Share

Mulai Berani

Jam menunjukan pukul 12 malam, Barnard menatap langit yang penuh dengan kerlipan bintang. Pikirannya berkelana, mengingat siapa yang telah menemaninya beberapa waktu lalu, biasanya ia akan keluar sekedar jajan di pinggir jalan bersama kekasihnya namun kini hanya tinggal mimpi.

Layaknya seorang sahabat, tidak ada yang tahu apa yang terjadi sebenarnya pada Barnard dan Edward, mereka terlihat seperti pemuda pada umumnya terlebih keduanya bersikap tidak peduli pada orang yang berdebat di samping mereka.

"Ramen dua," ucap Edward sesaat setelah pramusaji wanita menghampiri mereka berdua.

Tak lama makanan pun terhidang di meja mereka, Barnard menyantapnya dengan lahap, sekilas Edward menatap laki-laki yang kini sudah menjadi temannya lalu menggelengkan kepalanya. Merasa takjub dengan apa yang ia lihat di depannya saat ini, laki-laki yang begitu polos sesaat lagi akan menjadi brandal di negara asing.

"Kau tau? Jika sudah masuk ke dalam kelompok bos Carlos maka kita tidak akan pernah lepas lagi kecuali memberikan tembusan kepada bos Carlos puluhan milyar," bisik Edward membuat Barnard tercengang.

Mau tidak mau saat ini Barnard harus mengikuti apa yang berlaku dalam peraturan kelompok rahasia yang dipimpin oleh Carlos walau hatinya begitu berat.

Terlihat Barnard hanya mengangguk menanggapi perkataan Edward, sementara seseorang yang sedang duduk di samping mereka memperhatikan Edward tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun, hanya sesekali saat Edward menatap laki-laki itu berpura membaca koran lalu kembali menatap Edward dan Barnard.

"Target telah ditemukan," lirih laki-laki bertubuh gempal yang sedang duduk sambil berpura-pura membaca korannya.

"Ayo!" Edward seperti menyadari ada yang salah dengan laki-laki itu sebab memperhatiannya sejak tadi, ia pun segera bangkit dan meninggalkan uang di atas meja sebagai bayaran ramen yang mereka makan.

"Kenapa terburu-buru, aku sedang ingin menikmati suasana kota," kata Barnard sambil mengikuti langkah Edward yang semakin cepat.

"Ayolah. Kita tak ada waktu lagi untuk bersantai, lihat ke belakang, laki-laki itu sejak tadi memperhatikan kita." Edward secepatnya masuk ke dalam mobil namun saat Barnard belum sempat masuk ke dalam mobil suara letusan senjata terdengar begitu memekakkan telinga.

Beberapa kali timah panas nyaris mengenai Barnard namun ia masuk begitu cepat ke dalam mobil.

"Argh ...."

Bernard tidak menyadari ternyata timah panas yang dilesatkan oleh polisi mengenai lengannya sedikit.

"Kau beruntung hanya lecet." Edward berkata sambil terus fokus mengemudi.

Melirik ke arah kaca spion mobil, terlihat ada beberapa mobil polisi terus mengikuti mereka sambil sesekali menembak ke arah mobil yang Edward bawa.

"Argh ... aku menyesal tidak membawanya." Edward mengerang lalu memukul stir beberapa kali sambil terus fokus mengelak.

Mobil polisi terus mengikuti mereka dari belakang tanpa menyerah, suara sirine mulai berbunyi membuat mobil lain yang sedang berkendara memberikan jalan agar polisi lebih leluasa mengejar buronannya.

Edward mengelak ke kiri dan ke kanan, mencoba menghindari kejaran polisi yang sesekali menabrak mobil mereka. Edward saat ini tidak bisa kembali ke gedung tempat mereka tinggal. Edward secepatnya menerobos pembatas jalan untuk mengelak agar polisi berhenti mengejar mereka.

"Ini aksi gila," teriak Barnard.

Bagi Barnard ini adalah hal pertama yang ia alami tapi bagi Edward ini adalah hal yang paling sering ia lakukan saat waktu genting dan ia begitu menyukai tantangan ini.

Mobil yang Edward kemudikan menembus semak-semak namun masih mampu berjalan, mobil sport itu melesat hilang dalam hutan yang sudah jauh dengan kota dan tenggelam dalam kegelapan malam. Polisi menyerah jika harus mencari dalam hutan karena tempat dan waktu tidak memungkinkan.

Tak lama berita tentang mereka pun tersebar ke media membuat Carlos mendengus kesal.

"Tolol." Carlos mengumpat lalu mengambil ponselnya kemudian menelpon Edward.

"Kau masih hidup?" tanya Carlos sesaat setelah panggilan terhubung.

"Masih. Ini sial, aku ...."

"Berhenti mengatakan omong kosong, sering kali kau -- kuperingati agar selalu memakai pelindung wajah dan membawa senjata." Carlos terlihat kesal.

"Maafkan aku. aku dan Barnard akan bermalam di sini. Jangan khawatirkan kami, kami tidak akan tertangkap," ucap Edward.

Carlos berdecak lalu mematikan panggilan. Kehilangan mereka tidak begitu takut tapi Carlos lebih takut kehilangan nyawanya saat ini jika sampai Edward dan Barnard tertangkap.

Barnard mengambil selimut yang tersedia dalam mobil lalu menutup tubuhnya yang terasa begitu dingin. Sementara Edward menatap heran lalu menarik selimut yang dipakai oleh Bernard. Orang yang sebelumnya begitu asing kini seperti adik dan kakak yang berbagi selimut lalu beristirahat dalam mobil yang berada dalam gelapnya hutan, kemungkinan di makan oleh binatang buas pun tidak dapat dipungkiri namun Edward tetap menyalakan mesin mobil untuk sekedar jaga-jaga jika ada bahaya.

