Sekitar satu jam sudah Edward dan Barnard berlatih namun Barnard belum mau berhenti karena ia merasa, belum bisa menembak tepat sasaran seperti Edward.
"Aku lelah. Ayo kita cari makanan,"ujar Edward namun Barnard tidak perduli, ia masih fokus menembak pada sasarannya. Edward pernah di posisi Barnard, layaknya candu dan tidak ingin di ganggu sama sekali hingga, Edward memutuskan meninggalkan Barnard sendiri. Namun, saat membuka pintu seseorang terlebih dahulu membuka pintu dari luar, melihat Barnard berlatih begitu semangat, hingga ia merasa begitu kagum namun kekagumannya berubah saat Barnard mengarahkan senjata ke arahnya, dan secepatnya Barnard melesatkan peluru. Namun, beruntung seseorang yang tidak lain adalah Carlos menghindar dengan cepat."Kau ingin membunuhku?" tanya Carlos dengan tatapan tajamnya.Jika ingin main-main Carlos lebih ingin main-main saat ini. Sudah lama Carlos tidak bersenang-senang, biasanya Carlos selalu melatih nyali anggota baru yang ada dalam kelompoknya dengan caranya sendiri dan tak ada pengecualian.Tangan Carlos mengisyaratkan agar Barnard mendekat lalu Carlos sedikit bergeser dan menyuruh Barnard berdiri di posisinya tadi kemudian Carlos meraih senjata lalu meletakkan apel di atas kepala Barnard."Aku tidak sengaja, Bos," ucap Barnard dengan suara serak.Sayangnya Carlos justru mengabaikan kata-kata Barnard lalu ia mundur beberapa langkah setelah meletakkan apel di kepala Barnard. Sikap dingin Carlos membuat Barnard mengira ia akan berakhir di tangan Carlos hari ini.Seketika apel berwarna merah membentuk lubang di tengahnya yang disebabkan oleh peluru yang Carlos lesatkan namun apel yang ada di kepala Barnard sama sekali tidak bergeser sedikit pun apalagi terjatuh.Tepuk tangan Edward terdengar begitu nyaring, sementara Barnard berkeringat dingin melirik ke arah Edward. Sama sekali Edward tak ada niat membela Barnard saat ini.Sekali lagi peluru yang keluar dari senjata Carlos menari di udara dengan lurus lalu mengarah ke atas kepala Barnard, seketika apel yang tadinya tidak bergeser sama sekali, kini hancur dan berjatuhan ke lantai seiring dengan debaran jantung Barnard yang berdebar tak karuan."Ini baru permulaan, apa kau ingin bersungguh-sungguh?" Carlos berjalan beberapa langkah lalu mengambil senjata lain yang lebih bagus dari senjata yang ia pegang saat ini."Ambil ini!" Tangan kiri Carlos melempar senjata yang ada di tangannya ke arah Barnard."Aku ...." Seakan suara Barnard terjeda sesaat setelah ia menerima senjata dari Carlos, senjata bagus percuma jika tidak bisa menggunakannya.Jika ini sungguh-sungguh maka akan dapat di pastikan Barnard akan meregang nyawa di tempat ini, ruangan kedap udara ini tak akan ada satu pun yang akan tahu kalau dirinya mati.Edward mendekat ke arah Barnard lalu menepuk bahu Barnard, "Kau yang mulai kawan. Semangat aku hanya bisa mendoakan.""Arahkan ke sana," pinta Carlos.Barnard menurut, ia mengarahkan senjatanya ke arah papan gambar bidik. Carlos terlebih dahulu menembak kemudian Barnard menyusul menebak di tempat yang sama.Peluru yang ditembakkan oleh Barnard tepat kena di atas peluru Carlos membuat laki-laki berkepala plontos itu tersenyum penuh kemenangan. Melatih anak buahnya dengan tegas adalah salah satu cara Carlos, jika tidak tegas maka ia akan dengan mudah di injak-injak dan anak buahnya menjadi pemberontak.Lama Carlos menatap Barnard, ia merasa kagum dengan Barnard karena hitungan jam pemuda itu sudah