"Mas, apa nggak ada rumah yang lebih baik dari pada rumah ini." Mata Keysa menyusuri bangunan yang akan mereka tempati sebagai tempat tinggal pengganti sebelumnya. Rumah yang berada di pemukiman cukup padat penduduk berjarak kurang lebih satu jam perjalanan dari tempat sebelumnya. Iya, Bara buru-buru menjual rumah mereka yang sebelumnya dengan harga di bawah rata-rata karena terdesak oleh keadaan."Syukur i saja, Key dari pada kita mati konyol sama para preman itu. hitung-hitung kita juga menghindar dari El dan juga orang-orangnya. Bisa saja kan mereka juga mengincar kita, bahkan mungkin mereka sudah membuat laporan dan segera menindaklanjuti laporan si El untuk kita." Bara mencoba untuk memberikan pengertian pada istrinya itu. "Iya, aku tahu itu, Mas. Tapi nggak harus jual rumah dengan harga murah dan dapat pengganti rumah yang seperti ini.""Kalau mau rumah kita laku dengan harga tinggi nggak mungkin keburu, Key. Bisa-bisa preman-preman itu sudah menghabisi kita duluan. Yang pentin
Keesokan paginya Bara kembali berniat untuk pergi ke rumah sakit tempat di mana dirinya mengantarkan sang ibu untuk berobat sekaligus di tempat itu pula dirinya bisa kembali dipertemukan dengan Ellena. Sebuah ide kembali terlintas di otaknya. Suami dari Keysa tidak mau membuang kesempatan yang ada di depannya itu begitu saja."Mas, kamu mau ke mana? Ini masih gelap loh?" Keysa menangkap gelagat aneh dari suaminya itu.Bara mendekati istrinya dan duduk di ujung ranjang. "Key, aku mau melanjutkan rencana kita. Kamu tahu di rumah sakit kemarin aku ketemu dengan siapa?" Keysa menggeleng tidak mengerti dengan maksud dari ucapkan suaminya tersebut."Aku bertemu dengan Ellena. Iya, Ellena ternyata ada dan di rawat di rumah sakit tempat aku memeriksakan mama. Aku lihat sendiri. Dan kamu tahu apa rencanaku?""Memangnya kamu punya rencana apa, Mas?""Aku mau mendesak Ellena agar dia mau untuk menandatangani berkas yang sudah aku persiapkan." Bara tersenyum penuh arti."Tapi apa itu nggak berba
"Lepas! Lepaskan aku!" Bara di seret oleh pihak keamanan rumah sakit yang sebelumnya sudah dihubungi oleh Abi. Sebelum dibawa ke kantor polisi, terlebih dahulu pria tersebut diamankan di kantor keamanan pihak rumah sakit."Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Abi yang sudah berada di sebelah ranjang yang ditempati oleh Ellena.Ellena menggeleng ke arah pria tersebut. "Syukurlah kamu datang tepat waktu. Pria itu masih berambisi untuk merebut seluruh harta warisan milikku." Tangan El mengulurkan lembaran kertas yang tadi dibawa oleh Bara.Abi mengambil kertas tersebut dari tangan Ellena dan mulai mengamati setiap tulisan yang tertera di atas kertas tersebut."Ini surat kuasa untuk pengalihan seluruh harta warisan atas nama kamu." El mengangguk. "Benar-benar manusia yang tidak punya malu."Derit suara pintu kamar El terdengar dan setelahnya pintu ruangan tersebut terbuka. Dua orang menyembul dari balik pintu tersebut. "El, apa kamu baik-baik saja, Nak?" Mirna menghambur, menghampiri dan langsu
Ellena seorang putri tunggal sekaligus pewaris perusahaan milik orang tuanya. Ia terjerat cinta seorang pria yang bernama Bara---pegawai di perusahaan milik orang tuanya yang masih dipercayakan pada sahabat almarhum ayahnya.Usai menikah, Ellena mempercayakan perusahaan milik keluarganya yang sudah dipindah kepercayaannya pada suaminya tersebut dan memilih menjadi ibu rumah tangga karena ia ingin mengabdikan hidupnya untuk suami.Apa yang Ellena korbankan tidak sesuai dengan balasan yang ia peroleh dari suami dan keluarga suaminya yang ia tampung di rumahnya. Bara diam-diam bermain api di belakang Ellena dan keluarganya tahu tentang itu dan mereka pun mendukung dan ikut menyembunyikan kenyataan pahit tersebut dari Ellena.Sudah cukup bagi Ellena selama ini ia berkorban untuk kebahagiaan suami dan juga keluarganya.Kebaikan yang dibalas dengan penghianatan membuat Ellena sadar jika pria yang menjadi pendamping hidupnya untuk saat ini tidak patut untuk ia perjuangkan dan pertahankan.Se