..

Pagi menembus jendela mobil mereka di iringi suara gedoran kaca mobil begitu kuat.

"Hey ... setelah berbuat onar kalian masih nyenyak tidur?" Carlos menatap mereka dengan raut wajah kesal.

Pagi-pagi sekali Carlos datang ke sini begitu cepat bersama George hanya untuk memastikan bahwa tak akan ada polisi yang akan datang kehutan untuk mencari mereka.

"Bos. Maafkan kami," ujar Edward setelah membuka kaca mobil.

Tak ada mobil evakuasi di hutan ini untuk mengevakuasi mobil mereka, George juga begitu kesal pada Edward dan Barnard. Mengambil alih mobil lalu menerobos hutan untuk mengeluarkan ke jalanan beraspal lagi setelah George menggantikan plat mobil.

Sementara Carlos berdecak kesal lalu memerintahkan Edward menyetir agar mereka segera keluar dari hutan. Samar terdengar sirine polisi membuat Edward panik hingga ia melajukan mobil dengan cepat.

Tak lama mobil mereka berhasil keluar dari hutan, Edward mengelus dadanya setelah ia merasa mereka aman dari polisi.

Tujuan mereka saat ini adalah gedung tempat persembunyian mereka sekaligus bisnis yang mereka janjikan keuntungan ratusan juta namun itu hanya iming-iming semata.

Carlos menarik banyak orang agar mengikuti bisnis yang ia jalani, bisnis yang menjanjikan namun berakhir dengan kerugian. Tak ada yang berani menuntut Carlos karena jika ada yang berani maka setelah seminggu kemudian menuntut Carlos, mereka tinggal nama.

Tak lama mobil menepi di depan gedung mewah milik mereka, Carlos memerintahkan Edward dan Barnard masuk terlebih dahulu sementara ia menerima panggilan dari seseorang.

"Latih dia lagi!" perintah Carlos sambil melirik sekilas ke arah Barnard dan Edward.

"Ayo!"

Barnard berjalan di belakang Edward sambil merekam apa yang ada di sekelilingnya saat ini, namun Edward menyadari apa yang Barnard lakukan hingga ia berbalik lalu mendang ponsel Barnard hingga jatuh ke lantai bawah.

"Di sini tidak boleh mengabadikan momen apa pun." Edward menantap sinis lalu berjalan lagi menuju lantai paling akhir untuk berlatih bersama Barnard.

Hari ini Barnard akan ia latih menggunakan senjata, Edward sudah paham sedikit walaupun sesekali Edward masih tidak tepat dalam membidik.

"Ambil!" Edward melemparkan senjata ke arah Barnard lalu ia memasang kayu penahan dan pengaman agar bidikan tepat sasaran.

Usai membenarkan tempat mereka berlatih Edward kembali ke posisi yang telah ia atur jaraknya, Barnard berdiri di samping depan Edward.

Edward melesatkan peluru ke depan setelah membidiknya dan tepat berada di titik tengah dan tidak meleset sedikit pun, hal itu membuat Barnard kagum.

"Lakukan seperti ini," ucap Edward pada pada Barnard.

Merasa canggung meletakkan senjata seperti Edward lakukan membuat Barnard menurunkan senjatanya lagi.

"Kenapa? Kau ragu?" Edward menendang punggung Barnard membuat Barnard terhuyung dan nyaris terjatuh.

"Ma - Maaf," kata Barnard lalu meletakkan senjatanya seperti yang Edward lakukan.

"Jika kau lemah dan enggan maka kau yang akan mati, sekarang hanya ada dua pilihan. membunuh atau dibunuh." Kembali peluru keluar dari senjata yang Edward pegang.

Sekilas tatapan dingin Edward membuat Barnard takut, sama seperti kemarin. Edward akan serius jika sedang berlatih dan ia tidak akan segan-segan untuk melakukan pukulan jika lawannya terus saja salah.

Edward ingin melihat bagaimana Barnard menembak terlebih dahulu baru ia mengajarkan Barnard dengan sungguh-sungguh.

Tanpa pikir panjang Barnard langsung melesakkan peluru ke arah papan namun justru peluru itu tidak tepat sasaran dan mengenai kaleng di samping papan membuat Edward menggelengkan kepalanya.

"Kau." Saat ini Edward mengepalkan tangannya dan ingin meninju Barnard namun sebelum Edward berada di sampingnya Barnard sudah menendang tangan Edward hingga Edward tersenyum kecil.

"Kau sudah mulai berani. Aku suka ini," ucap Edward lalu tersenyum sinis.

Jujur saja, Edward suka dengan anak didik yang bisa melawannya, tidak mudah di hina. Jika kepribadian Barnard keras maka ia akan cepat pandai dalam berlatih.

"Pertama, kau harus bisa menahan napas saat membidik dan saat peluru itu lepas nanti. Kedua, pisir dan pajera harus sejajar hingga membentuk bidikan lalu lesatkan pada gambar bidik. Ingat pisir dan pajera harus benar-benar lurus jika kau ingin mendapatkan hasil seperti yang aku lesatkan tadi. Apa kau paham? " jelas Edward setelah menunjuk ke arah papan gambar bidik.

Tak ada respon dari Barnard, entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Entah itu rasa bahagia atau rasa menyesal telah bergabung dengan kelompok penipu seperti mereka. Jika memikirkan dendamnya kepada Jack maka dapat dipastikan saat ini Barnard begitu bahagia.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
jg nyesel dulu sebelum km sukses barnard
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status