lumayan mahir dalam menggunakan senjata tapi Carlos tidak ingin memuji kepintaran Barnard karena ia tidak ingin di kalahkan oleh anak buahnya, jika sampai itu terjadi maka ia akan tersingkirkan dari kelompok dan Carlos tidak ingin itu terjadi karena ia belum puas menjalankan misinya...Lemah, itu yang dirasakan oleh Barnard saat ini karena Carlos tidak memberikan jeda untuk Barnard beristirahat sementara Edward sudah tertidur di pojok ruangan."Ayolah, Bos. aku begitu lelah," ujar Barnard lalu meletakkan senjatanya."Bajingan! Harusnya kau tadi menurut perkataan Edward, jika dia mengajakmu untuk beristirahat itu tandanya ia masih peduli denganmu." Carlos menendang kaki kiri Barnard hingga laki-laki itu berlutut.Seketika Barnard terbayang wajah Jack, laki-laki yang menyuruhnya berlutut dan menjilati sepatunya."Bangsat!" Barnard kehilangan kendalinya, ia menganggap Carlos saat ini adalah Jack.Jika bisa melampiaskan amarahnya pada Carlos, Barnard juga yakin bisa memusnahkan Jack suatu saat nanti. Barnard yakin jika Jack saat ini hanya berada di bawah lindungan bodyguardnya dan senjata yang Jack punya, tanpa itu maka Jack bukan apa-apa.Barnard menggerakkan tangannya lalu meninju ke arah Carlos, namun Carlos dapat menghindari pukulan Barnard dengan cepat. Jika saat ini Barnard marah padanya maka ini awal yang bagus melatih amarah Barnard agar menjadi pribadi yang lebih garang dan dingin."Wow ... bagus, hanya itu. Jangan lemah Barnard, namamu itu tidak lemah, bertindaklah sesuai namamu Barnard atau kau ingin cepat menyusul ibu dan ayahmu." Carlos tergelak sesaat setelah berkata demikian.Nyatanya, mulut George tidak bisa menyimpan rahasia, ia mengatakan pada Carlos kalau Barnard adalah anak yatim piatu dari panti asuhan.Sungguh saat ini emosi Barnard sedang di pancing karena perkataan Carlos barusan padahal Carlos sengaja melakukannya agar amarah Barnard terpancing, ia mendekat ke arah Carlos lalu menendang perut Carlos namun lagi-lagi Carlos menghindar, Carlos membalas menendang kepala Barnard dari belakang.Tubuh Barnard terhuyung, matanya mengabur namun Barnard masih ingin bangkit, ia tidak ingin berakhir dan menyerah begitu saja. Carlos tersenyum sinis saat melihat Barnard yang tidak mudah menyerah padahal Barnard belum paham dan belum menguasai ilmu beladiri sepenuhnya.Carlos membuat gerakan empat jari ke arah Barnard agar Barnard maju kembali menghadapinya, hal tak terduga pun terjadi. Suara letusan tembakan terdengar begitu keras di luar gedung, Barnard memandang ke arah kaca namun saat suara tembakan ke arah kaca Carlos dengan tepat menarik tubuh Barnard agar Barnard segera menunduk dan bertiarap di lantai."Bajingan! Mereka telah memberontak lagi," ucap Carlos sambil mengepalkan tangannya dan rahangnya mengeras namun masih dalam posisi tiarap.Berlahan mereka merangkak menuju tempat aman setelah mengambil senjata. Carlos menyuruh Barnard menepi dan mengambil ponselnya untuk menelpon George agar anak buahnya melakukan serangan balik ke arah pemberontak walaupun sebenarnya George juga tidak akan diam saja jika pemberontak masuk kedalam gedung mereka dan membuat onar.Suara kaca pecah kembali terdengar nyaring, Carlos membidik seseorang yang memegang senjata di bawah, sementara Carlos dari lantai atas. Pemberontak harus mati di tangannya sendiri.Peluru pun Carlos lesatkan membuat orang yang memberontak itu seketika terkapar tak bernyawa lagi, sekali tembakan tepat mengenai kepala