"Vid, tolong persiapan semuanya. Aku percayakan semuanya sama kamu!" perintah Ellena pada seseorang sebelum ia mengakhiri percakapan. Iya, setelah mengendus kecurangan yang sudah dilakukan oleh suami dan ditambah pula peran dari keluarga Bara membuat Ellena perempuan 25 tahun tersebut meradang."El, apakah kamu sudah yakin?" tanya Rara salah satu sahabat baiknya sedari kecil. "Iya, tentu saja. Akan aku buat tikus-tikus itu masuk ke dalam perangkap dan mati membusuk di dalam sarang yang sudah mereka buat sendiri.Dua tahun sudah perjalanan rumah tangga antara Ellena dan Bara berjalan. Awal pertemuan mereka adalah di perusahaan milik orang tua Ellena. Ellena yang sengaja bekerja sebagai karyawan magang sedangkan Bara merupakan salah satu karyawan berprestasi dan juga menjadi salah satu orang kepercayaan Danu sebagai pemegang perusahaan untuk sementara sebelum akhirnya akan berpindah pada memilik asli yakni Ellena Gunawan Wijaya.Ellena yang sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Danu
"El, hari ini Keysa mau makan malam bareng kita. Kamu jangan lupa masak yang banyak. Masak gulai ikan kakap sama sup iga sapi itu kesukaannya Keysa." Tanpa memperhatikan perasaan hati anak menantunya. Widya memerintah pada Ellena untuk menyiapkan makan malam dengan menyajikan makanan yang menjadi kesukaan tamunya itu. Keysa adalah sahabat dari Ellena, tetapi gadis itu sangat pandai mengambil hati seluruh keluarga Bara.Rumah yang merupakan kediaman milik Ellena tetapi seolah Ellena yang menumpang hidup pada keluarga Bara. Ellena yang harus patuh pada tamunya. Dengan tanpa tahu malunya tanpa mempertimbangkan apakah El setuju atau tidak. Widya sudah mengambil keputusan untuk memecat dua asisten rumah tangga yang bekerja di rumah tersebut dengan alasan karena Ellena ingin melakukan perannya sebagai ibu rumah tangga. El, patuh bukan berarti dia bodoh hanya saja sebuah misi balas dendamnya agar sakit hatinya itu bisa terobati.Setelah menikah ..."Mas, rumah ini sepi kalau kita tinggali c
Malam ini Ellena dan keluarga suaminya akan mengadakan makan malam bersama. Malam ini juga Keysa berencana akan menginap di rumah milik Ellena tentunya rencana itu tanpa sepengetahuan dan juga tanpa izin dari si empunya rumah."El tamunya sudah datang. Cepat siapkan makan malamnya!" teriak Widya menyuruh menantunya untuk melayani mereka.Meski darah di ubun-ubun Ellena hampir pecah. Sebisa mungkin ia menahan emosinya. Untung saja Rara datang tepat waktu. Ia datang lebih awal karena kabar dari El sahabatnya yang juga membuatnya ikut geram."El, suara mak lampir, tuh!" Rara dan El sedang bersantai di taman belakang."Biar saja. Biar tenggorokannya putus sekalian.""Mampus dong kalau putus.""Itu keinginan ku kalau mungkin bisa terjadi. Ya, sudah bantu aku menyiapkan makan malam mereka, Ra!" El mengajak Rara untuk menyiapkan makan malam keluarganya."Tunggu, El." Rara beranjak dari kursi goyang yang ia duduki. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu dari sana."Apa itu, Ra?" tanya El
Sampai pagi harinya. El sengaja membiarkan suaminya sampai tertidur di kamar mandi, mungkin karena kecapean bolak balik ke toilet hingga Bara menjadi tidak sadar. El masa bodoh setelah mengetahui fakta bagaimana melakukan orang yang sudah dengan tulus ia berikan kasih sayang dan cintanya namun justru sebaliknya yang ia dapatkan. Penghianatan. El tidak mengkhawatirkan kondisi dari suaminya karena obat tersebut tidaklah berbahaya. Rara---sahabatnya juga tidak akan mungkin setega itu. Sebelumnya dia juga sudah berkonsultasi dengan petugas penjual obat tersebut."El, sudah jam berapa ini?" Bara keluar dari kamar mandi dengan kondisinya yang kacau. El sengaja pura-pura masih tidur padahal sudah dari tadi perempuan itu terjaga dari tidurnya.El pura-pura mengucek matanya dan mengeluarkan seolah ia memang benar baru bangun dari tidurnya."Mas, kamu kok berantakan seperti itu?" Bara sedikit lebih pucat mungkin karena banyak cairan tubuhnya yang terkuras.Bara segera melihat jam didinding ya