan seluruh harta warisan atas nama kamu." El mengangguk. "Benar-benar manusia yang tidak punya malu."Derit suara pintu kamar El terdengar dan setelahnya pintu ruangan tersebut terbuka. Dua orang menyembul dari balik pintu tersebut. "El, apa kamu baik-baik saja, Nak?" Mirna menghambur, menghampiri dan langsu
Keesokan paginya Bara kembali berniat untuk pergi ke rumah sakit tempat di mana dirinya mengantarkan sang ibu untuk berobat sekaligus di tempat itu pula dirinya bisa kembali dipertemukan dengan Ellena. Sebuah ide kembali terlintas di otaknya. Suami dari Keysa tidak mau membuang kesempatan yang ada di depannya itu begitu saja."Mas, kamu mau ke mana? Ini masih gelap loh?" Keysa menangkap gelagat aneh dari suaminya itu.Bara mendekati istrinya dan duduk di ujung ranjang. "Key, aku mau melanjutkan rencana kita. Kamu tahu di rumah sakit kemarin aku ketemu dengan siapa?" Keysa menggeleng tidak mengerti dengan maksud dari ucapkan suaminya tersebut."Aku bertemu dengan Ellena. Iya, Ellena ternyata ada dan di rawat di rumah sakit tempat aku memeriksakan mama. Aku lihat sendiri. Dan kamu tahu apa rencanaku?""Memangnya kamu punya rencana apa, Mas?""Aku mau mendesak Ellena agar dia mau untuk menandatangani berkas yang sudah aku persiapkan." Bara tersenyum penuh arti."Tapi apa itu nggak berba
"Mas, apa nggak ada rumah yang lebih baik dari pada rumah ini." Mata Keysa menyusuri bangunan yang akan mereka tempati sebagai tempat tinggal pengganti sebelumnya. Rumah yang berada di pemukiman cukup padat penduduk berjarak kurang lebih satu jam perjalanan dari tempat sebelumnya. Iya, Bara buru-buru menjual rumah mereka yang sebelumnya dengan harga di bawah rata-rata karena terdesak oleh keadaan."Syukur i saja, Key dari pada kita mati konyol sama para preman itu. hitung-hitung kita juga menghindar dari El dan juga orang-orangnya. Bisa saja kan mereka juga mengincar kita, bahkan mungkin mereka sudah membuat laporan dan segera menindaklanjuti laporan si El untuk kita." Bara mencoba untuk memberikan pengertian pada istrinya itu. "Iya, aku tahu itu, Mas. Tapi nggak harus jual rumah dengan harga murah dan dapat pengganti rumah yang seperti ini.""Kalau mau rumah kita laku dengan harga tinggi nggak mungkin keburu, Key. Bisa-bisa preman-preman itu sudah menghabisi kita duluan. Yang pentin
Mas muka kamu kenapa ditekuk gitu? Kamu juga aku telpon-telpon kenapa tidak diangkat?" cerca Keysa pada suaminya yang baru saja pulang. "Kamu masih tanya aku kenap, hah! Kalau kamu nggak keras kepala pasti kejadian ini tidak akan terjadi dan semua harta dan aset milik Ellena sudah ada di tangan kita!" Bara memuntahkan emosinya. Bara berpikir jika semua ini terjadi juga karena ulah dari istrinya yang tidak mau mendengarkan ucapannya."Maksud kamu apa, Mas? Aku nggak ngerti? Kamu pulang-pulang langsung marah-marah." Keysa protes tidak terima dengan sikap suaminya. Dan dia juga dibuat bingung karena sikap Bara yang baru saja sampai rumah dan tiba-tiba meluapkan emosinya."Kamu masih tanya maksud aku apa? Kamu nggak usah ngeles, Key. Aku tahu beberapa hari lalu kamu mendatangi tempat aku menyembunyikan si El, kan?" Keysa terkejut dengan pernyataan dari suaminya itu."Ba-bagaimana kamu bisa tahu, Mas?""Karena aku sudah mengikuti kamu. Aku yakin kamu pasti tidak akan mendengarkan omongank
Pyarrr!Bara dan anak buahnya yang berada di dalam rumah tersebut dibuat kaget dengan suara pecahan kaca."Cepat periksa keluar! Jangan-jangan ada orang lain juga di tempat ini!" Bara memberikan perintah pada abdi buahnya. Bara juga sudah berjaga-jaga untuk bersembunyi dan menyembunyikan identitasnya. Pria tersebut berlari ke arah gudang yang ada di bagian belakang."Nggak ada siapa," ujar preman berbadan cungkring pada dua kawannya tersebut."Coba lihat itu!" tunjuk pria berambut keriting pada bungkusan kertas yang dibulatkan yang jatuh tidak jauh dari tempat jendela yang kacanya sudah pecah dan berserakan di atas lantai akibat lemparan suatu benda.Pria bertubuh cungkring itu segera mengambil kertas tersebut dan segera memeriksa bungkusan apa yang mereka temukan itu. "Batu? Ini juga ada pesannya." Si cungkring menunjukan apa yang ada di tangganya pada kawannya itu."Bos kita menemukan ini di depan sana.""Apa ini?" Bara mengambil kertas tersebut dan kemudian membacanya. "Kurang aja
Maaf, pak Danu. Kami belum berhasil menemukan keberadaan nona El. Tenyata tim saya terkecoh.""Bagaimana pun segera temukan El. Saya sangat berharap sama kamu, Abi.""Baik, pak Danu. Kami akan usahakan semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan nona Ellena."*"Key, kamu seharian ini dari mana saja?" Bara ingin mengetahui seberapa jujur istrinya itu kepadanya."Di rumah lah, Mas. Memangnya mau kemana lagi." Bara sedikit kecewa mendengar pengakuan istrinya. Ternyata Keysa tidak seperti yang ia kira yang akan menjadi istri penurut kepadanya.Bara sudah tahu dan bahkan sengaja mengikuti kemana istrinya itu pergi. Keysa tega meninggalkan sang ibu mertua dengan kondisinya saat ini."Aku masih suap in mama dulu, Mas. Kamu makan saja dulu sudah aku siapin juga semuanya di atas meja makan." Bara baru saja pulang ke rumah dan selesai membersihkan diri, ia turun ke lantai dasar untuk menemui ibu dan juga istrinya serta menikmati makan malamnya di rumah.Hari itu Bara belum berhasil mendapatkan