pemberontak."Kau baru di sini tapi kau sudah diuji nyali," kekeh Carlos lalu menyerahkan senjata pada Barnard, Carlos ingin Barnard mencoba apa yang ia pelajari tadi secara langsung pada musuh.Bukan tak ingin melawan tapi jika ia sendiri yang menyerang maka mereka bisa mati dalam banyaknya peluru yang terus masuk bertubi-tubi."Aku?"Barnard terlihat ragu, ini kali pertama dia terlibat dalam pembunuhan."Ya. Apa kau ingin diam saja dan mati di ...." Ucapan Carlos terjeda saat peluru kembali memecahkan kaca jendela yang nyaris jatuh.Sedangkan Carlos bergeser ke arah lain lalu mengambil senjata yang tadinya sempat ia serahkan pada Barnard. Carlos tiarap lalu menembakkan secara brutal ke bawah, beberapa diantara mereka mati dan ada juga yang bersembunyi di balik mobil mereka.Kembali tembakan masuk ke dalam ruangan mereka yang kini sudah tanpa jendela kaca dan peluru itu mengenai ....Malam dengan gemerlap lampu diskotik menerangi ruang penuh dengan suara musik dan tawa, terdengar samar seseorang sedang berbisik di ujung bar sambil melirik ke arah seorang pria yang duduk sendiri. "Bawa minuman ini padanya!" Seorang laki-laki berpakaian jas rapi menyuruh seorang pelayan mengantarkan minuman padanya. Barnard duduk sambil menatap gelas yang berisi anggur di tangannya, pikirannya tak luput pada wanita yang kini menjadi sekretarisnya, Barnard menaruh kecurigaan kalau wanita itu menginginkan sesuatu yang lebih darinya. "Tuan, mau anggur dengan rasa khas yang agak klasik namun menarik untuk rasa yang lebih baru," ucap salah seorang pelayanan bar yang sebelumnya adalah suruhan laki-laki misterius itu. Suara pelayan itu cukup membuat Barnard terkejut namun ia masih bisa mengontrol emosinya. Barnard menegak dengan cepat minuman yang baru saja diberikan oleh pelayan namun minuman itu justru membuatnya begitu cepat pusing dan rasa ingin muntah. "Oh, Tuhan! Aku sepert
"Caline, apa kau yakin bisa membuatnya tunduk padamu?" tanya Carlos sesaat mereka tiba di rumah. Berlian yang baru saja mereka curi segera mereka simpan di salah satu tempat yang begitu rahasia. Carlos tidak begitu yakin dengan rencana yang di susun oleh Caline. "Aku yakin, aku tahu siapa Barnard, satu langkah lagi ...." Bragh .... Suara pintu di dobrak begitu memekakkan telinga, terlihat seseorang berdiri sambil menodongkan pistol ke arah mereka berdua, senyum penuh kemenangan terlihat jelas di wajah itu walaupun terlihat sedikit ada dendam. "George!""Kau terkejut?" George terkekeh lalu mendekati mereka berdua. "Harusnya kau bekerja dan mengandalkan aku, bukan wanita jalang ini. Wanita bisa saja berkhianat bukan?" George terlihat begitu kesal pada Carlos namun Caline hanya diam saja. "Bukan begitu, Caline akan membuat Barnard jatuh lagi. Caline mampu menguras semua harta yang Barnard miliki dan kita akan kaya raya," terang Carlos namun George hanya diam saja. Rasa dendamnya
Setelah satu tahun berlalu dari hadapan Jack dan Starla kini Barnard kembali muncul dengan gaya baru. Ia begitu muak dalam gangguan Jack dan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman, maka sementara ia menghindari mereka karena ingin hidup tenang. Di negara ini tak cukup membuat Barnard senang, ia masih memikirkan apa yang seharusnya ia dapatkan, kini bersama dua orang pengawal yang telah menemaninya hampir dua tahun Barnard ingin membalas dendam pada Jack. "Ternyata kau lagi," ucap Jack yang sedang merapikan jasnya.Bagaimana bisa Jack lupa dengan kerja sama yang mengatasnamakan nama samaran lagi, ini kali ke dua Jack tertipu oleh Barnard, Barnard menggunakan nama pengawalnya untuk kerjasama dengan Jack, tak lain tujuannya untuk merebut perusahaan Jack lagi. "Ada masalah kah, Tuan? Bisnis tetaplah bisnis sedangkan aku akan tetap menjadi musuhmu bukan?" Barnard terlihat santai menanggapi perkataan Jack. Tampilan dan gaya Barnard saat ini sungguh bukan lagi dirinya yang dulu, pakaia
Dor.... Dor.... Brandal yang sebelumnya telah di bayar oleh nyonya besar yang memiliki banyak uang dalam jumlah besar kini telah mendatangi rumah Barnard dan mereka mencari keributan dengan Barnard. "Banjingan kau, Jack!" umpat Barnard lalu bangkit dari duduknya. Cukup lama ia tidak menyelesaikan laporan keuangan di kantornya, kini pekerjaannya menumpuk tapi pengacau datang dan merusak konsetrasi yang ada. Sebelumnya Barnard berpikir kalau yang datang mengacau adalah Jack tapi ia salah, nyatanya ada beberapa berandal yang sedang terbahak di luar rumahnya sementara Jack masih berada di rumah Edgar. "Berani sekali!" Barnard tersenyum sinis lalu berjalan masuk ke dalam ruangan rahasianya dan mengambil sejatanya. "Tuan ... Tuan belum sehat betul, jadi saya mohon jangan seperti ini." Salah satu dari pengawal yang mengikutinya kini berucap sambil meraih senjata yang Barnard simpan juga. "Lalu, apa kalian berdua rela mati demi aku?" Keduanya saling menatap namun Barnard justru menin
"Tak ada wanita yang setia, semuanya pelacur ketika uang yang berbicara," maki Barnard lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia teramat kesal pada Flow saat ini, ia berpikir kalau Flow hanya menginginkan harta dan harta. Tak lama masuk kedua orang yang sebelumnya mengawal Barnard. Meraka terlihat tergesa-gesa dan saling dorong mendorong. "Mau apa lagi!" Barnard memasang wajah kesalnya. "Kami bertugas melindungi Anda, Tuan." Kedua pengawal yang di tugaskan untuk melindungi Barnard sama-sama membungkuk di hadapan Barnard. Laki-laki yang bernama Bobby dan Candra itu terseyum ke arah Barnard seolah mengisyaratkan agar diri mereka tidak di usir sari rumah Barnard. "Baiklah, duduk! Tapi jika kalian berani macam-macam maka kalian berdua yang akan aku habisi dengan tanganku sendiri," pungkas Barnard lalu pergi meninggalkan mereka berdua setelah mengepalkan tangannya, kedua pengawal itu bergidik ngeri tapi mereka harus melakukan ini semua karena perintah. ***Di tempat lain, wanita yang be
"Kau sudah sadar?" Edgar tersenyum sinis menatap Jack yang terbaring lemah di atas ranjang tanpa alas, sementara Starla terikat di kursi besi di sudut kamar. Wanita itu terlalu banyak bicara sejak kemarin hingga membuat Edgar muak. Sebelumnya Starla menolak kalau ayahnya di bawa ke dalam rumah oleh Edgar karena Starla ingin ayahnya mendapatkan perawat yang layak dan hendak membunuh Edgar menggunakan pisau dapur namun Edgar yang licik tidak membiarkan Starla begitu saja lolos dari genggamannya. "Bajingan. Aku menyesal telah percaya padamu!" pekik Starla yang baru saja tersadar dari pingsannya, namun Edgar bersifat masa bodo pada wanita yang sempat ia katakan cinta itu. "Apa? Menyesal? Sudah terlambat, aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku cukup puas atas pelayanan yang kau berikan jadi ...." "Diam!" Jack berteriak lalu memegang tangan Edgar yang berada tidak jauh dari ranjang di mana ia tertidur. Walaupun hanya tangannya yang bisa ia gerakkan namun Jack tidak ingin d